Di sebuah keluarga kultivator hidup anak bernama Lei Nan, meskipun dirinya dulu di agung-agungkan sebagai seorang jenius, namun terjadi kecelakaan yang membuat lenganya lumpuh, karena hal itu dirinya menjadi bahan cemohan di keluarganya, tapi hal itu berubah ketika dirinya tidak sengaja tersambar petir yang langsung mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Final
Dan akhirnya Lei Nan akan menghadapi Ji Bei untuk nanti akhirnya bisa melawan Feng Tian.
Setelah beristirahat beberapa saat, Lei Nan dan Ji Bei memasuki arena. Seluruh arena bersorak riuh, menantikan siapa yang akan maju ke final untuk melawan Feng Tian. Aura tegang menyelimuti sekeliling, membuat setiap napas terasa berat. Penonton, dengan mata yang berkilat penuh antusiasme, tidak ingin melewatkan momen penting ini.
Lei Nan, yang baru saja memenangkan pertarungan sengit melawan Yi Hua, berdiri tegap dengan ketenangan yang khas. Otot-ototnya tampak siap, namun matanya tetap fokus dan waspada. Di sisi lain, Ji Bei, dengan tongkat panjangnya yang berkilauan, tampak tenang dan penuh percaya diri. Ketenangan Ji Bei memperlihatkan pengalaman dan keahlian yang mumpuni.
"Baiklah, kita akan memulai pertandingan ini!" seru pembawa acara dengan semangat, suaranya menggema di seluruh arena.
Keduanya segera mengambil posisi masing-masing. Lei Nan dengan kuda-kuda yang kokoh, sementara Ji Bei mengayunkan tongkatnya dengan perlahan, mengukur setiap gerakan Lei Nan.
"Mulai!" teriak pembawa acara, memberikan aba-aba yang ditunggu-tunggu.
Lei Nan melesat maju, tinjunya dipenuhi energi listrik yang berderak. Dengan kecepatan yang mengagumkan, ia melancarkan serangan bertubi-tubi ke arah Ji Bei. Namun, Ji Bei yang berpengalaman mampu menghindari serangan itu dengan gesit. Tongkat panjangnya bergerak cepat, menangkis setiap pukulan Lei Nan dengan akurasi yang sempurna.
Dentuman keras terdengar setiap kali tongkat Ji Bei bertemu dengan tinju Lei Nan. Percikan listrik dari Lei Nan dan kilatan cahaya dari tongkat Ji Bei menciptakan pemandangan yang menakjubkan di tengah arena. Penonton terpaku, mata mereka mengikuti setiap gerakan dengan penuh konsentrasi.
Lei Nan terus menekan, mencoba mencari celah dalam pertahanan Ji Bei. Namun, Ji Bei tetap tenang dan terfokus. Ia menangkis setiap serangan dengan kekuatan yang tidak kalah hebatnya. Gerakan tongkatnya seolah menari di udara, menciptakan pola yang sulit diprediksi.
Setelah beberapa saat bertarung sengit, Lei Nan menyadari bahwa pendekatan agresifnya tidak membuahkan hasil. Ia memutuskan untuk mengubah strategi. Dengan gerakan yang cepat, ia melompat mundur, menjaga jarak untuk sejenak.
Ji Bei mengangkat alisnya, menyadari perubahan taktik Lei Nan. "Kau mulai berhati-hati, Lei Nan," katanya dengan suara tenang.
Lei Nan tersenyum tipis. "Kau lebih tangguh dari yang kukira, Ji Bei," jawabnya sambil mengatur napasnya.
Pertarungan kembali berlanjut. Lei Nan mulai menggunakan gerakan yang lebih terukur, menguji pertahanan Ji Bei dengan serangan yang lebih strategis. Ia mencari celah, mengandalkan kelincahan dan kecerdikannya untuk mengatasi lawannya.
Ji Bei, dengan ketenangan yang tidak tergoyahkan, terus menangkis dan mengelak. Tongkatnya bergerak seperti bayangan, selalu berada di tempat yang tepat untuk menghalau serangan Lei Nan. Namun, Lei Nan tidak menyerah. Dengan tekad yang kuat, ia terus menekan, mencari momen yang tepat untuk melancarkan serangan pamungkas.
Penonton terdiam dalam ketegangan, mengikuti setiap gerakan dengan penuh perhatian. Mereka tahu bahwa momen penentuan akan segera tiba. Kedua pendekar itu, meski lelah, tetap berdiri teguh, menunjukkan kekuatan dan keahlian yang luar biasa.
Akhirnya, momen itu datang. Lei Nan melihat celah kecil dalam pertahanan Ji Bei. Dengan kecepatan yang mengagumkan, ia melesat maju, tinjunya mengarah langsung ke dada Ji Bei. Ji Bei, yang menyadari bahaya, berusaha menangkis serangan itu dengan tongkatnya. Namun, Lei Nan sudah siap. Dengan gerakan cepat, ia memutar tubuhnya, menghindari tongkat Ji Bei dan melancarkan pukulan keras ke arah lawannya.
Boom!
Pukulan Lei Nan mengenai sasaran, membuat Ji Bei terhuyung mundur. Penonton berseru kaget, melihat Ji Bei yang biasanya tenang kini kehilangan keseimbangan. Namun, Ji Bei tidak menyerah. Meski terluka, ia mencoba berdiri kembali, menunjukkan semangat juang yang luar biasa.
Lei Nan, dengan napas yang terengah-engah, melihat lawannya dengan penuh penghargaan. "Kau kuat, Ji Bei," katanya dengan suara serak.
Ji Bei tersenyum lemah. "Kau juga, Lei Nan," jawabnya sambil berusaha tetap tegak.
Namun, tubuh Ji Bei tidak bisa lagi menahan luka yang diterimanya. Dengan langkah yang goyah, ia akhirnya jatuh ke tanah, tidak mampu melanjutkan pertarungan.
Penonton meledak dengan sorakan gemuruh, mengakui kemenangan Lei Nan yang telah berjuang dengan keras.
Pembawa acara segera maju dan mengumumkan hasilnya, "Pemenangnya adalah Lei Nan!"
Akhirnya, pertandingan final akan dilaksanakan sore nanti. Peserta diberi waktu istirahat untuk memulihkan qi mereka, mengumpulkan energi dan kekuatan untuk menghadapi babak terakhir ini. Lei Nan berjalan menuju tempat istirahat, merasa letih namun penuh tekad. Ia tahu bahwa tantangan terbesar masih menantinya—Feng Tian, pendekar yang sudah dikenal karena kekuatannya yang luar biasa.
Di tempat istirahat, Lei Nan duduk bersila, mencoba menenangkan pikirannya. Ia memejamkan mata, memusatkan pikiran pada aliran qi dalam tubuhnya. Perlahan-lahan, energi dalam dirinya mulai pulih, mengalir kembali dengan kekuatan yang semakin besar. Ingatan akan pertarungan-pertarungan sebelumnya terlintas di benaknya, namun ia segera mengesampingkannya, fokus pada tujuan yang ada di depan mata.
Sementara itu, Feng Tian juga berada di tempat istirahat, mempersiapkan diri untuk pertarungan yang akan datang. Meskipun terlihat tenang, matanya memancarkan keteguhan dan keyakinan. Ia tahu bahwa Lei Nan adalah lawan yang tangguh, namun ia juga yakin pada kekuatannya sendiri.
Meskipun dirinya tidak yakin mengingat dua Minggu yang lalu Lei Nan berada cukup jauh dengan kekuatanya sekarang.
Sore itu, suasana di arena semakin tegang. Penonton mulai memenuhi tempat duduk, tidak sabar menantikan pertarungan final yang akan menentukan siapa yang akan menjadi juara sejati. Sorakan dan bisikan penonton menciptakan suasana yang penuh antisipasi.
Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu tiba. Pembawa acara naik ke atas panggung, suaranya yang lantang menarik perhatian semua orang. "Para hadirin, saat ini kita akan menyaksikan pertandingan final yang akan menentukan juara turnamen Kota Bulan Perak! Silakan menyambut Lei Nan dan Feng Tian!"
Sorakan penonton membahana saat Lei Nan dan Feng Tian memasuki arena. Kedua pendekar itu berdiri berhadapan, saling menatap dengan penuh tekad. Meskipun berbeda dalam gaya bertarung dan kekuatan, mereka memiliki satu tujuan yang sama—menjadi juara.
Pembawa acara mengangkat tangannya, memberikan isyarat untuk memulai. "Pertandingan final dimulai sekarang!"
Lei Nan dan Feng Tian segera mengambil posisi. Lei Nan dengan kuda-kudanya yang kokoh, sementara Feng Tian berdiri dengan sikap yang tenang namun siap menyerang. Aura di sekitar mereka terasa penuh dengan kekuatan yang siap meledak kapan saja.
Lei Nan berdiri tegap, napasnya perlahan menjadi tenang saat ia memusatkan pikiran pada pertarungan yang akan datang. Kilatan listrik yang mengelilingi tubuhnya semakin kuat, memancarkan energi yang hampir terasa oleh penonton yang duduk di barisan terdepan. Di seberang arena, Feng Tian memegang pedangnya dengan mantap. Aura pedang yang pekat dan mematikan membungkus dirinya, memberikan perasaan bahwa ia siap menebas apa pun yang menghalangi jalannya.
Saat aba-aba dimulai, kedua pendekar itu tidak langsung menyerang. Mereka saling mengamati, mencari kelemahan dan tanda-tanda awal serangan. Lei Nan melangkah maju dengan hati-hati, matanya tak lepas dari gerakan Feng Tian. Feng Tian merespons dengan mengangkat pedangnya sedikit, sikap tubuhnya berubah menjadi lebih agresif.
Dengan gerakan yang tiba-tiba, Lei Nan melesat maju. Tinju berlapis listriknya mengarah lurus ke dada Feng Tian. Namun, Feng Tian bergerak dengan kecepatan luar biasa, menghindari serangan itu dan melancarkan serangan balik dengan pedangnya. Kilatan pedang itu berbahaya, namun Lei Nan berhasil menangkisnya dengan lengan berlapis energi listrik.
Pertarungan semakin memanas. Setiap serangan Lei Nan disambut dengan serangan balik dari Feng Tian, dan setiap tebasan pedang Feng Tian dihalau oleh kekuatan listrik Lei Nan. Dentuman keras dan percikan energi memenuhi arena, menciptakan pemandangan yang spektakuler bagi penonton yang terpaku pada setiap gerakan mereka.
"Dirinya semakin kuat, bagaimana mungkin?"batin Feng Tian terkejut karena dirina bisa tahu kekuatan Lei Nan dari beberapa bertukaran serangan barusan.
Setelah beberapa saat bertarung tanpa henti, Lei Nan menyadari bahwa serangan langsung tidak akan cukup untuk mengalahkan Feng Tian. Ia mengubah taktik, mulai bergerak lebih strategis, mencoba mengelabui Feng Tian dengan gerakan yang tidak terduga. Feng Tian, dengan mata yang tajam, tetap waspada, menangkis setiap serangan yang datang.
Namun, Lei Nan tidak menyerah. Dengan kelincahannya, ia berhasil menemukan celah kecil dalam pertahanan Feng Tian. Dengan kecepatan yang mengagumkan, ia melancarkan serangan bertubi-tubi, memaksa Feng Tian untuk mundur beberapa langkah. Penonton berseru kagum melihat serangan yang begitu cepat dan penuh tenaga.
Feng Tian, meskipun terdesak, tetap tenang. Ia menangkis serangan Lei Nan dengan ketenangan yang mengagumkan, memanfaatkan setiap kesempatan untuk melancarkan serangan balik. Pedangnya berkilat, menciptakan garis cahaya yang memotong udara dengan presisi.
Lei Nan menyadari bahwa waktu untuk mengakhiri pertarungan ini semakin dekat. Dengan tekad yang kuat, ia memusatkan seluruh energinya, mempersiapkan serangan pamungkas. Ia melompat tinggi, tinjunya dipenuhi energi listrik yang berderak. Feng Tian mengangkat pedangnya, siap menghadapi serangan tersebut.
Saat Lei Nan melancarkan pukulan terakhirnya, Feng Tian dengan cepat bergerak, menghindari serangan itu dengan gerakan yang halus. Ia memutar tubuhnya, pedangnya berayun dengan kecepatan luar biasa, mengarah ke sisi Lei Nan yang terbuka.
Namun, Lei Nan sudah memperkirakan gerakan itu. Dengan kelincahan yang luar biasa, ia memutar tubuhnya, menghindari tebasan pedang Feng Tian dan melancarkan pukulan keras ke arah dada lawannya.
Boom!
Serangan Lei Nan mengenai sasaran dengan tepat, membuat Feng Tian terhuyung mundur. Penonton berseru kaget melihat Feng Tian yang biasanya tidak terkalahkan kini berada dalam posisi sulit.
Namun anehnya Feng Tian hanya tersenyum dan itu di sadari Lei Nan dan tiba-tiba aura yang di keluarkan Feng Tian semakin kuat dan segera seluruh arena terdiam saat merasakan ranah Feng Tian yang tiba-tiba naik di ranah pembentukan akar suci.
Deg*