Bagai tikus dan kucing yang hampir setiap harinya bertengkar membuat semua orang sudah tidak kaget lagi jika melihat Elang dan Eliza terlibat perdebatan.
mereka tidak mau kalah satu sama lain dan selalu membalas. namun siapa sangka pertengkaran itu akan membawa mereka menuju ke sebuah ruang hati yang di penuhi dengan bunga bermekaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Eliza menatap Elang tanpa berbicara sedikitpun. suasana di dalam UKS pun tampak canggung. Ghava yang paham akan situasi pun mengajak semuanya keluar menyisakan Eliza dan Elang saja.
Saat Elang akan bangun, Eliza dengan sigap membantunya. Tidak ada yang tahu bagaimana keduanya sekarang.
"Lo...."
"Gue nggak perlu di kasihanin.". Kata Elang.
"Syukur deh kalau gitu." ucap Eliza yang tak tahu harus mengatakan apa.
"Lo tadi ngapain turun ke lapangan?" tanya Elang dengan menatap Eliza
Entah ingin menjawab apa, Eliza juga bingung karena ia seperti tidak dalam kondisi kesadarannya melakukan hal itu. tentu orang-orang pasti akan salah paham dengannya.
Ia berfikir untuk mencari alasan yang tepat. Sementara Elang terus menatap dirinya yang membuat Eliza merasa salting sendiri.
"Ya biar Lo bisa menang." kata Eliza.
"Lo tau nggak, kalau semua orang di kampus ngomongin kita." kata Elang membuat Eliza bingung
"Ada rumor kalau kita pacaran." lanjutnya
"Seriusan Lo? Kok gue nggak denger apa-apa." kata Eliza
Elang pun menyuruh Eliza untuk membuka ponselnya. Dan benar saja foto dirinya bersama Elang sudah ada di dalam grup chat kampus tersebut yang mana banyak sekali reaksi kaget dari para mahasiswa.
Hal itu tentu saja membuat Eliza bingung harus melakukan apa, karena ia yakin setelah itu ia akan di buat repot dengan pertanyaan pertanyaan konyol yang seharusnya tidak ia dapatkan.
"Yaudah sih kan cuma kabar. gue sama Lo nggak ada hubungan apapun. Kan." kata Eliza membuat Elang hanya mengangguk saja.
Melihat Elang yang sedikit kesulitan untuk turun dari ranjang membuat Eliza dengan sigap membantunya. Pria itu tetap keras kepala tidak ingin memakai tongkat sedangkan kakinya saja terluka cukup parah.
Kedua pun keluar dari UKS dengan Eliza yang memegangi Elang layaknya seperti sepasang kekasih sementara Elang juga terlihat menggenggam tangan Eliza.
"Ekheemmm jadi sebenarnya emang udah pacaran?" celetuk Laksa dengan tersenyum kecil sehingga membuat Eliza dengan reflek mendorong Elang membuat pria itu terhuyung dan hampir terjatuh, tapi Eliza juga reflek memeganginya lagi sehingga semua yang melihat itu hanya tersenyum saja.
"Apa sih Lo!!" seru Elang dengan kesalnya.
Eliza pun akhirnya pergi bersama Emma. Seperti biasa, Elang akan di goda oleh teman-temannya. Karena persahabatan mereka sudah sejak kecil, tentu mereka sangat tahu satu sama lain.
Dari kejauhan, terlihat jika ada seorang pria yang menghampiri Eliza. Ya dia adalah Angkasa. dengan senyum manisnya gadis itu pun menyambut ramah kehadiran Angkasa. Sudah lama Eliza menyukai Angkasa tapi ia terus memendamnya karena terlalu malu.
"Kayaknya El Deket sama tuh orang." kata Laksa yang sengaja memanasi Elang.
Elang langsung berlalu pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun. Teman-temannya hanya saling tatap saja dengan tersenyum kecil. Mereka tahu jika sebenarnya Elang memang sudah menyukai Eliza. Tapi entah kali ini akan terjadi hal yang sama lagi atau bukan itu di luar kendali mereka.
"Tapi aku pulang sama..." kata Eliza yang langsung di potong Emma
"Enggak, gue ada janji kok sama seseorang. Lo bareng kak angkasa aja. Kak, nitip yaaaa. Bye El gue pergi dulu." kata Emma dengan melambaikan tangannya membuatnya Eliza bingung sekaligus canggung.
"Gimana? Udah lama aku nggak liat kamu El. Cuma jalan-jalan biasa aja." kata Angkasa.
"Emang nggak ada yang marah kak kalau jalan sama aku?"
"Marah? Ya nggak ada lah. Pacar kamu paling marah kalau tau kamu jalan sama aku."
"Ehh aku nggak ada pacar kak sumpah."
"Kamu nggak punya pacar?" tanya Angkasa yang di jawab gelengan kepala oleh Eliza.
"Oke deh kalau gitu." kata Angkasa dengan tersenyum senang.
Di sisi lain, tiba-tiba saja Emma merasa kepalanya sedikit pusing. Ia sengaja menutupi hidungnya karena tahu pasti ia akan mimisan lagi seperti biasanya. Dan benar saja, ia akan berlari ke toilet tapi Laksa sudah lebih dulu mencegahnya.
Pria itu tampak heran kenapa Emma terus menutupi hidungnya dengan tisu dan seperti tak mau di sentuh sama sekali. Bahkan saat Laksa terus-menerus mencegah Emma pergi, justru gadis itu marah dengan Laksa.
Laksa membiarkan Emma pergi tapi ia tetap mengikutinya dari belakang. Tentu ia khawatir tapi juga bingung ada apa dengan gadis pujaannya itu. Ia menunggu di depan toilet wanita sampai Emma keluar. gadis itu pun tampak menghindari Laksa dan tak mau berbicara apapun. Sementara Laksa, ia tidak sehabis cara untuk membujuk Emma.
"Kamu ngapain sih!!! Stop ganggu aku mulai sekarang!" kata Emma dengan kesalnya.
"Kamu kenapa cantik? Aku ada salah apa sama kamu? bilang, biar bisa aku perbaiki."
"Nggak usah muncul lagi di depanku. Dan berhenti ikut campur masalahku." kata Emma dengan berlari meninggalkan Laksa.
Pria itu tetap mengejar Emma tapi setelah ia pikir lebih dalam lagi, ia pun akhirnya berhenti dan membiarkan Emma untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu. Ia merasa ada yang aneh dengan Emma. Ada sesuatu yang di sembunyikan oleh gadis itu tapi ia tidak tahu.
Elang sampai di rumahnya dengan di antar Ghava dan Alan. Pulang dengan kondisi kaki yang terluka tentu membuat ibunya histeris. Elang sendiri merasa sangat kesal jika ibunya sudah overprotektif padanya, tapi mau bagaimana lagi ia tidak bisa melakukan apapun kecuali pasrah saja.
"Elang nggak papa ma, ini cuma luka kecil doang. Besok juga sembuh." kata Elang yang langsung mendapatkan pukulan telak dari Nindy.
"tadi juga udah di periksa kok tan. nggak serius lukanya cuman Elang nggak boleh banyak bergerak." kata Ghava yang membuat Nindy hanya menghela nafasnya saja dengan lega.
Sementara itu, Eliza bersama Angkasa tengah berjalan-jalan santai. Mereka duduk di taman kota dengan memperhatikan lalu lalang kendaraan dan banyaknya orang yang juga ada di sana.
Sudah lama sekali Eliza tidak bertemu atau bahkan melihat Angkasa. Terkahir kalinya 2 tahun lalu itupun hanya dari kejauhan saja karena ia tidak berani menemui Angkasa secara langsung.
"El..." panggil Angkasa.
"Iya kenapa kak."
"Kalau lagi berdua gini panggil nama aja atau nggak perlu pakai kak." kata Angkasa yang di angguki Eliza.
"Oh ya, gimana tinggal di luar negeri?" tanya Eliza.
"Ya kaya gitu lah. Enakan tinggal disini bisa ketemu kamu kapan aja. kalau di sana harus nunggu pulang baru ketemu kamu." jawab Angkasa dengan menatap lurus ke depan.
"Maksudnya kak?" tanya Eliza bingung.
"Ya aku kangen sama kamu." jawab Angkasa membuat Eliza terkejut.
"Hahaha kak Angkasa bisa aja."
"Aku serius El. Kamu nggak ngerasain hal yang sama kaya aku?" tanya Angkasa dengan menatap dalam Eliza.
"Sedikit hehehe. udah ah jangan bahas itu nanti aku baper kak hahaha." kata Eliza dengan terkekeh.
"Sengaja biar kamu baper sama aku. Baper sampai akhirnya kamu mau jadi pacar aku." ujar Angkasa membuat Eliza bingung.
"Maksudnya?" tanya Eliza bingung.
"Aku boleh minta sesuatu nggak?" tanya Angkasa.
"Apa?"
"Kamu bisa pastiin nggak sampai aku balik ke sini lagi, kamu masih tetep sendiri." kata Angkasa.
"Kamu mau ke luar negeri lagi?"
"Hmm iya. besok." jawab Angkasa dengan tersenyum kecil.
Laksa walaupun tengil tapi keren 👍🏻