NovelToon NovelToon
Fanatic Obsession

Fanatic Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Wanita Karir / Karir / Dendam Kesumat / Menyembunyikan Identitas / Office Romance
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Janice SN

Stella adalah seorang aktris terkenal, baginya hidup ini terasa mudah saat begitu banyak penggemar yang mencintainya. Tetapi lama-lama salah satu penggemar membuat Stella tak merasa nyaman, dia selalu mengatakan bahwa Stella harus bersikap baik dan mematuhinya, jika tidak, kejadian tak diinginkan akan terjadi.

Lalu Stella mulai mencurigai seseorang, apakah orang itu akan tertangkap? Atau Stella malah terperangkap jauh dalam genggamannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Janice SN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perintah yang Sudah Mendarah Daging

Austin masih memperhatikan Stella, dia memandangnya begitu dalam. "Kamu tahu kan, sekali kamu berbuat ceroboh, akan ada harganya."

Stella menggigit bibir bawahnya. Apa Austin memang tahu sesuatu? Apa lelaki itu benar-benar si penggemar gila yang selama ini selalu mengganggunya? Kenapa rasanya, tidak percaya?

"Kamu memang lebih suka dikatai kasar, benarkan? Stella, jika aku berkata sesuatu, jawablah dengan bijak. Aku tidak akan membuatmu terluka, jika kamu menurut!"

Stella menghela nafas berat. Seumur hidupnya, dirinya tak pernah merasa terancam seperti ini. "Ya, aku akan menuruti keinginanmu. Aku akan bersikap baik, tapi kau juga jangan pernah menyentuh adikku!"

Austin mengangguk pelan. "Ya, tentu saja."

Jawaban Austin membuatnya kesal, wajah yang ia kira seperti malaikat itu, ternyata adalah iblis. Mengapa, awalnya ia berfikir bahwa Austin adalah orang baik? Huh, dirinya sungguh penilai orang yang buruk.

"Mari, aku antarkan pulang."

Stella mengangguk saja, perempuan itu meletakan vas bunga kembali ke tempatnya. Tak ada salahnya, dirinya harus menurut.

"Bukankah, kamu harus menurut? Menjawab lah, jika aku berbicara."

Nadanya memang tak ada hentakan, tapi mampu membuat Stella menelan salivanya. Perempuan itu mencoba bersuara. "B-baiklah, kau bisa mengantarku."

Austin tersenyum tipis. "Pria itu merentangkan tangannya."

Nafas Stella seperti tercekat. Apa maunya, kenapa dia merentangkan tangannya? Apa Austin ingin meminta uang padanya? Sungguh aneh. "K-kau ingin minta uang?"

"Aku ingin menggenggam tanganmu. Apa tidak boleh?"

Stella spontan meraih tangan Austin. Entah kenapa rasanya jika dirinya menolak, nyawanya akan melayang saat itu juga. Jadi dirinya hanya menuruti kemauan Austin tanpa memberontak.

Austin tersenyum kecil, pria itu menggenggam tangan Stella begitu erat. Setelah itu, ia menariknya dengan lembut, mereka keluar dari kamar.

Stella melongo melihat pemandangan rumah yang begitu indah, tidak seperti dulu, di gedung tua yang mengerikan. Lalu sekarang, Austin dengan terang-terangan membawanya ke tempat ini. Apa maksudnya? Apakah semakin buruk atau tidak, tapi bukankah Austin akan menampakkan diri di hari spesial? Hari award? Stella menggelengkan kepalanya, terasa pening. Perempuan itu masih menurut saat Austin menuntunnya masuk ke dalam mobil. Stella menelan ludahnya, ia mencoba duduk senyaman mungkin.

"Ini ponselmu."

Stella tersenyum canggung, tangannya dengan gugup menerima ponselnya. "T-terima kasih."

"Ya." Austin mulai mengemudikan mobilnya. Lelaki itu bersikap santai. "Aku menyuruh James untuk memusnahkan mobilmu, lalu mobilmu yang satunya lagi akan ku musnahkan."

Stella melotot. "Terus aku, harus bagaimana? Aku harus naik apa?"

"Mobilku, mulai sekarang, aku akan mengantarmu setiap hari."

Stella menggelengkan kepalanya. "Tolong, jangan lakukan itu. Media akan lebih parah menghujatku, apalagi namaku juga sudah tak baik. Jadi aku ingin bermain aman.."

"Ya, baiklah jika itu keinginanmu."

Stella menahan senyum, ternyata begitu mudah, apa Austin juga tidak akan memperlakukannya dengan buruk? Bukankah, penggemar gilanya itu sangat mencintainya? Seharusnya Austin memperlakukannya seperti ratu. Stella ingin mengatakannya dengan lantang, tapi kata-kata seolah terjebak di tenggorokan.

Waktu tak terasa begitu cepat, tapi sebenarnya di benak Stella sangat berat. Perempuan itu tersenyum lebar saat sudah sampai di lingkungan apartemennya. "T-terima kasih, kau boleh pulang." Stella hendak keluar dari mobil, tapi tangannya di cekal dari belakang.

"Mana ponsel barumu."

Stella dengan cepat menyerahkan ponselnya pada Austin.

Austin menerimanya, mengeluarkan kartu dan memori, lalu pria itu membuka pintu kaca mobil, tanpa diduga Austin membantingnya keluar.

Stella menutup mulutnya yang terbuka karena terkejut. Austin, begitu mengerikan.

"Gunakan ponsel lamamu, di sana sudah ada nomorku, jawablah dengan cepat, jika aku menelepon mu, mengerti?"

Stella yang masih gugup itu mengangguk paham. "Y-ya, tentu saja, aku sangat mengerti."

Austin tersenyum tipis. "Yasudah, kamu boleh pergi."

Tanpa disuruh dua kali, Stella langsung membuka pintu mobil. Berlarian cepat menuju apartemennya. Kepalanya bahkan tak berani untuk menoleh ke belakang, Stella benar-benar ketakutan.

Austin menggelengkan kepalanya. Dia merasa gemas sendiri, melihat Stella yang semakin menjauh. "Dia, imut sekali."

***

"Wah, hari ini, media begitu ramai."

"Ya tentu, hari ini kan hari kematian, mantan perdana menteri, para wartawan begitu semangat mendatangi rumah dan tempat terakhirnya. Setiap tahun, selalu begini."

Stella melamun, dia tak mendengarkan para staf yang mengobrol di dekatnya.

"Stella, apa kau tidak mau memperbaiki namamu itu? Datanglah ke sana dan berduka seolah-olah kau dekat dengan beliau.."

Stella menatap tajam pada Lea. "Diamlah! Kepalaku sangat sakit!" sentak nya yang membuat Lea diam membisu.

"Stella!"

Panggilan itu membuat perempuan itu menghela nafas. Bagaimana jika Austin melihatnya bersama Morgan? Tapi bukankah Austin belum datang?

"Eh, apa kau sudah sarapan?" tanya Morgan yang duduk di samping Stella. Pria itu menyuruh Lea untuk pergi dari sini, setelah perempuan itu pergi, Morgan langsung menoleh lagi pada Stella. "Kalau kau belum makan, bagaimana jika kita sarapan bersama?"

Stella tersenyum canggung. Bagaimana bisa Morgan begitu tidak tahu malu? Kenapa bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Tetapi itu lebih baik, daripada memusuhinya. Dengan se-ramah mungkin, Stella menjawabnya. "Aku sudah makan perutku sudah diisi banyak makanan. Jangan memaksaku, untuk memuntahkan isi perutku."

Morgan terkekeh kecil. Lelaki itu merasa senang, sepertinya Stella sudah memaafkannya. "Ya, baiklah tuan putri, aku tidak akan memaksa."

Stella mengambil ponselnya dari tasnya, perempuan itu langsung bermain ponsel.

Morgan keheranan. "Bukankah, kau sudah ganti ponsel?"

"Ya, tapi, aku lebih suka ponsel ini," sahutnya, lalu tiba-tiba, perempuan itu tak sengaja bertatapan dengan sepasang mata elang. Stella menelan salivanya, kenapa dirinya baru sadar jika pemilik mata elang itu adalah Austin? Otaknya sungguh sakit.

Austin yang baru saja datang itu, melipatkan tangannya. Dia memiringkan kepalanya, sambil menatap Stella.

Stella langsung berdiri dari duduknya. "Aku pergi dulu! Jangan mengikuti ku!" katanya yang langsung pergi.

Morgan menatapnya heran. "Dia mau pergi ke mana coba?"

Lain dengan Stella, perempuan itu berdiri di tempat yang yang jauh dari orang-orang. Sepertinya, kabur dari negara ini adalah jawabannya. Tapi bagaimana dengan adiknya, dia tidak akan pernah ikut dengannya.

Austin datang, pria itu langsung memegang kedua tangan Stella. "Kamu sedang memikirkan apa?"

Tubuh Stella seketika bergidik ngeri. Dirinya belum terbiasa dengan sikap kurang ajar Austin, datang seperti hantu. "Aku tak memikirkan apapun."

Austin mengelus lembut tangan Stella. "Jangan dekat dengan lelaki manapun, kamu tahu kan, aku bisa melakukan apa saja?"

Stella langsung mengangguk, tanpa diperintah lagi, dirinya sudah paham seolah perintah yang sudah mendarah daging. "Ya, aku sangat paham. Kau tidak perlu, memperingatkan aku lagi."

Austin tersenyum senang. Sepertinya, dia merasa terhibur. "Bagaimana jika nanti kamu menginap di rumahku?"

1
Iren Nursathi
lanjut dong penasaran nih thor
Janice SN: Udah kak🤗🤗
total 1 replies
Iren Nursathi
lanjuuuuuuut thor
Janice SN: udah kak🤗
total 1 replies
Selfi Selfi
semangat kk...
lanjutkan



kita saling suport yukヾ(^-^)ノ
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!