kisah seorang wanita yang ingin hidup kaya secara instan. suaminya yang pemalas membuatnya harus menempuh jalan sesat dengan melakukan persekutan bersama iblis yang menjanjikannya kekayaan.
Ia membuka sebuah warung nasi. namun dalam sekejap saja dapat menarik pembeli dan menjadikannya kaya raya. tetapi semua itu tak.mudah, karena akan ada konsekwensi yang harus ia terima. ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Pagi menjelang. Silvi terbangun dari tidurnya. Ia melihat jika jumlah mereka hanya tinggal berempat saja.
Gadis itu salah satu yang taat beribadah dengan hijab yang tidak pernah lepas dari kepalanya.
"Tini, ya, dia. Kemana itu anak, dari tadi tidak terlihat, apalagi ini sudah pagi, apakah dia ketiduran diwarung?" gumannya dalam hati.
"Rin, ada lihat Tini, gak?"
Rindu menggelengkan kepalanya. Lalu beranjak bangkit dari ranjangnya. "Emangnya kemana, dia?"
"Issss, kalau aku tau tak palah payah tanya sama kamu," jawab Silvi cepat. Ia tak shalat hari ini, karena sedang datang bulan purnama.
Gadis itu berinisiatif untuk mencari sahabatnya, ia keluar dari kamarnya, mencoba memeriksa ruangan keluarga dan dapur, tetapi wanita yang dicarinya tak juga ditemukan.
"Kemana, sih, kamu Tin," gumannya lirih, dan ia merasa jika perlahan satu persatu menghilang secara misterius.
Saat bersamaan, Rama keluar dari kamar dan ia merasa penasaran saat melihat Silvi yang tampak kebingungan.
"Kamu cari apa, Sil?" tanya pria itu dengan rasa penasaran bercampur gemas melihat wajah Silvi yang terus tertutup oleh hijab.
"Tini, Pak..., dari tadi tidak kelihatan," sahutnya dengan wajah bingung.
Deeeeegh...
Rama terdiam seketika. Baru saja ia berkhayal ingin bersenang-senang dengan gadis berwajah imut itu, sebab malam tadi ia tak sempat beraksi karena perutnya tiba-tiba memulas.
Ketika pagi ini ia akan menyampaikan hajatnya, tetapi wanita itu sudah menghilang saja.
"Emangnya dia kemana?"
"Lha, kalau saya tau, mana mungkin saya tanya bapak," jawab Silvi cepat.
gadis itu bergegas memutar tubuhnya. Ia merasa bergidik jika sedang mengobrol berdua dengan sang majikan yang matanya suka jelalatan.
"Eh, Silvi, saya ini lagi bicara sama kamu, seharusnya kamu lihat saya," Rama tampak kesal.
"Em, maaf, Pak. Saya mau kekamar dulu," Silvi kembali ngacir dan meninggalkan Rama yang tampak semakin bertingkah nyeleneh.
Rama menggelengkan kepalanya, ia merasakan jika gadis berhijab itu sangat sulit untuk ditaklukkan.
Pria ceking itu memilih untuk kembali ke kamar, tetapi ingatannya tiba-tiba saja terlintas akan sang gadis yang akan diajaknya bercocok tanam
"Hilang? Kemana dia pergi? Mengapa tiba-tiba saja?" guman Rama penaaaran saat mengetahui jika Tini juga menghilang.
Saat bersamaan, Nadira akan masuk ke dalam kamar. Ia terlihat sedikit tergagap melihat aang suami yang berada diluar kamar...
"Sayang, kamu darimana saja?" tanya Ramah dengan penuh selidik.
"Emm... saya dari luar dan ada urusan bisnis dengan seseorang," jawab Nadira, gelagatnya sangat mencurigakan.
"Bisnis apaan sampai pagi begini?" Tanya sang suami semakin penasaran.
"Kamu itu diam sajalah, Kang, yang penting kita ini banyak uang. Aku itu selama nikah sama kamu hidup dalam kemelaratan terus. Sudah syukur aku gak ganti suami," sahut Nadira dengan ketus. Ia memilih masuk kekamar mandi dan membersihkan dirinya.
Rama melihat ada noda da-rah yang menempel diujung siku sang istri, tetapi ia tak ingin banyak bertanya, sebab pastinya akan terkena omelan dari Nadira yang saat ini sedang memegang semua kendali.
Rama kembali merasakan kantuk yang sangat luar biasa, bahkan ia melupakan tentang Tini dengan begitu sangat cepat.
Silvi memasuki kamar dengan wajah pucat, ia seolah sedang dikejar setan, padahal hanya bertemu dengan Rama sang majikan, tetapi hal itu sudah berhasil membuatnya bergidik jijik.
Rindu baru saja selesai dengan mandinya. Sedangkan Susi sudah sudah berdandan cantik dengan riasan sederhana dan bersiap bekerja didapur.
Kamu kenapa, Sil?" tanya Rindu, sembari menyisir rambutnya.
"Emmm, apakah kalian gak liat kalau Tini juga menghilang?" ucapnya dengan nada berbisik.
Seketika Susi membolakan kedua matanya. "Berarti sejak dari malam tadi Tini tidak terlihat dimana?" gadis itu mencoba menurunkan nada bicaranya.
Silvi menggelengkan kepalanya dengan cepat dan mencebikkan bibirnya.
"Kita cari disekitar luar rumah, yuk,"
Silvi mengangguk cepat, dan keduanya beranjak dari kamar, dan mereka berniat hendak hendak mencari keberadaan Tini dimana.
Keduanya berjalan beriringan. mereka menuju ke arah luar untuk mencari keberadaan gadis itu.
Tampak dikejauhan sebuah mobil baru saja pergi. Keduanya mengamati jika mobil itu tampaknya baru saja melakukan transaksi dengan seseorang, tetapi entah siapa, karena terlihat mengenakan masker dan juga kacamata hitam.
Keduanya mengedarkan pandangannya. Mencari sosok Tini kesegala arah, bahkan, sampai keperempatan jalan juga tak luput dari usaha pencarian mereka, tetapi semua sia-sia.
"Sudah hampir jam 8 pagi, Sil, kita balik ke dapur, nanti Bu Nadira marah," saran Susi.
"Ya sudah, kita buat adonan sate dan rendang dulu, nanti kita cari lagi," Silvi menyerah, sebab tubuhnya juga sangat lelah karena baru bangun tidur.
Susi mengangguk menyetujui, sebab ia juga takut diomelin sang majikan.
Wuuuuuusssh...
Desiran angin menyapu tengkuk keduanya. Hawa panas yang sangat kontras beradu dengan dinginnya angin pagi ini dan membuat keduanya merasakan sesuatu yang berbeda.
"Sil, buruan masuk, yuk." Bisik Susi sembari menyeret pergelangan tangan rekannya untuk segera masuk ke dalam rumah.
Saat bersamaan, sosok bayangan putih berkelebat memasuki rumah dan mendahului keduanya.
Kini Silvi dan juga Susi bagaikan buah simalakama, ingin masuk salah dan diluar juga salah.
"Gimana ini, Sil?" tanya Susi dengan wajah memucat, tangannya tremor dan keringat dingin mengucur dari pelipisnya.
"Baca doa saja, kamu masih ingat ayat-ayat pendekkan?" Bisik Silvi kepada Sari yang sangat ketakutan.
"Aku cuma hafal doa makan saja," jawab Susi terlalu jujur.
Dengan gerakan cepat, Silvi mencubit gemas lengan gadis itu.
Kemudian ia merapalkan beberapa doa yang ia yakini dapat mengusir setaan.
Keduanya memilih memasuki dapur, saat ini mereka melihat sosok wanita yang sedang memunggungi keduanya berjalan menuju ruang keluarga.
Silvi semakin ketakutan. Sebab sosok itu penuh dengan lumuran darah dan menuju ke kamar yang berada dibelakang dan bersebelahan dengan gudang.
"S-siapa itu, Silvi?" tanya Susi dengan nada terbata.
"Entahlah, tetapi mengapa ia menuju ke kamar rahasia itu?" Silvi semakin penasaran dengan apa yang ada dibalik kamar tersebut, sebab membuat sangat penasaran, karena selalu ada saja penampakan dari sosok perempuan yang selalu menuju ke arah tempat tersebut.
"Kita ikuti saja, aku sangat penasaran dengan kamar itu," Silvi menyarankan.
"Gila kamu, kalau setan gimana?" tolak Susi cepat.
"Kalau kamu gak.mau ya sudah, aku jalan duluan," Silvi menimpali ucapannya.
"Dasar kamu, ya," sahut Susi ditengah rasa takutnya, tetapi ia juga penasarn.
Akhirnya keduanya melangkah mengendap-endap, dan saling berpegangan. Baru saja satu langkah kaki mereka menginjak anak tangga,
Praaaaaank....
Sebuah gelas terjatuh dari arah dapur, dan berserakan dilantai, seketika keduanya ngacir menuju kamar.
Mohon lbih teliti lgi mksih 🙏
Semngt
mati dalam keadaan Kusnul Khotimah.
semoga kita semua nya di jauhi dr perbuatan syirik , keji dan mungkar 🤲 Aamiin Yaa Rabbal Allamiin 🤲
naas bgt nasib nya Rama , akhirnya mati di tangan bini nya dh keji bersama selingkuhan nya 🤦
mayat orang di bilang barang , jd barang dagangan 🤣🤣🤣