Berawal dari menemukan seekor kadal di sawah ladangnya, Kadal yang tak lajim. Ekor ( buntut ) bercabang dua, dan berlekuk seperti lekuk keris.
Bu Surmi, wanita paruh baya yang menemukan kadal tersebut.
Namun naas, bagi hewan tersebut yang dibunuh mati oleh Bu Surmi. entah apa alasannya.
***
Namun siapa sangka.
Ternyata kadal itu kadal Jejadian dari sebuah JIMAT PUSAKA yang akan diturunkan pada Surmi. Sebagai salah satu keturunan dari cerita legenda Eyang Cakra Buana. Ratusan tahun silam.
Karena telah membunuhnya, akhirnya Bu Surmi terpaksa harus meminta maaf pada Eyang Cakra Buana yang akhirnya Bu Surmi pun dimaafkan, bahkan pada akhirnya, Bu Surmi sah diwarisi Keris Jimat Pusaka dari leluhurnya itu.
Namun sayang, Keris Jimat Pusaka itu banyak yang menginginkannya terutama dari kalangan para demit dan siluman.
Apakah Bu Surmi bisa menggunakannya, ketika mendapatkan Jimat tersebut?
Dan siapakah yang akan TERKENA TULAH dari Jimat Pusaka tersebut....!??"
Yuk disimak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Firasat kurang Baik
# Di tempat lain.
Dua orang lelaki tak dikenal itu kemudian mendekati Mbok Darsih dan Bu Surmi yang sedang mematung setengah curiga. Mbok Darsih sudah punya firasat yang kurang baik pada kedua orang laki-laki kekar yang kini berada di hadapan nya, Mbok Darsih berpikir dua orang laki-laki tak dikenalnya pasti mempunyai niatan kurang baik bahkan bisa jadi akan mencelaikainya.
Bu Surmi merapatkan dirinya, sedikit lebih mundur di belakang Mbok Darsih. Dadanya bergemuruh hebat melihat situasi yang menurutnya pertanda yang tidak baik.
"Mbok...??" Bu Surmi berbisik.
"Kamu tenang saja, Nyi. Tetap di belakang Mbok." Ucap Mbok Darsih menenangkan perasaan Bu Surmi.
"Ditanya kok malah diam saja. Apa kau sudah renta dan pikun, nenek?." Tanya lelaki yang tinggi kekar itu. Kedua mata nya menyeringai.
Beberapa saat kemudian, Mbok Darsih tidak menjawab pertanyaan si lelaki tinggi dan kekar itu. Ia hanya memperhatikannya dengan tatapan tajam, seolah ingin menyelidik kedua lelaki yang sekarang sedang berada di hadapannya.
Mbok Darsih menghela nafas dan sedikit dibuangnya. Terdengar ia berbicara pada salahsatu lelaki tersebut, walaupun pada dasarnya, ditujukan pada mereka berdua.
"Kami mau ada perlu. Kisanak. Mau mengunjungi Bukit Halimun." Ucap Mbok Darsih datar.
Mbok Mbok Darsih mengatur nafasnya lagi, kemudian ia melanjutkan katanya lagi.
"Mari, Ki sanak. Kami duluan, kami khawatir, hari keburu gelap, dan juga mumpung cuaca sedikit cerah."
"Ayo, Nyi... Kita lanjutkan lagi perjalanannya." Mbok Darsih langsung mengajak Bu Surmi untuk melanjutkan perjalanannya.
Namun.
*****
Pak Amet melangkahkan kakinya ke ruangan depan. Bermaksud untuk menghubungi putrinya. Baru saja ia mau mengambil benda pipih yang tergeletak di lemari. Benda pipih itu sudah bedering duluan.
Diambil ponsel nya itu kemudian dilihat siapa yang memanggil.
" Fatma..., baru saja Aku mau telfon". Gumamnya. Dan langsung menerima panggilan diponsel nya.
"Assalamualaikum. N..eng..?"
"Hallo... Assalamualaikum. Paaak..!!"
Pak Amet dan Fatma hampir bersamaan mengucapkan salam.
"Wa..waalaikumsalam. Neng... Bapak baru aja mau telfon ke Neng."
"Oowh.. e..mangnya ada apa, Pak..? Bapak sedang apa? Bapak sehat-sehat saja, kan.?"Cerocos Fatma di sebrang sana yang langsung to the point penuh rasa heran.
"Alhamdulillah, sehat. Kamu sedang apa? Sehatkan? Tadinya Bapak mau telfon kamu."
"Alhamdulillah, sehat Pak. Ama baru saja pulang dari Kampus, Nih sudah di kosan. Malah mau istirahat sebentar. Nanti mau ke kosannya Sari, ada tugas makalah dari dosen Pak. e..emang kenapa, Pak..?"
O iya, HP Ibu kok nggak aktif, Pak... Tadi Ama telfon tiga kali. Nggak aktif juga. "
"Owh... HP nya di kamar. Kayaknya batrenya habis. Tadi Bapak lupa mengecasnya. Ibumu tadi berangkat pagi-pagi sama Mbok Darsih, Dia lupa nggak bawa HP."
"Hmmmmm... Kirain Ama, Bapak mau nganter Ibu juga ..? ".
" Tadinya sih iya, Bapak mau nganter. Tapi Ibumu ngelarang. Adikmu sendirian di rumah, lagian, lusa juga katanya udah pulang."
"Ooowh.. Lagian Ibu kok maksa banget Pak, pergi ke tempat itu..? "
"Bapak juga nggak tahu pasti. Yang jelas, seperti penuturan Ibumu, yang katanya masih ada garis keturunan dari para leluhur Eyang Cakra Buana yang akan selalu menjaga keturunan keluarganya. Kalau Bapak menolak. Mungkin kamu juga faham. Bapak nggak mau ada selisih pendapat dengan Ibumu. Nak."
"Hmmm ya udah Pak. Kita berdoa saja, semoga Ibu selalu ada dalam lindungan Alloh. Ya udah Pak. Ama tutup dulu telfonnya yah. O iya si Adi lagi apa, Pak..? "
"Tadi bilang ke Bapak, mau mengerjakan PR apa tugas kelompok, di rumah temannya. Uang jajan kamu masih ada, Neng?"
"Masih Pak. Nanti kalau mau habis mah Ama hubungi Ibu atau Bapak lagi. Ya sudah, Ama tutup telponnya yah. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam. "
Tut... Tut... Tut..
Sambungan telfon terputus.
Pak Amet merasa lega mendengar kabar dari putri nya itu yang dalam keadaan sehat dan tidak apa-apa.
Tiba-tiba ia teringat pada isterinya.
" Si ibu apa sudah nyampai apa masih dalam perjalanan ya... Kok aku mendadak khawatir dan nggak enak... Duuuh... mana ponselnya nggak kebawa lagi..."
Gumam Pak Amet, yang sembari melangkah kemudian langsung mendudukan diri nya di kursi teras.
Lelaki paruh baya itu seperti mendapat firasat kurang baik. Ia kembali ingat beberapa menit yang lalu, saat mau menyeduh air kopi, gelasnya mendadak terbelah pecah menjadi dua. Dan itu berlangsung 3 kali berturut-turut.
*****
( memang ia yah, guys.. Yg nama firasat kadang datangnya aneh-aneh )
tolong bantu dari pihak Mangotoon nya....
kayak nama tetangga ku hHaha
lanjut yuk... ber Horor ria.... hehehe