NovelToon NovelToon
Lily With The Cruel Husband

Lily With The Cruel Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Selingkuh / Mengubah Takdir
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ncy Jana

Love, Me Please!

Tentang Lily yang berada di antara hubungan Theo dan Shylla.

Tentang Lily yang tidak diinginkan dan dicintai oleh Theo. Hanya Shylla yang diinginkan oleh Theo tapi Lily memisahkan mereka karena suatu malam Lily menjebak Theo karena ingin memiliki Theo agar menjadi suaminya.

Pernikahan tanpa cinta, meski sudah berhasil mendapat Theo Lily tidak merasa bahagia karena dia merasa tertolak dan tidak dicintai oleh suaminya. Lily tentunya iri dan mengharapkan cinta dari suaminya namun Theo lebih mencintai Shylla.

Sakit yang Lily rasakan ketika dia bisa hidup bersama raga Theo tapi hati dan pikiran Theo tertuju pada Shylla. Sakit yang Lily rasakan saat Theo bersikap kejam padanya namun lembut kepada Shylla.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncy Jana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17

Lily berdiri di dekat meja makan. Lily sedang melakukan rutinitas pagi untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya. Lily belum memulai sarapannya, sesekali perempuan itu rela menunda rasa laparnya demi menunggu Theo untuk sarapan atau sekedar mencicipi makanan yang dia buat meski tidak bisa makan bersama. Seperti itulah hari-hari yang dilalui oleh Lily. Meski Theo begitu membencinya, Lily tidak pernah melupakan kewajibannya dan berusaha untuk menjadi seorang istri yang baik, mana tahu lamban laun Theo akan luluh.

Lily ingat tadi malam Bi Emma memberi pesan untuknya yang melarangnya untuk tidak memasak lagi. Tapi hari ini Lily bangun pagi-pagi sekali dan tetap nekad masuk ke dapur untuk memasak saat semuanya masih tertidur. Tadi Bi Emma sempat menegur tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi karena Lily sudah terlanjur memasak.

“Aku akan ke sana.”

Ekor mata Lily bergerak saat mendengar suara Theo, dia melirik kepergian Theo yang terburu-buru meninggalkan rumah.

Lily hanya bisa mendesah kecewa. Dia menatap makanan yang sudah tertata rapi di atas meja makan. Untuk kesekian kalinya. Theo pergi lagi tanpa ada sarapan. Semalam makanan yang dia masak telah dibuang. Lily melihat makanan itu ada di tempat sampah.

Sepertinya Lily harus menyerah. Ia pikir suatu saat nanti dia bisa membuat perasaan Theo berubah untuknya, tapi kenyataannya Lily tidak bisa melakukannya. Semua terlalu mustahil. Harapan Lily terlalu tinggi. Semakin hari Theo justru semakin membencinya. Apa Lily lakukan tidak pernah dihargai.

Lily berjalan cepat menuju jendela. Tangannya menyibak gorden itu sedikit dan dari celah dia mengintip ke arah luar.

Di sana Lily dapat melihat Theo buru-buru memasuki mobil. Dengan tatapan fokus dan sendu Lily melihat mobil Theo akhirnya pergi melaju.

Theo tampak mempesona dengan kemeja hitamnya tadi. Lily bisa membayangkan kalau di luaran sana pasti banyak perempuan yang begitu memuja dan mencintainya, tapi Theo tidak tahu kalau ada perempuan yang masih tetap mencintainya di saat lelaki itu mencintai hati yang lain.

Maafkan aku, Theo

Maaf karena telah lancang mencintaimu

Maaf karena telah menghalangi kebahagiaanmu bersama Shylla

Cinta telah membuatku bodoh karena aku masih bisanya mencintaimu meski dengan segala kebencianmu terhadapku

Aku layak menerima kebencian itu. Aku pantas diabaikan, diriku tidak begitu sempurna dan juga rendah, jadi aku tidak layak diperhatikan dan mendapatkan kasih sayang darimu, dari siapapun

Sangat mudah bila seseorang ingin menikah. Besok pun bisa dilakukan, tapi seumur hidup itu sangat lama. Makanya setiap orang harus memikirkan pernikahan itu dengan matang dengan mencari yang tepat, bukan yang cepat.

Di sini Lily tidak memiliki pemikiran yang seperti itu. Dia tahu, meski dia sangat mencintai lelaki itu, tapi Theo bukanlah orang yang tepat untuknya karena Lily hanya mencintai Theo sepihak. Cinta sendirian itu sangat menyakitkan. Tapi dengan bodohnya dia tetap mengambil jalan yang salah itu, yang kini dia sesali.

Theo selalu berhasil membuat hatinya terluka, tapi Lily tidak menaruh rasa benci sedikitpun kepada Theo. Memang terlihat bodoh. Ya Lily mengakui kalau dirinya sangat bodoh. Inilah resiko yang dia terima karena mencintai Theo dengan hatinya tanpa menggunakan logikanya juga.

Lily masih berada di dekat jendela, berdiri terpaku padahal mobil Theo sudah tidak terlihat lagi.Tangan Lily menutup bagian gorden tipis itu, dan berbalik badan, lalu berjalan dengan setengah melamun menuju meja makan. Lily pun menyelesaikan sarapannya pagi itu dalam kesunyian.

.

.

Theo tampak tenang duduk di kursinya. Pagi ini dia sedang memimpin rapat penting untuk mengembangkan bisnisnya, dia fokus mendengarkan setiap pendapat yang keluar dari rekan bisnisnya. Waktu terus berlalu, tidak terasa sudah satu jam mereka berada di ruangan dan akhirnya rapat itupun usai. Satu per satu dari mereka perlahan-lahan keluar dari ruangan itu, begitu juga dengan Theo. Saat ingin beranjak dari duduknya, Theo baru menyadari sekretarisnya masih ada di dalam ruangan rapat.

Dia bernama Sella Lavanya. Perempuan itu berjalan menghampiri Theo. Ruangan itu hanya diisi oleh mereka berdua.

“Ada apa?” tanya Theo, dia memicingkan mata.

Sella tersenyum centil kemudian menggelengkan kepala. Dia berjalan mendekati Theo.

“Nanti malam kamu sibuk?” Sella bertanya dengan suara lembut.

Dahi Theo mengernyit heran. “Tidak. Kenapa?”

Sella tersenyum senang mendengarnya, perempuan itu mencondongkan badannya kemudian berbisik lembut di telinga Theo.

“Mau tidak nanti temani aku makan malam.” Ajaknya berterus terang, dia dengan sengaja membusungkan dadanya sehingga mengenai pundak Theo.

Theo merasa risih langsung mundur menjauh, matanya menyorot tajam ke arah Sella. “Aku tidak bisa,” ucap Theo dengan tegas menolak ajakan Sella.

“Dan jangan bersikap jalang di depanku.” Tegurnya. Theo sama sekali tidak tergoda oleh perempuan itu. Theo tahu kalau wanita di hadapannya ini sangat menyukainya. Jika bukan karena kinerja yang bagus, udah dari awal Theo akan memecat Sella.

“Memangnya kau siapa sampai berani mengajakku makan malam?” tanya Theo dingin. “Kau itu bukan tipeku, jadi jangan angan bermimpi untuk bisa berhasil menggodaku.”

Theo memperbaiki jasnya lalu kembali menatap Sella dengan sinis. “Sudah baik aku mau menerimamu bekerja di sini karena orang tuamu, jadi selama bekerja di sini kau harus bisa menjaga sikapmu.”

“Sekarang lakukan pekerjaanmu, rekap ulang hasil rapat tadi setelah itu antarkan ke ruanganku.”

Theo berbalik badan dan melangkahkan kakinya keluar dari ruang rapat. Ditinggalkan seperti itu membuat Sella menghentakkan kakinya, dia kesal karena dia lagi-lagi gagal menggoda Theo.

Sedari kecil Sella sudah mengagumi sosok Theo. Demi bisa bersama dengan Theo Sella meninggalkan profesinya sebagai model.

Ayah Sella seorang pejabat dan cukup terpandang. Keluarga mereka, terlebih ayahnya sangat berteman baik dengan Ayah Theo. Oleh karena itulah Sella membujuk ayahnya agar dia bisa bekerja di kantor milik keluarga Tanujaya. Awalnya dia ditempatkan di kantor pusat yang masih berada di bawah pimpinan Frederick. Untuk kesekian kalinya Sella merayu ayahnya untuk membujuk Frederick agar bisa memindahkannya ke kantor cabang dimana Theo ditempatkan.

Meski tengah diliputi rasa kesal, Sella pun segera melakukan tugas yang di minta Theo tadi.

.

.

Lily dengan berpakaian rapi berdiri tegak di depan sebuah restoran, dia terfokus membaca sebuah kertas yang ditempelkan di pintu kaca itu. Setelah selesai membaca, Lily berjalan masuk ke dalam. Ternyata restoran ini sedang membutuhkan tenaga waiter. Karena itu Lily masuk untuk menemui pihak internal restoran agar bisa menanyakan kepastian informasi pekerjaan tersebut secara detail. Keuangan Lily sedang menipis jadi dia harus mencari pekerjaan untuk sumber penghasilannya, karena Lily tidak ada mendapatkan tanggung jawab secara finansial dari Theo.

“Tunggu sebentar ya.”

Seorang karyawan restoran itu menyuruh Lily untuk menunggu terlebih dahulu karena general manajer mereka sedang berbincang dengan owner restoran di ruangannya.

Lily membalasnya dengan tersenyum sopan, lalu dia pun berjalan mencari tempat untuk duduk sembari menunggu. Lily membawa berkas-berkas penting karena tujuan Lily keluar memang untuk mencari pekerjaan. Menurut informasi yang dia baca tadi, bahwa restoran ini langsung me interview calon karyawan yang langsung datang dengan membawa dokumen yang biasa dibutuhkan saat melamar pekerjaan.

Sudah setengah jam Lily duduk di sana, akhirnya karyawan restoran yang berbicara dengannya tadi kembali datang menghampirinya dan menyuruhnya untuk segera menemui manajer restoran ini ke ruangannya.

.

.

Usai melakukan interview kerja, Lily memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Lily ingin healing sejenak, untuk itulah sekarang Lily berada di sebuah taman pusat kota.

Lily suka memandangi hamparan taman bunga yang penuh dengan warna-warni. Oleh karena itu dia pergi ke sana untuk mencari ketenangan. Lily duduk di sebuah kursi taman sambil menikmati embusan angin sepoi-sepoi yang sesekali datang menembus kulitnya.

Lily sedang ingin menjauh dari keramaian. Karena itu Lily mencari kursi di tempat spot yang sepi. Memang ada kalanya dalam hidup kita ingin sendiri saja bersama dengan angin, berbagi cerita dengannya secara rahasia, lalu meneteskan air mata.

Lili mengeluarkan bekal yang dia bawa dari rumah tadi. Ini sudah waktunya jam makan siang, jadi Lily memutuskan untuk makan di taman itu. Setelah berdoa dan mengucapkan rasa syukurnya pada Tuhan, Lily pun mulai makan.

Lily menyuapi makanan itu masuk ke dalam mulutnya. Lily mengunyah makanannya sambil termenung. Di suapan yang entah ke berapa, air mata Lily tiba-tiba jatuh. Lily menangis saat sedang mengunyah makanannya. Lily menarik nafas dan membuangnya berat saat dadanya tiba-tiba terasa sesak.

Sungguh malang nasibnya. Bahkan hamparan bunga-bunga indah itu tidak bisa membuat Lily barang sejenak untuk melupakan permasalahan hidupnya.

Lily sampai tidak bisa melihat nasi yang ada di bawahnya karena tertutup air mata yang terbendung di pelupuk matanya, lalu terjatuh ke nasinya karena tidak bisa dibendung lagi. Makanan itu mendadak terasa hambar di lidahnya membuat Lily tidak ingin meneruskan makan siangnya. Dia menutup tempat makanannya itu dan menaruhnya kembali ke dalam tasnya.

Rasanya sangat sesak dan sakit. Dia tidak tahu harus bercerita kepada siapa. Lily hanya bisa menangis sendirian di taman itu. Hanya air mata yang mampu mewakili apa yang Lily rasakan saat ini.

Lily menangis terisak-isak. Rencananya tidak berjalan seperti seperti yang Lily diharapkan. Sekarang keadaan ibunya belum menunjukkan tanda-tanda baik. Keadaan finansial nya saat ini cukup sulit. Lily bingung memikirkan cara untuk mencari biaya yang akan dia perlukan untuk pengobatan ibunya ke depannya.

Sekarang untuk depannya Lily harus bekerja keras lagi untuk mencari uang. Sekarang apapun akan Lily kerjakan untuk mendapatkan uang dan uang dengan cara yang halal. Bukan karena Lily gila uang, Lily hanya sadar diri betapa susahnya saat tidak ada tempatnya untuk bergantung. Melihat bagaimana hubungannya dengan Theo yang rumit membuat Lily tidak bisa bergantung kepada pria itu.

Lily ingin menjebak Theo bukan tanpa alasan. Ada alasan kenapa dia sampai nekad meski dia tahu kalau Theo tidak mencintainya.

Awalnya Lily berpikir kalau Theo hanya belum mencintainya. Jadi dengan mantap Lily menyakini dirinya kalau suatu saat nanti secara perlahan-lahan dia bisa membuat Theo bisa menerima dan mencintainya.

Dengan pemikiran seperti itulah yang membuat Lily berani memaksa ayah Theo dan menuntut pertanggungjawaban Theo agar menikahinya.

Rencana pertama Lily sudah berhasil karena dia akhirnya menikah dengan Theo. Lily sudah merencanakan semuanya dengan baik, dia hanya ingin keluar dari rumah ayahnya, Lily butuh seseorang untuk membantunya membiayai pengobatan ibunya. Makanya di rencana yang kedua ini Lily ingin memakai uang keluarga Theo untuk membantunya membiayai pengobatan ibunya. Lily berpikir kalau keluarga Theo bisa dia jadikan sandaran.

Tapi setelah semua yang telah terjadi, Lily hanya menelan pil pahit. Lily punya keinginan yang besar tapi Lily lupa kalau Tuhan juga punya keputusan. Makanya semua yang diinginkan oleh Lily tidak berjalan sesuai rencana. Setelah menikah dengan Theo, suaminya ternyata tidak ingin menafkahinya secara finansial.

Dan lebih parahnya lagi, tanpa memikirkan perasaannya dan tanpa tahu keterpurukan apa yang sedang dia alami, ayahnya—Bram malah tega mengambil kesempatan dengan memeras keluarga Theo. Bahkan uang yang diberikan oleh ayah Theo pada ibunya untuk biaya pengobatan dipergunakan oleh ayahnya untuk melunasi hutang karena pada saat itu ayahnya sedang terlilit utang karena kalah taruhan judi online.

“Tuhan jika memang aku harus melewati segala kerumitan ini sebelum bahagia yang aku rencanakan itu datang. Kali ini aku tidak minta banyak. Aku hanya minta tolong untuk dikuatkan pundakku. Aku terima semua cobaan yang Kau gambarkan untukku.” Ucap Lily dengan berbisik pelan.

1
Isma Nayla
semoga secepatnya lily pergi dari theo,dn tlong thor jng kembalikn lily pd theo bila suatu saat theo menyesal.gk rela aq thor 😤
dyah EkaPratiwi
selidiki shyla Theo blm kau menyesal
Makaristi
nanti tiba waktunya bakalan bucin sama lily kamu theo..
ditunggu yah author kebucinan theo 😂😃😍🫢🫢
dyah EkaPratiwi
jahat banget Theo,ayo kabur aja lyly
Dwi Defirza
bikin penasaran
Makaristi
theo klu tau lily di antar navvarro mulut nya bisa setajam silet dah 😃😁😁🤭🫢
CikCintania
pelik cinta mati sangatkh sampai sanggup d siksa..?
Gwatan
Penulisnya jenius! 🌟
Grindelwald1
Saya sangat terkesan dengan perkembangan karakter yang konsisten.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!