Berpacaran selama 5 tahun. Hingga mereka memutuskan untuk menikah. Satu hari setelah hari pernikahannya suaminya mulai berubah dan bahkan tidak pernah menyentuh istrinya karena alasan capek. Setiap hari di paksa untuk memahami, dan mengerti semuanya. Hingga akhirnya sang istri berusaha mencari tahu apa alasan di balik perubahan sikap suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kavhyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil?
Satu Bulan kemudian.
Seperti biasanya Tania sudah melewati hari-hari yang cukup sulit. Dan hingga akhirnya sekarang semua sudah membaik. Apapun yang terjadi dalam hidupnya biarlah semua jadi pelajaran untuknya. Mungkin tidak akan melupakan apa yang terjadi tapi sekarang dia sudah mulai melanjutkan hidupnya dengan fokus bekerja. Selama di Australia dia menyibukkan dirinya dengan pekerjaan. Dia yang menghandle bisnis orangtuanya di sini. Dan selama satu bulan penuh Kenzi yang selalu menemaninya kemanapun dan selalu ada untuknya setiap saat. Begitupun dengan Gisel dan Jovanka. Tania bersyukur memiliki sahabat sebaik mereka dan terutama orang tua dan juga Abangnya yang selalu ada untuknya.
...****************...
Sedangkan di tempat lain Ansel dan Dian sedang berada di apartemen. Ansel sudah mendapatkan pekerjaan baru. Dan merintis sendiri. Walaupun semua fasilitasnya sudah di ambil orangtuanya tapi Ansel masih memiliki tabungan yang lumayan banyak. Yang tidak di ketahui orangtuanya. Sampai sekarang dia masih memikirkan Tania. Selama satu bulan terakhir dia tidak pernah bertemu dengan Tania dan bertanya-tanya kemana Tania sekarang. Jujur saja dia merasa rindu. Dan ada secercah harapan boleh kah dia mengharapkan Tania kembali dalam hidupnya? Pikirnya
Huek...Huek...Huek..
Dia yang berada di Wc terus muntah dan merasa pusing. Ansel yang duduk di meja makan langsung menghampiri Dian karena merasa khawatir.
"Kamu ngak papa sayang?" Tanya Ansel. Dian pun menggelengkan kepalanya.
"Aku ngak papa. Tidak tau kenapa akhir-akhir ini aku sering merasa mual dan pusing." Ucap Dian. Ansel yang mendengar itu kaget dan berpikir. Apakah Dian hamil? Tapi rasanya ngak mungkin karena terakhir kali dia berhubungan dengan Dian adalah waktu di Bali. Dan setelah dari Bali Dian halangan. Dan ngak mungkin Dian hamil karena dia.
"Ayo aku antar kamu periksa." Ucap Ansel. Dian pun mengangguk. Dan mereka berjalan pergi ke rumah sakit Pelita.
Sesampainya di sana Ansel dan Dian langsung masuk ke ruangan dokter.
"Ada apa, Bu? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Dokter
"Begini, Dok. Akhir-akhir ini sekitar 1 Minggu saya merasa mual-mual dan pusing di pagi hari ataupun di malam hari." Ucap Dian. Dokter pun tersenyum mengangguk.
"Baik saya periksa dulu ya, Bu. Silahkan baring di sana." Ucap Dokter. Dian pun mengangguk dan berjalan ke tempat tidur. Dia melakukan USG. Ini pertama kali untuknya. Dia ngak mengerti apa-apa.
"Sudah selesai, Bu." Ucap Dian dan turun dari tempat tidur dan duduk di dekat Ansel.
"Bagaimana keadaan saya, Dok. Apa ada yang serius?" Tanya Dian. Dokter tersenyum.
"Selamat Ya ,Pak, Bu. Istri bapak sedang hamil. Dan usia kandungannya sudah mau masuk dua bulan. Sebaiknya ibu tidak melakukan aktivitas berat yang membuat kecapean, makan makanan yang sehat dan ibu hamil ngak boleh stress." Ucap Dokter. Sedangkan Dian dan Ansel mematung. Hamil? Tapi Ansel merasa tidak pernah melakukannya lagi. Lalu siapa anak yang ada di dalam kandungan Dian? Pikirannya.
"Makasih ya, Dok." Ucap Ansel dan membawa Dian keluar dan meminta penjelasan. Dan sekarang mereka sedang di mobil.
"Kamu hamil anak siapa Dian? Bilang sama Kakak." Tanya Ansel yang berusaha menahan amarahnya. Selama ini dia tidak pernah ingin memarahi adiknya. Dia berusaha tenang. Dian pun mengingat kalau Dian pernah ke Club. Dan mabuk-mabukan di sana. Dan di malam itu dia bersama pria yang dia ngak kenal. Dia baru sadar setelah esok paginya dia bangun dan sudah tidak memakai apapun. Tapi pria itu sudah tidak ada di sampingnya. Dian ngak boleh bilang sama Ansel. Dia harus memikirkan sesuatu. Kemudian Dian ingat kalau saat dari pengadilan untuk sidang terakhir. Ansel merasa putus asa dan minum-minum. Dan Dian pun waktu itu juga minum. Tapi tidak minum banyak sehingga dia masih sadar. Dan waktu itu Dian membawa Ansel ke kamar. Dan Dian sadar dia tidak melakukan hal itu dengan Ansel.
"Ini anak kakak hiks..hikss..." Bohong Dian dan menangis. Ansel pun merasa marah.
"Jangan asal bicara. Kita bahkan tidak pernah melakukannya."
"Dian ngak bohong, Kak. Kakak coba ingat malam itu. Malam itu kita berdua minum-minum hingga kita berdua tidak sadar apa yang kita lakukan." Ucap Dian menjelaskan semuanya. Ansel pun mencoba mengingat kejadian malam itu. Dia mungkin minum tapi kenapa dia merasa kalau dia tidak pernah melakukannya.
"Tapi Kakak yakin Dian. Kakak ngak merasa kalau kita melakukannya malam itu." Ucap Ansel dengan penuh keyakinan.
"Hiks...Hiks... Dian ngak bohong, Kak. Waktu itu kakak banyak minum. Dan kakak yang maksa Dian melakukannya lagi." Ucap Dian. Ansel pun langsung memeluk Dian dan meminta maaf. Mungkin apa yang di katakan Dian memang benar. Malam itu dia mabuk berat dan tidak mengingat apapun apa yang terjadi sebenarnya.
"Maafin aku sayang. Aku janji akan tanggung jawab dan menikahi kamu. Aku tidak ingin kamu di hina oleh masyarakat." Ucap Ansel. Dian yang mendengar itu tersenyum bahagia. Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu telah tiba. Ansel akan menjadi miliknya.
"Apa perlu kita ke rumah Mama dan Papa?" Tanya Dian. Ansel pun berpikir lebih baik dia pulang ke rumah dan meminta maaf. Sekaligus bilang kalau dia akan menikahi Dian. Mungkin saja orangtuanya masih mau menerima dan memaafkannya. Pikirnya. Dan Ansel pun mengangguk.
"Kita ke sana." Ucap Ansel. Dan mereka pun berjalan menuju ke rumah untuk pertama kali setelah di usir dari rumah. Semoga Mama dan Papanya masih mau menerimanya.
...****************...
Sekitar 20 menit perjalanan, mereka pun sampai.
Tok...Tok...Tok...
Dan seseorang dari dalam membuka pintu. Dengan kagetnya dia melihat siapa yang membuka pintu.
Ceklek...
"Mama." Ucap Dian yang memeluk Mamanya. Dia adalah Mama Rita. Namun Mama Rita melepaskan pelukan Dian dengan paksa sehingga Dian kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Beruntunglah Ansel ada di sana.
"Kamu tidak papa?" Tanya Ansel. Dian pun menggelengkan kepalanya.
"Jangan panggil aku dengan sebutan Mama. Aku bukan Mama kamu lagi dan kamu bukan anakku." Ucap Mama Rita. Dalam hati dia sakit mengatakan itu tapi dia juga tidak bisa menerima perbuatan putrinya. Dia marah dan kecewa sehingga dia harus mengatakan hal itu.
"Aku tahu Mama marah dan kecewa sama Dian. Tapi tolong, Mah. Maafin Dian, Mah. Dian s
Ansel
Wiliam