Semenjak Ceo, majikan Crystal North, Paman anak asuhnya, mendapat kecelakaan lalu-lintas, pria itu jadi berubah 180 derajat.
Pria dingin, yang selalu menindas Crystal, karena hasutan seorang wanita licik, yang ingin mendapatkan perhatian Ceo tersebut, berubah menjadi pria yang hangat, dan selalu memperhatikan Crystal.
Crystal tidak tahu apa yang terjadi, ia bahkan di lamar pria dingin itu, untuk menjadi istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18.
Valerie menghampiri Crystal dan Oscar yang sedang berpelukan, ia sedari tadi diam-diam memperhatikan Oscar berbicara kepada Jackson, dan bagaimana Crystal akhirnya memeluk cucunya itu.
"Kita satu keluarga, kalau ada masalah memang harus di bicarakan, aku tidak mengijinkan kalau kalian pergi dari sini, walau apapun masalah yang terjadi di dalam Mansion!" kata Valerie memeluk Crystal dan Oscar yang sedang berpelukan.
Jackson semakin malu dengan dirinya, melihat Ibunya juga menyayangi Ibu asuh keponakannya itu.
Crystal dan Oscar melepaskan pelukan mereka, dan Valerie pun melepaskan pelukannya dari ke dua orang berbeda usia itu.
Valerie mengelus kepala Oscar dengan sayang, "Terimakasih cucuku, kamu sudah bicara pada Pamanmu yang buta itu!"
Wajah Jackson memerah mendengar apa yang di katakan Ibunya, ia pun baru sadar kalau dirinya memang buta.
-Crystal sangat baik, aku sudah melihat sendiri pribadinya semenjak ia mengurus Oscar, seandainya... aku memiliki seorang putra satu lagi, aku ingin ia menjadi menantuku!- pikir Valerie menatap wajah Crystal, yang sedang tersenyum membelai kepala Oscar.
Mata Jackson terbelalak, ia ternyata dapat juga mendengar apa yang di pikirkan Ibunya.
"Mama... " gumam Jackson tidak percaya.
Tiba-tiba ia sadar apa yang baru saja di pikirkan Ibunya, menyebut nama Crystal, kalau Ibunya ternyata menginginkan Crystal menjadi menantunya.
Tapi Ibunya memikirkan, seandainya memiliki satu orang putra lagi, selain dirinya, dan menjodohkan Crystal pada putra lainnya itu.
Tangan Jackson mencengkram lengan kursi rodanya dengan erat, ia merasa tidak senang dengan apa yang di pikirkan Ibunya.
Kenapa Mama memikirkan, seandainya aku memiliki seorang saudara lelaki lainnya, apa Mama tidak memikirkan aku? aku kan, belum memiliki seorang wanita spesial di dalam hidupku? kenapa ia tidak menjodohkan saja gadis itu kepadaku? pikir Jackson merasa cemburu, dengan apa yang di pikirkan Ibunya.
Dengan kesal Jackson menekan tombol kursi rodanya, memutar kursi untuk meninggalkan ruangan itu.
Dadanya entah kenapa sangat cemburu sekali, dengan apa yang di pikirkan Ibunya. Seakan dirinya, tidak penting di mata Ibunya.
"Tuan, apakah anda memerlukan bantuan saya?" tanya Erwin melihat Jackson di koridor Mansion, menuju ruang baca.
"Ikut denganku!" kata Jackson sembari terus membawa kursi rodanya, tanpa menoleh memandang Erwin.
Erwin dengan patuh mengikuti Jackson menuju ruang baca, dengan kening berkerut melihat wajah datar Jackson, yang tidak seperti biasanya.
Erwin menutup pintu ruang baca, setelah mereka masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Kalau seorang Ibu memikirkan, seandainya... memiliki putra lain, selain putranya yang telah di milikinya saat ini, apakah menurutmu, Ibu itu tidak menyayangi putranya tersebut?" tanya Jackson kepada Erwin.
Erwin mengerutkan keningnya menyimak pertanyaan Jackson, yang membuat ia sedikit bingung, dengan pertanyaan Jackson tersebut.
"Eng... mungkin.. bisa jadi putranya itu membuat sesuatu hal, sehingga Ibunya merasa kesal pada putranya itu!" jawab Erwin dengan sedikit kurang yakin, dengan jawabannya sendiri.
Jackson terdiam mendengar jawaban Erwin, membuat ia merenung, memikirkan jawaban Asistennya itu.
Apakah karena selama ini, aku tidak pernah menunjukkan rasa suka kepada gadis itu, sehingga Mama tidak memikirkan tentang aku? bisik hati Jackson merenung, kenapa bisa Ibunya sampai memikirkan, seandainya memiliki putra lainnya.
Erwin yang telah memberikan jawaban, merasa tidak enak hati melihat Bos nya, yang terlihat semakin dingin setelah mendengar jawaban darinya.
-Apakah pertanyaan Tuan Jackson tadi, sebenarnya mempertanyakan tentang dirinya sendiri?- pikir Erwin merasa bersalah.
Mata Jackson sontak menatap Erwin, dengan nanar memandang wajah Erwin, yang terlihat mengerutkan keningnya.
"Ehem! aku punya teman yang membuat aku bingung, untuk menjawab pertanyaannya!" sahut Jackson berbohong, karena ia malu untuk berterus-terang pada Erwin.
"Oh..!" Erwin merasa lega, ternyata bukan masalah tentang Jackson.
"Baiklah, aku akan sampaikan padanya, mungkin dia telah membuat Ibunya kesal, karena itulah Ibunya bisa berpikiran seperti itu!" sahut Jackson, terpaksa menyetujui jawaban Erwin, seolah-olah ia memang membantu temannya, untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tadi.
"Apakah ada hal lainnya, Tuan!"
"Tidak, nanti aku akan memanggilmu, kalau aku perlu sesuatu, kamu urus saja jadwalku, yang tidak bisa ku selesai kan!"
"Baik, Tuan!"
Erwin kemudian keluar dari ruang baca, meninggalkan Jackson yang sedang merenung.
Bersambung.....
lanjut
dan yang menolong Jackson bukan audry kan?