NovelToon NovelToon
Danyang Wilangan

Danyang Wilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Mata Batin / Roh Supernatural
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: neulps

RONDHO KANTHIL SEASON 2

4 tahun setelah tragedi yang menjadikan Desa Wilangan tak berpenghuni. Hanum masuk usia puber dan kemampuan spesialnya bangkit. Ia mampu melihat kejadian nyata melalui mimpi. Hingga mengarah pada pembalasan dendam terhadap beberapa mantan warga desa yang kini menikmati hidup di kota.
Hanum nyaris bunuh diri karena setiap kengerian membuatnya frustrasi. Namun seseorang datang dan meyakinkannya,
“Jangan takut, Hanum. Kamu tidak sendirian.”

CERITA FIKTIF INI SEPENUHNYA HASIL IMAJINASI SAYA TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN.
Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neulps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teori yang Terbukti

Badan Hanum gemetar hebat setelah mengetahui fakta bahwa ibu dari salah satu teman Nayla tewas terjatuh dari atap gedung. Nayla berusaha menenangkan Hanum meski dirinya juga sedang kalut. Mereka harus tetap bersikap tenang. Jangan sampai kelepasan memberi tahu bahwa Hanum melihat pelaku. Karena media memberitakan bahwa penyidik menyebut kematian tersebut merupakan upaya bunuh diri.

Rapat kembali digelar di lab bahasa yang sudah dijadikan markas sepulang sekolah oleh tim Febri. Mulanya Hanum menjelaskan masalah pencuri. Lalu digambarkan sketsanya oleh Sandi. Tapi saat menceritakan mimpi berikutnya, Hanum mengaku tak bisa melihat jelas wajah pelaku. Meskipun ia yakin sosok yang berdiri di atap gedung itu adalah perempuan karena rambutnya tampak dikuncir kuda dengan gerai yang cukup panjang tertiup angin.

Semua yang ada di dalam lab menghela napas panjang. Rupanya upaya mereka tak selancar perkiraan. Febri coba menghubungi Kartika. “Kak, gimana perkembangan medsos?”

“Banyak banget peminatnya! Netizen pada heboh berteori di kolom komen,” jawab Kartika dari seberang telepon.

“Oke, kami cek dulu.”

Netizen berbondong-bondong me-repost foto pelaku pembunuhan kendi pecah yang sudah dipajang Kartika di akun IG-nya. Beberapa mengaku merasa pernah melihat orang tersebut. Tapi banyak juga yang berkomentar negatif, bahkan curiga pada admin IG itu yakni Kartika.

“Urusan medsos kita serahin aja ke Tika,” ujar Mahesa. Ia lalu menatap Nayla. “Kamu udah dapet info apa dari temen-temenmu?”

Nayla diam sejenak, lalu menjawab, “Karena dia bukan temen sekelasku, jadi aku nggak bisa sembarangan ngorek info dari temen-temennya. Cuma...” Nayla diam lagi. Yang lain sabar menanti.

“Orang tua anak itu baik, tapi aneh,” timpal Sandi. “Temen-temennya bilang kalo anak itu cenderung pendiam. Sering nggumam-nggumam. Dan kadang seragam, jaket, atau tasnya tiba-tiba bau menyan.”

Semua membelalak. Hanum memejamkan mata. Coba mengingat lokasi kejadian di sekitar sosok perempuan di atap gedung. Tapi Hanum yakin tak melihat barang-barang ritual seperti yang ada di TKP pembunuhan pertama.

Hanum menggeleng pada Febri. “Saya nggak lihat perlengkapan ritual, Pak. Mungkin karena jarak saya udah jauh dari atap gedung.”

Febri setuju. “Bisa jadi juga kalau pelaku menaruh perlengkapan semacam itu di tempat lain.”

Mahesa menatap Sandi. “Kamu punya informasi lain lagi?”

Sandi menggeleng. “Yang saya tahu cuma itu. Ayah temen kami itu meninggal 40 hari yang lalu. Trus sekarang gantian ibunya yang meninggal dengan cara yang nggak wajar.”

“Suami istri itu punya usaha tekstil yang makin lama makin gede skalanya,” timpal Nayla. “Anaknya cuma satu, ya si Dimas itu. Dia sering nggak masuk tapi nilai rapornya selalu bagus. Dia juga suka tiba-tiba jajanin temen sekelasnya.”

“Betul. Orang tua Dimas emang kadang kirim katering snack atau nasi kotak ke ruang guru. Dan saya nangkepnya antara dua kemungkinan, orang tua Dimas memang benar baik lalu dilenyapkan pesaing, atau mungkin oleh rekan yang membantu kelancaran usahanya melalui pesugihan,” tutur Fatma.

“Kalau menurut saya sih kemungkinan kedua,” sahut Mahesa. “Sandi bilang seragam atau tas Dimas kadang bau menyan, kan? Berarti orang tuanya yang melakukan ritual.”

Semua mengangguk setuju pada teori Mahesa karena lebih masuk akal. Tapi Febri meminta anggotanya untuk tak serta merta menyimpulkan. Perjalanan mereka masih panjang. Misteri masih berjalan.

“Kita sudahi pertemuan hari ini. Silakan lanjutkan urusan masing-masing. Dan kalau dapet info langsung kabari di grup,” ujar Febri. Semua mengangguk patuh.

Febri mengajak Hanum pulang naik mobilnya karena ia bermaksud menemui Taufan di panti asuhan bersama Mahesa. Fatma kembali ke ruang guru. Sedangkan Nayla dan Sandi berjalan bersama.

“Pak Febri, saya ke toilet dulu,” pamit Hanum. Febri mempersilakan. “Saya tunggu di depan.”

Hanum mengangguk mantap lalu berlari masuk ke toilet dekat perpustakaan. Di dalam toilet itu terdapat dua bilik WC dengan pintu terbuka. Sebelum melangkah masuk ke salah satu bilik, Hanum terdiam. Mengedar pandang, merasa janggal pada suasana sepi di sekitar. Padahal baru pukul 2 siang, tapi keheningan di sekelilingnya terasa tak wajar.

Dan benar saja...

Sosok hitam dengan kulit terkelupas yang menguarkan bau amis bercampur busuk tiba-tiba muncul di samping kanan. Hanum berjingkat. Sosok itu menghilang. Hanum memutar badan sambil mengedar pandang. Detak jantungnya tak karuan, napas tak beraturan. Sosok hitam itu seakan membekaskan trauma yang tak dimengertinya.

“Siapa kamu?” tanya Hanum dengan suara lirih. “Jangan ganggu aku!” hardiknya.

Hanum mundur lalu menempelkan punggungnya di dinding paling ujung. Dengan begitu ia bisa lebih sigap ketika sosok pengganggunya muncul tiba-tiba. Tapi yang muncul bukanlah si hitam telanjang, melainkan sosok pocong compang-camping muka hancur yang sedang mengintipnya dari luar jendela.

Hanum melotot. Si pocong lenyap. Tiba-tiba helaian rambut panjang yang basah dan lengket oleh cairan merah kehitaman merayap perlahan di wajah Hanum. Hanum tersentak. Secepatnya ia mendongak.

“ERGH!” pekik Hanum. Wajah gosong terkelupas si hitam hanya berjarak sejengkal dari wajahnya. Badan Hanum merosot ke lantai dengan keras. Lalu ia merangkak dan buru-buru berdiri setelah agak jauh dari dinding tempatnya berjaga tadi.

Dilihatnya sosok hitam itu menyeringai. Merayap di dinding dan menjejakkan warna merah kehitaman yang mirip seperti cat air pada kanvas lukisan. Napas Hanum memburu. Ia marah pada gangguan sosok itu.

“Mau apa kamu?!”

Tiba-tiba si hitam menyentakkan kaki dan tangan dari dinding lalu melompat ke arah Hanum dengan sangat cepat. Hanum tak sempat menghindar dan membuat sosok itu berhasil mendarat di dadanya.

Keduanya saling bertatapan mata dengan intens. Bau amis busuk menyeruak di indra penciuman membuat Hanum mual. Hanum ingin menutup mata tapi tak bisa. Mata merah tanpa iris sosok itu seolah menyedot kesadarannya. Lalu, sebuah suara tawa terdengar.

“Rasakan! Kutukan! Hahahahaha! Rasakan!”

Mendadak mata Hanum buram. Ia akhirnya bisa mengerjap setelah kelopak matanya tadi terasa berat. Cukup mengerjap beberapa kali lalu membuka mata lagi, Hanum melihat tempat yang dipijaknya telah berubah. Yang semula berada di toilet, kini ia berdiri di tengah pemakaman.

Merinding. Hanum merasakan kengerian di area pemakaman itu. Pasalnya, nisan-nisan tua berukuran besar dengan bentuk yang asing baginya tampak berjajar di bawah pohon-pohon tua yang berukuran besar pula. Tempat itu tampak tak terawat dengan rumput-rumput ilalang yang menjulang hingga menciptakan kesan seram.

Lalu di tengah ketegangan yang Hanum rasakan, mendadak suara langkah kaki terdengar. Refleks Hanum berjongkok. Takut jika dirinya terlihat oleh seseorang. Mengedar pandang mencari sosok pemilik langkah kaki. Lalu menemukan satu pria dan satu wanita yang melangkah mengikuti seorang wanita tua berkonde yang berjalan di depan keduanya.

DEG!

Hanum kenal wanita yang bersama pria itu. Tak lain dan tak bukan adalah korban yang ia rasuki yang jatuh dari atap gedung karena potretnya dipajang di media sejak pagi. Sontak Hanum merinding sebadan. Ia alihkan pandangan ke arah wanita berkonde. Meski keriput sudah menghiasi wajahnya, sosok itu masih tegap berjalan menuju sebuah makam.

Makam baru berukuran kecil. Hanum langsung menduga itu adalah kuburan bayi yang baru atau bahkan belum waktunya lahir. Hanum menelan ludah. Sebisa mungkin ia menyembunyikan dirinya di balik nisan besar di antara rumpun ilalang.

“Gali!” perintah wanita berkonde. Si pria berkemeja rapi langsung menurutinya. Sedangkan wanita berpakaian mewah yang menjadi korban pembunuhan subuh tadi itu celingukan dengan gelagat penuh keresahan.

“Mbah Siwi, kita beneran nggak akan ketahuan kan nyuri tali pocong bayi di pemakaman ini?” tanya si wanita.

“Diam saja kamu!” hardik wanita berkonde yang dipanggil Mbah Siwi.

Setelahnya, Hanum melihat setiap tindakan tiga orang itu hingga kepergian mereka. Terutama saat Mbah Siwi mengantongi tali pocong yang baru dikeluarkan dari makam itu.

Hanum melotot geram. Tiba-tiba bahu kirinya merasakan satu tepukan. Hanum sontak tersadar. Ia menoleh ke belakang.

“Saya tungguin ternyata kamu ngelamun di sini. Sampe kirain kamu hantu tadi.”

“Pak Febri...” gumam Hanum. Ia menoleh ke sana kemari dan mendapati dirinya telah kembali. Hanya saja, sosok hitam yang memberinya penglihatan sudah tak ada.

Hanum menarik lengan jaket Febri keluar toilet. Beruntung sekitarnya sedang sepi, jadi tak ada yang memergoki Febri keluar dari toilet bersama murid perempuan. Lalu mereka berhenti di pertigaan koridor.

“Pak, saya tahu kebenaran tentang korban pembunuhan dari atap gedung itu. Saya juga yakin siapa pelakunya,” ungkap Hanum tiba-tiba. Ia pun menyadari bahwa sosok hitam menyeramkan yang menganggunya seakan justru memberi bantuan.

Febri langsung memercayai perkataan Hanum lalu mengirim chat di grup, meminta anggota kembali berkumpul.

1
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
reska jaa
aq bca dini hari thour.. senang aja ad kegiatan sambil mencerna mkann 🤭
n e u l: monggo monggo
terima kasih /Joyful/
total 1 replies
Ali B.U
ngeri,!
lanjut kak
n e u l: siap pak! /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
Ini lebih menenangkan 🥴🥴🥴🥴🥴
Bukan teror aja tapi ktmu org2 psikopat langsung 😔
n e u l: /Cry/
total 1 replies
Lyvia
lagi thor
n e u l: siap /Determined/
total 1 replies
Ali B.U
next
Andini Marlang: Alhamdulillah selalu ada Pakdhe Abu ... Barakallahu fiik 🌺
total 1 replies
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
lanjut
n e u l: siap pak /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
makin seru ...💙💙💙💙💙

apa kabar ka ..... insyaa Allah selalu sehat juga sukses karya2 nya 🌺 🤲aamiin ......
Andini Marlang: Alhamdulillah sae .....🌺

sami2 .... Barakallahu fiik 💙
n e u l: alhamdulillah
apa kabar juga bund?
aamiin aamiin 🤲 matur suwun setia mengikuti karya ini ☺️
total 2 replies
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
n e u l: sami-sami /Joyful/
total 1 replies
Ahmad Abid
lanjut thor... bagus banget ceritanya/Drool/
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
reska jaa
wahhh.. masih sempat up.. thank you👌
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!