NovelToon NovelToon
SEKEPING HATI UNTUK SAHABAT

SEKEPING HATI UNTUK SAHABAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Anggun

Gue sebenarnya suka sama Lo, Lo mau gak jadi pacar gue?

Mata Zea terbelalak rasa bahagia tak terkira saat mendengar ucapan Fero
Namun hanya seketika rasa bahagia itu hilang saat mendengar kelanjutan ucapan Fero
Kira-kira kalau gue ngomong begitu diterima apa gak ya sama Shena?"
"Hah, Shena?"
"Iya gue suka sama Shena, Ze. Gue mau jadiin dia pacar gue. Gimana menurut Lo?"
Zea menelan salivanya dengan susah payah. Lagi-lagi dia tertipu dengan ucapan sahabatnya yang selalu menggantung itu.
Zea gadis cantik berhidung mancung yang mencintai sahabatnya sendiri. suatu hari dia pernah tidak sengaja mengucapkan perasaannya tapi malah ditertawakan oleh Fero.
Sahabat tetaplah akan menjadi sahabat tidak pernah berubah menjadi cinta. itu yang selalu Fero usapkan pada Zea
Fero yang tidak peka terhadap perasaan Zea malah berusaha mengejar cinta Shena

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SAHABAT 17

Fer, lo di panggil kepala sekolah, katanya lo di suruh ke ruangan beliau” kata Eros yang berdiri di depan pintu UKS. Ketua OSIS itu aktif sekali dalam urusan panggil memanggil siswa yang bermasalah.

Fero sudah tahu siapa yang memanggilnya ke ruangan kepala sekolah itu, pasti kakeknya. Entah apa yang akan dibahas oleh kakeknya di sekolah ini. Apakah kakeknya tahu tentang Shena.

Fero menepuk kening, merasa bodoh dengan pikirannya. Sudah pasti kakeknya tahu, apa gunanya ada pak Ari sebagai orang kepercayaan kakeknya di sekolah ini kalau informasi sepenting itu tidak tahu.

“Iya, iya. Lo apa disinu?” tanya Fero karena Eros masih betah berdiri di pintu UKS itu.

“Gue Cuma mastiin lo ke ruangan kepala sekolah”

Fero berdecak sebal. “Iya, gue pergi. Nggak capek apa lo ngurusin anak-anak. Nikmatin masa sekolah, jangan malah ngurusin hidup orang. Kayak mak-mak saja lo suka ngurusin hidup para tetangga. Julid lo!”

Eros hanya diam, dia sudah biasa ocehan dari mulut Fero. Pemuda itu berjalan di belakang Fero, memastikan apa benar Fero pergi ke ruangan kepala sekolah, atau malah berbelok ke jalan lain.

“Astaga! Lo apa lagi sih ngikutin gue? Lo takut gue kabur?” sentak Fero, risih juga lama-lama diikuti seperti ini.

“Gue Cuma....”

“Ah, bacot lo, Ros. Mending lo urus noh anak-anak yang kabur ke belakang sekolah” tunjuk Fero pada segerombolan anak yang berlarian ke belakang sekolah.

Eros menoleh ke arah yang ditunjuk Fero dan melihat para junior yang tadi dia beri hukuman kini sudah kabur.

“Anjir, kok pada kabur?”

“Lo sih ngurusin gue mulu. Secinta itu lo sama gue. Suka banget kayaknya lo sama gue ya”

Eros mendelik lalu berlari menyusul para junior yang sudah kabur. Sementara Fero melanjutkan langkah kakinya menuju ruangan kepala sekolah.

...ΩΩΩΩΩΩΩ...

Disisi lain Zea mengajak Boni kembali ke kelas untuk mengambil tas. Jam pelajaran sudah selesai, bel tanda pulang pun sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu.

“Bisa gak bawa motor Bon?” tanya Zea khawatir.

Boni mengangguk. “Kan yang sakit hidung sama muka gue, buka tangan sama kaki gue.”

“Ya kali saja pandangan lo burem, jadi nggak bisa bawa motor.”

“Bisa kok, Ze. Tenang saja, Oke:

Zea mengangguk-anggukkan kepala. “Oke deh kalau kayak begitu. Tadi itu kalau lo gak bisa bawa motor gue mau anterin lo pulang”

Boni memandang Zea lekat lalu bertanya “emangnya lo bawa motor? Bukannya lo pulang pergi sama Fero ya?”

Zea terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. “maksud gue itu gue nganternya pakek motor lo”

“Teru pulangnya kayak mana?”

“Gampang lah Bon itu. Gue bisa naik taksi atau ojek online”

Boni memutar matanya malas lalu menggeleng. “Nggak, gue gak mau jadi sasaran Fero kalau sampai terjadi sesuatu sama lo. Hidung gue belum sembuh, bisa-bisa patah beneran hidung gue di buat Fero”

Gadis cantik berhidung mancung itu mencebik, padahal kan niatnya baik.

“Sudah ya Ze. Lo msih mau kan temenan sama gue? Kalau lo masih mau, jangan buat gue dipaksa ngejauhin lo, oke? Gue takut sama Fero, Ze.”

Zea menghela napas. “Iya deh. Lo hati-hati ya bawa motor ya. Kalau sudah sampai kabarin gue, Bon. Bagaimanapun lo bonyok gara-gara gue”

Boni hanya mengangguk lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Zea. Dia bukan tidak mau menerima bantuan Zea, tapi keselamatan Zea sekarang adalah paling utama. Bagaimana kalau Rayyan melihat Zea pulang bersamanya. Boni tahu betul sifat Rey itu seperti apa. Selain itu, Boni juga tidak mau membuat Fero ngereog gara-gara Zea kenapa-kenapa. Bisa mati dia.

“Ze. Kenapa belum pulang?” tanya Rini yang melihat Zea duduk di depan kelas. “Fero mana? Belum keluar dari ruangan kepala sekolah?”

Zea menggeleng. “Belum kayaknya Rin”

Rini ikut duduk di sebelah Zea, katanya dia akan menemani Zea sampai fero datang.

“Gue gak nyangka kak Rey ternyata gak sebaik yang gue kira” kata Rini tiba-tiba. Matanya menerawang jauh ke depan. Hancur sudah harapannya, bagaimanapun Rini tidak akan menyukai cowok jahat itu lagi.

Zea merangkul Rini, memberi kekuatan pada sahabatnya. “gue saja keget, Rin. Pantesan Fero keukeh banget ngelarang gue deket sama kak Rey”

“Emangnya Fero nggak ada cerita ke lo ya, Ze?”

Zea menggeleng, Fero memang tidak pernah cerita apapun tentang Rey. “Mending lo move on Rin. Gue yakin nanti pasti ada yang bisa buat lo jatuh cinta lagi”

Tiba-tiba Nando datang dengan penampilan acak-acakan. Biasanya juga acak-acakan tapi kali ini lebih acak-acakan lagi, sudut baju seragamnya bahkan sedikit robek dan kotor.

“Ya ampun, lo dari mana, Nando? Kenapa lo kayak gembel begini?” Zea terpekik melihat penampilan Nando.

“Fero mana?” tanya Nando sambil celingak celinguk ke dalam kelas. “Ze, fero sudah pulang?”

“Fero di ruangan kepala sekolah, lo kenapa sih?”

Nando duduk di sebelahnya Rini, jaraknya dan Rini sangat dekat sekali. “Fero ketahuan manjat tembok belakang ya? Aduh kasihan banget teman gue.”

“Nggak tahu gue, dia di panggil gara-gara apa. Mana lama lagi, sudah hampir satu jam lo ini” kata Zea sedikit khawatir.

“Atau karena kakek dia datang ya?” gumam Nando tapi masih bisa di dengar Zea dan Rini.

“Kakek?” tanya kedua gadis itu serempak.

Nando mengangguk. “Emangnya kalian gak tahu kalau pemilik sekolah datang? Atau kalian gak tahu kalau pemilik sekolah ini kakeknya Fero?”

Zea dan Rini saling pandang, memang tidak tahu menahu tentang pemilik sekolah yang datang ke sekolah. Itu semua karena mereka sibuk di UKS melihat keadaan Boni. Tak hanya itu, para guru pun sampai tidak peduli dengan keadaan Boni yang di keroyok saking capernya pada kakek Fero. Semua ingin terlihat menonjol di mata pemilik sekolah itu.

“Itu Fero” tunjuk Rini pada Fero yang berjalan ke arah mereka.

Fero tersenyum sambil melambung-lambungkan satu botol minuman yang ada di tangannya. “Nando, akhirnya kita ketemu lagi,: ucapnya penuh drama sambil memberikan botol minuman itu tadi kepada Zea.

“Ck! Sialan lo, Fer. Gara-gara lo ini tampilan gue kayak gembel begini. Mana baju gue robek lagi” Nando menunjukkan bajunya yang robek akibat terjatuh di tembok belakang sekolah.

Fero tergelak, lucu saja melihat penampilan Nando yang katanya seperti gembel itu. “Kita ada latihan basket, kan Ndo? Evan mana?”

“Iya! Kalau gak ada latihan mending gue pulang saja dari tadi, Fer. Evan sudah tunggu di lapangan basket,” sahut Nando sewot, dia melepas kemaja putihnya dan tersisa kaos hitam polos.

“Ze, gue ada latihan. Tunggu gue ya pulangnya” kata Fero pada Zea.

Zea menggeleng dan merangkul Rini.” Gue pulang bareng Rini saja, Fer. Kelamaan kalau nungguin lo, ngantuk gue”

“Nggak boleh, lo harus pulang bareng Gue!’’ sambar Fero cepat.

“Gue males nungguin lo, Fer. Lama tahu nggak!” Zea mulai kesal pada Fero, belum lagi wajah tengil Fero yang membuatnya semakin kesal.

Fero menghela napas “Ya sudah gue anterin lo pulang dulu, nanti gue balik ke sekolah lagi”

Fero tidak akan membiarkan Zea pulang sendirian, dia tidak ingin mengambil risiko.

“Gue pulang bareng rini saja deh. Lebay banget deh lo, Fer. Biasanya kan gue pulang sendiri juga. Kalau memang sudah waktunya mati, gue bakal mati kok”

Fero mendelik dan mencomot bibir Zea. “Sembarangan lo kalau ngebacot. Pokoknya gue anterin, gue gak terima penolakan titik!”

“Ndo, kasih tahu pak Bagas gue agak telat latihannya”

Nando mengangguk dan memberikan jempolnya. “Oke: katanya.

Dengan sangat terpaksa Zea pun ikut dengan Fero, percuma menolak karena Fero pasti memaksa.

“Lo kenapa gak pulang? Mau gue anter juga?” tanya Nando pada Rini yang masih duduk.

Gadis itu mendongak dan menatap Nando. “Sorry, gue gak mau dilabrak pacar lo”

Rini meninggalkan nando dengan tergesa-gesa, dia baru sadar kalau saat ini hanya ada dia dan Nando di situ, kalau saja ada yang melihat dan melaporkan pada pacar Nando, bisa bahaya.

“Gue sudah putus, Rin! Jomblo gue sekarang!” teriak Nando bangga. Sementara Rini semakin mempercepat langkah kakinya.

“Gila” ucap Rini pelan.

1
ZeNa
🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!