Varel adalah seorang mantan prajurit yang berhenti karena suatu insiden yang besar.
Kini dia menjadi seorang pengawal dari seorang wanita cantik yang bernama Cintia. Cintia adalah wanita yang terkenal begitu cantik bak seorang Dewi di kota itu.
Cintia selain cantik juga begitu arogan terhadap Varel. Tapi Varel juga dengan profesional menjalankan tugasnya untuk melindungi Cintia.
"Kamu jangan terlalu dekat dengan ku!" marah Cintia kepada Varel.
"Oh, baiklah," jawab Varel.
Seorang pembunuh tiba-tiba saja muncul dan langsung menembakkan pistolnya ke arah Cintia. Cintia tampak terkejut dan begitu ketakutan.
Peluru itu melesat dan akan menembus dada Cintia, akan tetapi Varel sudah lebih dulu menarik dan memeluk tubuh Cintia, lalu jatuh bersama untuk melindunginya.
"Kamu... beraninya memelukku," marah Cintia yang sedang terbaring di lantai sambil di peluk Varel.
"Eh..." Varel seolah tidak percaya dirinya baru saja menolongnya, tapi justru malah di makinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 17 KONFLIK 3 WANITA CANTIK
Varel kini telah tiba di sebuah toko perhiasan, Varel berniat untuk membelikan sebuah kalung untuk Cintia.
Beberapa jam kemudian waktu menunjukkan pukul 5 sore, Varel dan Cintia sedang berada di mobil menuju kembali ke rumah.
Di tempat lain, di rumah milik Cintia terlihat dua orang wanita cantik sedang duduk di kursi teras rumah.
Kedua wanita cantik itu adalah Andini dan Ranti, mereka berdua datang untuk bertemu dengan Varel.
Mereka berdua duduk dan saling mencuri pandang. Dapat terlihat aura perselisihan diantara mereka berdua.
Sebelumnya mereka sudah mengobrol dan saling berkenalan. Namun mereka telah menyadari bahwa sama-sama sedang mencari Varel.
"Sialan, satu lagi wanita muncul menjadi sainganku," ucap Andini dalam hati.
"Tidak menyangka ternyata artis terkenal Andini juga tertarik dengan varel, tapi aku juga tidak kalah cantik darinya," ucap Ranti dalam hati.
"Nona Ranti, keluargamu adalah keluarga kaya raya, tidakkah nona merasa kurang cocok dengan Varel," ujar Andini langsung ke intinya dan terang-terangan.
"Oh, nona sendiri adalah artis terkenal, begitu banyak pria mengagumi anda, jadwal anda juga sangat sibuk, tidak menyangka masih punya waktu untuk datang mengejar pria," balas Ranti.
"Apa..." Andini terlihat kesal.
"Aku akan meladeni mu," ujar Ranti.
Kemudian sebuah mobil telah sampai dan keluar dari dalam mobil Cintia dan Varel.
"Eh ini..." Cintia tampak terkejut di teras rumahnya sudah ada Andini dan juga Ranti.
Cintia berpikir Andini datang ke sini pasti ingin bertemu Varel sedangkan ranti, Cintia masih belum mengerti.
"Apa mungkin Ranti juga tertarik dengan varel?" pikir Cintia.
"Tidak bisa," ucap Cintia dalam hati sambil menggigit bibirnya.
Tiga orang wanita cantik saling bertemu dan menimbulkan api perselisihan. Mereka bertiga terlihat saling mencuri pandang.
"Ini, kenapa kalian sudah berada di sini?" tanya Varel yang terkejut melihat Andini dan Ranti.
"Aku sedang tidak nafsu makan di rumah, jadi aku ingin mengajakmu keluar untuk makan," jawab Andini.
"Aku datang, hanya ingin mengucapkan terima kasih atas kejadian kemarin dan juga kakek menitip pesan untuk mengundangmu makan ke rumah," jawab Ranti.
"Tidak bisa," potong Cintia dengan cepat.
"Varel adalah pengawal ku, dia juga sudah lelah menjaga ku seharian, jadi dia harus beristirahat malam ini," sambung Cintia.
"Bagaimana menurutmu Varel, bukankah yang ku katakan benar?" tanya Andini sambil menatap Varel penuh harap.
Varel terlihat sangat bingung harus bagaimana sekarang. Varel juga merasakan udara di sekelilingnya menjadi semakin panas dan sesak.
"Varel, kamu sudah pernah berjanji untuk menemaniku," ujar Andini.
"Tapi hari ini aku benar-benar lelah, bagaimana lusa," jawab Varel.
"Varel, kamu menyebalkan," ujar Andini.
"Varel, kakek mengundangmu untuk makan bersama di rumah, bagaimana?" tanya Ranti.
"Begini saja, katakan kepada kakek Gunawan untuk menundanya dahulu, lain kali aku pasti bisa," jawab Varel.
"Kamu janji ya," ujar Ranti.
"Ya, tenang saja," balas Varel.
"Kalian sudah dengar kan, malam ini Varel tidak bisa keluar, jadi kalian bisa pergi," ujar Cintia.
"Baiklah, aku pulang dulu," ujar Andini sambil mengedipkan matanya kepada Varel dan berjalan pergi.
"Varel jangan lupa janjimu," ujar Ranti tersenyum manis, kemudian juga pergi dari sana.
Tinggallah di sana Varel dan Cintia. Varel tidak menyangka mengenal begitu banyak wanita cantik akan sangat merepotkan.
"Keliatannya kamu begitu menikmati mereka datang untuk mencarimu," ujar Cintia dengan kesal.
"Kenapa kamu berbicara seperti itu, aku tidak melakukan apapun," balas Varel.
"Membuatku kesal saja," ujar Cintia.
Cintia mulai berjalan pergi masuk kedalam rumah, sedangkan Varel hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Malam hari pukul 10 malam, Cintia sedang berbaring sambil memegangi ponselnya. Cintia ingin sekali menghubungi Varel dan berbicara sepatah kata sebelum tidur.
Setelah mengumpulkan keberanian, Cintia hendak menelpon Varel, namun tiba-tiba saja sebuah pesan masuk terlebih dahulu.
Pesan itu berasal dari Varel, sehingga seketika membuat Cintia langsung bersemangat. Cintia mulai bangun dan duduk lalu membuka pesan itu.
"Cintia, apa kamu sudah tidur?" bunyi pesan dari Varel.
Cintia begitu senang mendapatkan pesan dari Varel dan dengan segera menjawabnya.
"Belum, kamu ada perlu apa?" tanya Cintia.
"Besok sepulang bekerja, aku ingin pergi jalan-jalan, apakah kamu mau ikut?" tanya Varel.
Seketika jantung Cintia menjadi berdebar kencang. Ini pertama kalinya Varel secara langsung mengajaknya pergi jalan.
"Aku mau," jawab Cintia.
"Baguslah, kalau begitu istirahat lah hari sudah malam," ujar Varel.
"Ya, baiklah," balas Cintia.
Selesai itu Cintia langsung berbaring kembali sambil meletakkan ponselnya di atas dadanya. Cintia tidak sabar menunggu hari esok datang.
Sementara di kamar, Rafael sedang duduk di atas ranjangnya.
"Besok aku akan memberikan kalung ini kepadanya," ucap Varel sendiri.
Sementara itu di sebuah apartemen petugas Sarah baru saja mendapatkan sebuah berkas dari bawahannya. Berkas itu berisi tentang data-data mengenai Varel.
Isi data itu menyebutkan nama Varel, nama belakang tidak bisa di akses. Umur 28 tahun, tempat tanggal lahir tidak bisa di akses.
Membaca dokumen itu membuat Sarah semakin terkejut dan penasaran terhadap Varel.
"Benar-benar sangat misterius," ucap Sarah sendiri.
Sedangkan di tempat lain David yang mendapatkan laporan dari bawahannya bahwa Eduardo telah tewas di tangan Varel, membuatnya semakin murka.
"Aku tidak menyangka bajingan itu mempunyai kemampuan," ujar David.
"Pa, papa harus segera membalaskan dendamku," ujar Dion.
"Kalau itu sudah pasti," jawab David.
David segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Sepuluh menit kemudian panggilan itu berakhir.
"Pa, siapa yang kamu telepon?" tanya Dion.
"Pamanmu Riyan Saputra," jawab David dengan senyum di bibirnya.
"Bukankah kamu tahu bahwa paman mu Riyan pergi ke luar negeri untuk mengikuti pendidikan prajurit khusus, kini dia telah selesai dan memiliki kemampuan bertarung yang luar biasa, dia akan kembali dan membantu kita," sambung David.
"Itu bagus sekali pa, paman Riyan sebelum berangkat saja, mampu mengalahkan puluhan orang dengan sangat mudah, setelah selesai pendidikan pasti akan sangat hebat," ujar Dion bersemangat.
"Tentu saja, setelah Riyan datang semua akan selesai," balas David.
"Varel, aku tidak sabar melihat kematianmu," ucap Dion sendiri.
Esok harinya Cintia memutuskan untuk pulang kerja lebih awal guna janji yang telah dia buat semalam dengan Varel.
"Kamu mau mengajakku kemana?" tanya Cintia.
"Bagaimana jika kamu yang putuskan saja?" tanya balik Varel.
"Loh kenapa begitu, kan kamu memintaku untuk menemanimu," ujar Cintia.
"Tidak apa, kamu yang putuskan saja," balas Varel sambil tersenyum.
"Hem aneh," ujar Cintia.
"Ya sudah, bagaimana jika kita pergi ke taman hiburan, sudah lama aku tidak ke sana?" tanya Varel.
Setelah Varel menjadi seorang prajurit, dan menjalankan begitu banyak misi, dirinya sampai lupa kapan terakhir kali pergi ke sebuah taman hiburan.
"Baiklah," jawab Cintia.
Cintia dan Varel mulai menaiki mobil pergi menuju ke sebuah taman hiburan terbesar di kota.
Mereka mulai menaiki berbagai macam wahana yang ada. Cintia begitu menikmatinya dan hatinya begitu terasa sangat senang.
"Setelah ini kamu ingin main apa lagi?" tanya Varel.
Varel yang minta di temani jalan-jalan, tapi kini justru tampak sebaliknya.
Cintia tidak menjawab pertanyaan Varel dan justru berdiri sambil memainkan jari-jarinya.
"Varel tahukah kamu, ini pertama kalinya bagiku pergi bersama seorang pria dan aku merasa sangat senang," ujar Cintia.
"Benarkah, baguslah kalau begitu," balas Varel.
"Apa kamu juga senang seperti ku?" tanya Cintia.
"Ya, tentu saja," jawab Varel.
gk ad next??
kita temukan jawabannya pada chapter2 yg akan datang