Malam tragis, telah merenggut masa depan Zoya. Menyisakan trauma mendalam, yang memisahkannya dari keluarga dan cinta.
Zoya, mengasingkan diri yang kembali dengan dua anak kembarnya, anak rahasia yang belum terungkap siapa ayahnya. Namun, siapa sangka mereka di pertemukan dengan sosok pria yang di yakini ayah mereka?
Siapakah ayah mereka?
Akankah pria itu mengakuinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecemasan Mika
“Mama!” teriakan Mika, menggema di sepanjang rumah besar milik Omar.
Laras, yang tengah memasangkan dasi untuk suaminya itu, seketika terdiam—mendengar suara putri kesayangannya.
“Aku mendengar suara Mika,” ucapnya membuat Omar mendongak. “Sayang, sebentar. Aku harus keluar dulu.” Laras, pergi meninggalkan suaminya yang melangkah keluar dari kamar.
“Mika,” panggilnya setibanya di bawah. Mika, terlihat berdiri dengan gelisah yang sedang menunggu ibunya.
“Mama!” teriaknya berlari ke arah Laras, tingkahnya yang manja jauh berbeda dengan jabatannya sebagai dokter. Sehebat dan seangkuh apapun dia di luar, Mika tetap anak manja yang tidak bisa hidup tanpa bantuan sang ibu.
“Sayang, ada apa? Kamu baik-baik saja?” tanya Laras, menatap wajah sendu Mika dengan cemas.
“Apa kau bertengkar lagi dengan Radit?” Mika menggeleng. “Lalu, ada apa kamu datang sepagi ini dalam keadaan menangis.”
“Mama, bilang Zoya sudah pergi dan semua aman terkendali. Tidak akan ada masalah dan pernikahanku akan baik-baik saja.”
“Ya, tentu.”
“Nggak, Ma! Semua tidak baik-baik saja, justru sekarang pernikahanku terancam hancur.”
“Maksudmu apa Mika?” Laras, menarik Mika yang menuntunnya menuju kursi.
Laras membawa Mika duduk, lalu memanggil sang pelayan untuk membawakan segelas air untuk putrinya.
“Mika, kamu tenang dulu. Mama tidak akan mengerti jika kamu langsung bicara seperti ini, pernikahan hancurlah apalah, sekarang jelaskan pada Mama dengan pelan.”
Laras, mengambil segelas air yang baru saja dibawakan pelayannya, yang langsung ia berikan kepada Mika. Mika, meminumnya dulu, sebelum akhirnya kembali bicara.
“Sekarang kamu boleh bicara,” ujar Laras membuat Mika menghela nafas sejenak.
“Mas Radit, pergi bersama Zoya menjadi tim relawan ke Qodroh. Mereka pergi bersama menuju Qodroh, tanpa sepengetahuanku Ma. Kata Mama mereka tidak akan kembali bersama, buktinya … mereka pergi berdua!”
“Tidak berdua, Mika. Mereka pergi bersama timnya, bukankah kamu yang bilang mereka menjadi tim relawan,” ujar Omar, membuat Mika dan Laras langsung menatap lelaki tua dengan setelan jas greynya itu.
Omar, berjalan menuruni tangga lantas mendekati istri dan putrinya.
“Buang rasa cemburumu Mika, kamu harus profesional sebagai dokter. Inilah pekerjaan suamimu yang bisa pergi bertugas di mana pun sejauh apapun. Perlu, kamu ingat Zoya juga seorang dokter yang punya kewajiban yang sama, jadi buanglah egomu.”
“Papa memintaku untuk membuang egoku,” ucap Mika menatap sinis ke arah Omar. Lalu, dia bangkit yang berkata pada papanya.
“Apa pernah Papa, pergi dinas tanpa sepengetahuan Mama? Jangankan memberitahuku Pa, mas Radit tidak menjawab teleponku sama sekali padahal handphonenya berdering. Lalu, tiba-tiba ada yang memberikan bukti foto padaku, mereka pergi bersama dan duduk berdampingan.”
Dengan marah, Mika memperlihatkan foto dalam ponselnya. Di dalam foto itu terlihat Radit, memeluk pundak Zoya dari belakang. Padahal, kenyataannya Zoya sangat risih dan melepaskan pelukan itu.
“Bagaimana perasaan Mika setelah melihat ini Papa? Mika cemburu iya, karena Zoya adalah mantan tunangan mas Radit, yang mungkin saja mereka masih saling mencintai Papa,” lirih Mika memelankan kata terakhirnya.
Omar, terdiam. Pikirannya kembali berkecamuk antara percaya kepada anak sambung atau anak kandungnya. Untuk kesekian kalinya Omar, merasa kecewa kepada Zoya, yang selalu memalukan dirinya.
“Mama, Mika mau pergi ke Qodroh hari ini juga. Mika tidak mau mas Radit kembali tergoda oleh Zoya. Papa dan Mama harus bantu Mika untuk pergi sekarang.”
“Mika, jika kamu pergi gimana dengan Alea? Dia pasti sedih melihat Mama dan Papanya pergi. Pokoknya, jika mereka kembali Mama akan pastikan memarahi Zoya, bila perlu mengasingkannya lagi untuk tidak kembali lagi ke sini.”
“Papa! Semua ini karena Papa yang kurang tegas. Jika pernikahan Mika terancam, maka Zoya, harus bertanggung jawab. Selama ini hidup kita tenang tanpa adanya Zoya, tapi setelah dia kembali, masalah selalu saja datang pada keluarga kita.”
Laras, begitu marah ia merasa kesal karena semalam ada orang yang meneror suaminya agar mundur dari pencalonan gubernur. Dengan mengirim video syur Zoya beberapa tahun yang lalu, jika Omar tidak mundur maka video itu akan disebarkan lagi saat malam debat antara calon gubernur. Sehingga Laras, menganggap bahwa Zoya, anak pembawa sial.
Sementara Zoya, dia mendapat sambutan hangat dari temannya di Qodroh. Liodra dan Miko, juga para angkatan militer yang mengenalnya menyambut dengan sangat baik, yang memberikan pelukan hangat untuknya. Jauh berbeda dengan tanah kelahirannya, Zoya merasa asing dan diabaikan oleh keluarganya.
“Selamat datang kembali Zoya,” ucap Liodra. Zoya, sangat terharu yang langsung memeluk temannya itu.
“Zayden dan Zayda tidak ikut?”
“Mereka harus sekolah. Kamu tenang saja mereka ada yang menjaga.”
“Tapi aku sangat merindukan bocah-bocah nakal itu. Tidak ada mereka, tidak seru,” ungkap Liodra diakhiri tawa.
“Ternyata, tim relawan kali ini sangat banyak ya?” Miko, mengamati sekitar camp.
“Mereka dari dua rumah sakit, satu dari Naura Medicasentra dan satu lagi timku dari Astracare,” jelas Zoya.
“Aku tidak melihatmu akrab dengan yang lain. Mereka terlihat cuek padamu.”
“Aku tidak butuh teman baru, karena aku punya dirimu Liodra,” ucapan Zoya seolah mengingatkan Liodra, akan satu hal.
Bahwa Zoya, dari awal sudah diasingkan dan tidak dianggap, jadi bukan tanpa alasan dia tidak punya teman karena semua orang tidak menyukainya.
Liodra, memeluk Zoya.
“Sudahlah, kita masuk ke tendamu sekarang. Aku sudah menyiapkan kamar untukmu,” ujar Liodra, merangkul Zoya menuju tenda. Sedangkan Miko dia kembali bertugas.
***
Di tempat lain, di tengah hamparan rumput yang luas, beberapa tenda didirikan, bersama sekelompok penduduk yang jauh dari kota. Anak-anak mereka bermain, sedangkan beberapa wanita tua mengerjakan pekerjaannya. Sedangkan di dalam satu tenda, seorang remaja mengoleskan ramuan herbal yang baru ditumbuknya kepada seorang pria yang tengah berbaring, tubuh penuh luka dan seikat kain putih mengikat kepalanya.
“Tangannya bergerak,” ucap remaja itu yang langsung mengarah ke wajah pria itu. Seketika, mulutnya menganga dia teriak yang langsung berlari ke luar tenda.
“Dia sudah bangun!”
“Dia sudah bangun!” teriaknya, kepada semua penduduk.
Seorang pria tua yang dianggap ketua, langsung melangkah memasuki tenda, berbondong-bondong diikuti anak-anak yang penasaran dengan pria asing yang ditemukannya beberapa waktu lalu.
Mereka terlihat mengantri, menunggu pria itu tersadar.
“Di mana aku?”
“Apa kamu ingat siapa dirimu? Kami, menemukanmu di jurang dekat bukit Zarqam. Kami menemukanmu setelah ledakan besar terjadi sehari sebelumnya. Sepertinya kau seorang militer. Siapa namamu? Kau mengingatnya?”
“Namanya Letnan Kolonel Ardian,” ucap seorang remaja tadi. Dia tersenyum kepada Ardian, lantas berjalan mendekat lalu memberikan seragam militer yang memiliki name tag tersebut.
Ardian terdiam, detik demikian ia pun tersenyum. Ardian, masih bersyukur karena salah satu sandera yang dia selamatkan terlihat sangat baik dan sehat. Ardian, terluka demi melindungi anak itu.
“Terima kasih,” ucap anak itu kepada Ardian. “Terima kasih kau sudah bertahan, dan sudah menyelamatkanku. Kau pria yang hebat.”
Ardian, hanya tertawa. Tubuhnya masih dipenuhi luka membuat Ardian tidak sanggup bangun selain berbaring.
“Aku senang, kau juga selamat,” ucap Ardian.
...----------------...
Jangan lupa reactionnya ya ... Siapa nih yang dari kemarin menunggu Ardian 👏👏
wajib kasih like, vote, hadiah dan bintang limanya jangan lupa tulis komentar biar gak lenyap hehe ...
berharap banyak part 🙏
smoga karmax kna ankx dokter goblok titisan iblis tu, bkin hidupx hancuuuurrrrr
hanya pentetang petenteng bangga dgn pangkat tp klakuan ky binatang.
smoga adrian tdk mo nikahi dokter ja***ng tu, yg sifatx g beda dgn bp nya ky binatang.
plagi laki" tua ortux adrian smoga cpt mati sj kna karma ulahx yg egois n smoga si kembar g mo akui sbgai kakekx lg biar tobat bkin hidup dua org laki" tua ni sengsara n dokter ja***ng yg sok berkuasa tu jg bkin pecat dr RS t4 krjax thooorrrr....
apa pak teddy gak mulangin kembar ke apartemen.
kshan zoya..