NovelToon NovelToon
Cinta Terhalang Takdir

Cinta Terhalang Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:15.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sri_1987

Dalam hidup terkadang kita tidak bisa memaksakan kehendak meskipun ingin. Rasa ingin memiliki yang begitu besar harus mengalah pada takdir dan kenyataan yang tidak sejalan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri_1987, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17

Sudah hampir seminggu Reyna tidak bertemu dengan Dimas. Sejak pesannya beberapa hari yang lalu, Dimas tidak mengirimi Reyna pesan singkat lagi. Menelpon pun tidak. Mungkin dia merasa percuma, sebsb Reyna tidak pernah mengangkatnya seperti yang sudah-sudah.

Jangan ditanya bagaimana rasanya. Reyna tentu sangat tersiksa menahan rindunya pada Dimas. Seperti kata Bu Lastri, kalau rasa itu tidak bisa hilang seketika. Semua butuh proses. Akan perlu banyak waktu. Tapi...... Entahlah. Perasaan tidak rela Reyna jika harus berpisah masih sangat kuat.

Reyna dan Dokter Irfan semakin akrab. Akhir-akhir ini Dokter Irfan sering mampir dan mengajak Reyna keluar untuk sekedar mengisi perut. Reyna juga merasakan perhatian yang lebih dari sikap Dokter Irfan kepadanya. Atau mungkin itu hanya prasangka Reyna saja. Reyna terlalu GR.

Seperti hari ini, saat Reyna keluar dari gerbang sekolah dan berniat mencari ojek untuk mengantarnya pulang, mobil Dokter Irfan berdiri tepat di depannya.

Dokter Irfan keluar dan memberikan senyuman yang berkharisma.

"Kamu ada acara siang ini?" tanyanya begitu tepat di depan Reyna.

Reyna menggeleng, "Nggak ada, Dok!"

Dokter Irfan menarik nafas lega. "Bagaimana kalau kita makan siang? Ada yang ingin aku bicarakan. Kamu nggak keberatan?"

Reyna menggeleng kembali. Dokter Irfan membuka pintu mobilnya. Dan mempersilahkan Reyna untuk masuk.

*****

Suasana cafe siang ini tidak terlalu ramai. Mungkin karena jam istirahat makan siang sudah terlewat. Mereka duduk berhadapan di meja yang menghadap jendela ke arah taman di samping cafe.

Reyna hanya memesan Double Espresso tanpa memesan makanan. Karena tadi dia sudah menghabiskan satu porsi seblak yang dipesan Dewi dari salah satu temannya yang berjualan makanan online saat makan siang.

Reyna membiarkan Dokter Irfan untuk menghabiskan makanannya lebih dulu. Baru dia akan menanyakan keperluannya mengajaknya tadi.Dokter Irfan menyantap makanannya dengan lahap, kelihatan sekali sangat menikmati. Dokter itu sempat bercerita pada Reyna kalau belum sempat pulang ke rumah sejak kemarin sore.

"Dokter selalu kelihatan kelaparan saat bersamaku," kata Reyna bergurau tepat saat Dokter Irfan menyelesaikan makan siangnya yang terlambat.

Dokter Irfan terbahak, mengelap bibirnya dengan tisu . "Apa kelihatan sekali, ya?"

Reyna ikut tertawa dan menyesap kopi yang tadi dipesannya. Rasa pahit pada kopi mengingatkannya pada kisah cintanya dengan Dimas. Ya.... Memang pahit, sepahit kopi yang dia minum.

"Beginilah nasib perjaka tua. Tidak ada yang memperhatikan soal makanan," Dokter Irfan tertawa lucu. "Bahkan keponakanku menyebut saya ini 'Bujang lapuk'. Mentang-mentang dia sudah menikah dan dikaruniai seorang putri yang cantik."

"Padahal Dokter tinggal memilih salah satu dari rekan dokter atau perawat rekan kerja Dokter, lho. Siapa yang akan menolak Dokter Irfan yang tampan, mapan, karir bagus. Apa susahnya....."

Dokter Irfan tertawa lebar menanggapi perkataan Reyna. "Orang kalau melihat pasti bilangnya sama seperti kamu."

"Memangnya Dokter Irfan belum punya calon?" tanya Reyna spontan.

"Sedang dalam pendekatan," ujarnya, tersenyum manis. "Semoga saja nanti tidak ada penolakan."

"Semoga, Dok!"

Reyna merasa Dokter Irfan sering memperhatikannya dengan tersenyum. Atau mungkin cuma perasaan Reyna saja. Wanita itu menghalau jauh-jauh pikirannya yang aneh tentang Dokter Irfan.

"Jadi begini, Rey!" Dokter Irfan akhirnya mengatakan tujuannya menemui Reyna hari ini. "Minggu depan Kakak sulungku akan merayakan anniversary pernikahannya. Saya minta tolong kamu untuk menemani saya nanti. Yang diundang hanya kerabat saja kok!"

Reyna mengerutkan kening, "Tapi ini pesta keluarga Dokter. Nggak apa-apa memangnya kalau saya ikut?"

"Tidak masalah. Kan kamu datang bersama saya. Sebagai partner saya."

"Kenapa Dokter nggak mengajak rekan Dokter saja?"

"Terlalu riskan, Rey! Dan saya nggak mau nanti malah menjadi gosip di rumah sakit."

Reyna berpikir sebentar sebelum menyetujui permintaan Dokter Irfan. Dan menurut Reyna, selama ini Dokter Irfan sangat baik terhadapnya juga Bu Lastri. Tidak ada salahnya dia setuju dengan permintaannya, mumpung ada kesempatan untuk membalas budi baiknya.

"Terimakasih sebelumnya, Rey!"

Dokter Irfan sedikit bercerita tentang keluarganya. Tidak mendetail, hanya sebagian garis besarnya saja. Mungkin maksudnya sekedar memberi gambaran pada Reyna agar nanti dia bisa dengan segera menyesuaikan diri.

"Setiap tahun setiap ada acara keluarga, saya selalu datang sendiri. Sudah kebal rasanya mendengar pertanyaan kapan nikah, umur makin tua kenapa masih betah sendiri dan yang lain-lain. Padahal saya tahu, kalau sudah tua dan tidak perlu diingatkan. Kan sudah ada buktinya, ini uban di kepala." Dokter Irfan tertawa sambil menyentuh bagian depan rambutnya.

"Makanya saya minta tolong sama kamu untuk menemani, biar saya nggak dicecar dengan pertanyaan seperti itu lagi. Capek juga rasanya."

Reyna ikut tertawa mendengar cerita Dokter Irfan, "Sampai segitunya, Dok?"

"Ya.... Saya rasa wajar saja. Di usia saya yang sudah kepala empat ini memang sudah waktunya memikirkan untuk membina rumah tangga."

"Tapi Dokter tidak kelihatan setua itu, kok!" Reyna memujinya.

Dokter Irfan kembali tertawa mendengarnya. Dokter tampan itu sering kali tertawa, dan tawanya itu juga menular pada Reyna. Membuat wanita itu melupakan sejenak masalah pelik tentang hubungannya dengan Dimas.

Dokter Irfan berpamitan hendak ke toilet, tepat saat sebuah pesan masuk ke ponsel Reyna.

Nama Dimas terpampang di layar notifikasi.

Reyna segera membuka dan membacanya.

[Aku sedang dalam perjalanan pulang. Aku menunggumu di rumah kita nanti malam. Jangan menghindar lagi. Banyak yang harus kita bicarakan. Kalau kamu tidak mau datang, aku akan ke rumahmu. Tidak peduli meskipun Ibu akan marah.]

Reyna menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Masalahnya dengan Dimas memang belum selesai. Dan memang sebaiknya mereka harus segera menyelesaikannya. Lebih cepat lebih baik, daripada Reyna terus menghindar dan menunda-nunda. Entah apa yang akan terjadi nanti....

*****

Malam hari.

Reyna memastikan Ibunya sudah benar-benar terlelap sebelum dia pergi untuk menemui Dimas. Lelaki itu sudah menelponnya berulangkali sejak tadi. Tapi Reyna tidak berani keluar menemuinya jika Bu Lastri masih terjaga. Reyna takut ibunya tahu dan akan merasa lebih kecewa lagi.

Reyna memutar kunci dengan sangat pelan, berharap tidak menimbulkan suara yang bisa membuat Ibunya tiba-tiba terbangun.

Pandangan Reyna dengan waspada mengawasi keadaan sekitar. Saat benar-benar sepi dan yakin tidak ada tetangga sekitar yang melihat, Reyna segera berangkat ke tempat dimana Dimas menunggunya.

Pintu terbuka saat kaki wanita itu baru saja menapaki teras rumah. Dimas menyambut dengan senyuman hangatnya. Senyuman yang selalu sukses membuat degup jantung Reyna menjadi tak beraturan ritmenya. Senyuman yang selama satu minggu ini mungkin dia rindukan.

Dimas menutup pintu dan memeluknya erat. Dengan cepat melabuhkan ciumannya yang dalam dan setengah memaksa.

"Aku sangat merindukanmu, Rey!" katanya di sela ciumannya. "Kamu jahat menolak semua panggilanku. Mengabaikan pesanku....saat kamu tidak mau menjawab semua telponku, aku akan segera pulang menemuimu seandainya saja aku bisa membatalkan semua pekerjaanku."

Reyna mendorong dadanya pelan, membuat pelukannya terlepas. Reyna hanya tersenyum menanggapi.

"Kenapa?" tanya Dimas dengan menatap tajam.

"Katamu kita akan bicara, Mas?"

"Kenapa kamu selalu begini, Rey?" Suara Dimas agak meninggi. "Kamu berubah-ubah hanya dalam waktu hitungan hari. Kamu seperti remaja berusia belasan tahun, tahu nggak?! Dan aku semakin tidak mengerti apa mau kamu sebenarnya!"

Reyna membuang pandangan. Menarik nafas dan menghembuskannya dengan kasar.

"Kita harus segera mengakhiri semua ini, Mas," jawab Reyna akhirnya. "Ibu sudah tahu dan beliau sangat kecewa. Aku tidak bisa lagi."

"Hanya karena itu? Karena Ibu?"

"Sherin juga sudah mulai mencurigaimu."

Mendengar nama istrinya disebut oleh Reyna, air muka Dimas seketika berubah. Lalu, mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

"Kemarin aku bertemu Sherin, dan dia bercerita tentangmu. Tentang perubahanmu akhir-akhir ini. Dia sudah mulai curiga. Sherin bukan wanita yang bodoh yang akan percaya begitu saja dengan alasan yang kamu berikan."

"Soal Sherin kamu nggak usah terlalu memikirkannya. Aku sendiri bisa mengatasi."

"Apa kurangnya Sherin? Bukankah kamu sendiri pernah mengatakan jika Sherin merupakan istri yang sempurna untukmu dan menantu tanpa cela bagi Ibumu? Lalu apa lagi? Sherin terlalu baik untuk disakiti, Mas!" setitik air mata jatuh, meski Reyna sudah berusaha menahannya. Dengan cepat Reyna menyekanya dengan punggung tangan. Berharap Dimas tidak menyadarinya. "Jika bukan demi Sherin, lakukanlah demi Vania. Kamu sangat menyayanginya, bukan?"

"Nggak usah sok tahu, Rey!" Dimas benar-benar marah. "Vania dan Sherin itu urusanku. Kamu nggak perlu memikirkan mereka. Kamu juga tidak perlu mengaturku bagaimana perasaanku pada mereka."

"Lalu Ibu? Apa aku juga harus mengabaikannya?"

"Aku tidak menyuruhmu begitu!"

"Lalu bagaimana?" balas Reyna tak mau kalah.

"Kita sama-sama menyakinkan Ibu!"

Reyna tersenyum getir. Menatap langit-langit rumah. Berusaha menguatkan tekadnya agar tidak goyah setelah bertemu Dimas seperti niatnya saat berangkat menemui lelaki itu.

Tapi lain yang Reyna rasakan sekarang. Bimbang. Antara pergi atau tetap bertahan.

Meninggalkan Dimas dengan resiko patah hati, mungkin lebih terasa sakitnya dibanding yang sudah-sudah. Tapi jika tetap bersama bagaimana dengan perasaan ibunya?

Sampai kapan Reyna bisa menyembunyikannya dari beliau?

Dan bila nanti akhirnya Bu Lastri tahu, tak bisa terbayangkan bagaimana kecewanya pada sang putri tercinta.

"Rey..." Suara Dimas melunak. "Aku tidak bisa berpisah denganmu lagi. Jika memang meninggalkan Sherin sebagai syarat untuk bisa mendapatkan restu dari Ibu, akan kulakukan. Asal kita tetap bisa bersama!"

Seketika Reyna menatap mata Dimas setelah mendengar penuturannya. Mencoba menelisik ke dalam manik matanya. Reyna seakan menemukan kesungguhan di sana.

"Jangan egois, Mas! Kamu jangan mengorbankan mereka demi kesenanganmu sendiri!"

"Lalu.... Menurutmu aku harus bagaimana? Aku sudah begitu banyak berkorban. Kurang apa lagi? Salahkah bila aku hanya ingin bahagia bersamamu?"

"Jangan memikirkan diri sendiri, Mas. Pikirkan perasaan putrimu. Gadis kecil itu tidak salah apa-apa. Jangan sampai kamu merusak kebahagiaannya dengan menghadirkan keluarga yang tidak lagi utuh."

Dimas memiringkan kepalanya, menatap Reyna dengan seringai yang sulit diartikan.

1
rahmi ritonga
jangan jangan kamu hamil lagi Reyna pelakorrr
kalea rizuky
g punya anak kah
Mis Poniman
lama banget UP ya..
Lilis Yuanita
terus dengan siapa reina bhgia ..kshn lnjut dunk tiap hri gitj
Lilis Yuanita
lnjut sih
Nasriah
up
Widi Widurai
perusak kebahagiaan dia ya ortunya dimas sendiri apa apa mandang keuddukan
Widi Widurai
wah wah takut potek hati awak niii...
Lilis Yuanita
kdang apa yg kita inginkan tak sesuai kita harapkan tp ya itulah kehidupan
Lilis Yuanita
lnjut
Lilis Yuanita
lnjut trus gmna lanjutannya
Widi Widurai
kenopo menghakimi reyna? kenapa ga dimas jg? padahal dia yg ngotot bgt ngajak selingkuh. seolah reyna sampah yg ga bsa diterima oleh siapa pun. sedangkan dimas bsa dimaafkan begitu aja. ga adil dong. namanya selingkuh jg dua pihak. tp ini seolah yg dihakimi cm reyna doang. dan g pantes dikasih kesempatan kedua. yg dibilang irfan bsa dpt wanita lebih baik. lah knp dia kasih kesempatan ke dimas yg sama bejat e??
Widi Widurai
ga cinta tp dhamili berkali kali wkwkwk dah lah dimas. nyari yg kek mana.
Widi Widurai
yaiyalah. makanya kl uda mutusin yauda gausa balik. semua ga akan sama. ga usah maksa
Widi Widurai
itulah laki, ga cinta tp muncul jg ekor
Widi Widurai
anjrit. uda punya anak masih aja nyantol sama mantan
Widi Widurai
ga konsisten.
kalea rizuky
karma pelakor
kalea rizuky
si pelacur berharap bahagia mimpi kau ren
kalea rizuky
wanita tolol
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!