Apa yang diharapkan Oryza pada pernikahan yang berawal dari kesalahan? Kecelakaan malam itu membuatnya terikat dengan Orion sang pebisnis terkenal sekaligus calon tunangan adiknya, bukankah sudah cocok disebut menjadi antagonis?
Ia dibenci keluarganya bahkan suaminya, sesuai kesepakatan dari awal, mereka akan berpisah setelah anak mereka berusia tiga tahun dengan hak asuh anak yang akan jatuh pada Oryza. Tapi 99 hari sebelum cerai, berbagai upaya dilakukan Oryza mendekatkan putranya dengan sang suami juga adiknya yang akan menjadi istri selanjutnya. Surat cerai tertanda tangani lebih cepat dari kesepakatan, karena Oryza tau ia mungkin sudah tiada sebelum hari itu tiba
Jangan lupa like, vote dan komen ya🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah jalan
Pagi yang kesekian kali menyapa, dengan semangat baru, harapan baru dan mungkin mimpi baru layaknya tetesan embun yang menetes diujung dedaunan. Kota yang sempat sedikit sunyi selama kurang dari delapan jam mulai dipenuhi hingar bingar manusia untuk satu tujuan, hidup.
"Aku akan membawa Saga keluar hari ini" Oryza menyajikan sarapan diatas meja makan, tepat didepan Orion yang terlihat sibuk melihat handphonenya
"Kamu mau membawanya kemana?"
"Kamu tak perlu tau, yang penting bukan untuk hal yang buruk" jawabnya mulai menyajikan nasi di piring
"Apa kamu memotong rambut? Aku lebih suka rambut panjangmu" celetuk Orion yang mengamati Oryza kembali kedapur mengambil lauk yang lain
"Kenapa aku perlu pendapatmu? Aku hanya melakukan apa yang ingin ku lakukan" ia mulai menata makanan diatas meja
"Kenapa kamu rajin sekali memasak akhir-akhir ini, apa kamu ingin sesuatu?"
"Apa kamu tak pernah diajari jangan bicara di meja makan? Saga saja mengerti. Jangan banyak bertanya dan makanlah" akhirnya Orion diam dan masih mengamati Oryza yang kembali ke dapur
BRUKKK
PRANGG
Nampan berisi secangkir kopi itu tumpah dengan Oryza yang terjatuh dalam posisi tengkurap dan memegang dadanya yang sakit
"Nyonya!" Bik Ira, selaku pembantu dirumah itu terkejut dan segera membantu Oryza yang diam saja
"Oryza!" Orion membantu istrinya duduk dan melihat wajah pucat itu juga mimisan di hidunya. Oryza memegang dadanya seperti menahan sesuatu yang berat
"Kita bawa ke rumah sakit tuan" ucap Bik Ira yang panik saat Oryza hanya diam dan darah mimisannya semakin banyak
Oryza menggeleng, ia memegang tangan suaminya dan menggelengkan kepala tanda tak mau. Ia tak mau siapapun tau tentang penyakitnya, bukan bermaksud percaya diri. Tapi, ia tak ingin hal ini menghambat perceraiannya dengan Orion. Sudah saatnya Orion bahagia dengan Alice seperti apa yang dia mau
"Aku baik-baik saja" ucapnya lirih berbanding terbalik dengan apa yang ia ucapkan. Oryza juga tak mengerti tapi tiba-tiba saja tubuhnya menjadi berat dan kepalanya pusing
"Apanya yang baik-baik saja? Nyonya seperti hampir pingsan" panik Bik Ira
"Nggak papa bi, saya akan minum obat sekarang. Nanti pasti sembuh" ucapnya meyakinkan apalagi ia mulai berdiri dan mendudukkan dirinya di meja makan
"Bukankah kamu hampir terlambat?" Oryza melihat jam dinding yang segera menunjukkan jam masuk kantor, ia tau betul Orion adalah orang yang disiplin sekalipun seorang pemimpin
"Tidak masalah karena tidak terlalu banyak berkas yang ditanda tangani"
"Dimana Ares? Apa dia sudah datang? Ajaklah sarapan bersama" ucapnya menanyakan keberadaan asisten suaminya yang selalu mengikut kemanapun
"Terima kasih nyonya" entah dari mana Ares tiba-tiba muncul dan menarik kursi disamping bosnya
"Segeralah sarapan, dan kita akan pergi" Orion beranjak setelah melihat kehadiran putranya di ujung tangga
"Hiks"
Oryza yang sedang memijit pelipisnya mendongak melihat Ares yang tiba-tiba menangis
"Kamu kenapa? Apa lidahmu tergigit?" Itu alasan yang paling masuk akal menurut Oryza
"Bukan, hanya saja saya seperti merasakan masakan ibu saya sepuluh tahun lalu. Sudah lama sekali rasanya dan saya tiba-tiba merindukannya"
"Benarkah? Aku minta maaf" Oryza merasa bersalah karena seperti mengungkit kenangan lama
"Tidak, saya harusnya berterima kasih"
"Kenapa Paman Ales menangis?" Orion mendudukkan Saga di kursi khususnya sebelah Oryza. Balita itu nampak menggemaskan dengan wajah bangun tidurnya
"Karena dia cengeng" Orion yang menjawab. Ia sempat mendengar pembicaraan tadi karena lokasi mereka yang tak jauh
"Kata mama kalau udah besal nggak boleh nangis"
"Nggak apa-apa kalau sesekali nak" Oryza menimpali karena ia tau justru usia dewasa kadang kita butuh air mata untuk merasa lebih baik
"Bisa tolong pasangkan?" Orion menyerahkan dasi berwarna hitam pada istrinya, biasa ia hanya menggunakan dasi yang bisa langsung pakai karena tidak bisa memasang dasi dengan benar dan menurutnya lebih menghemat waktu
Orion memperhatikan Oryza yang fokus pada kegiatannya, wajah itu terlihat tirus, entah perasaannya saja atau bagaimana tapi Oryza benar-benar terlihat sangat kurus jika dibandingkan awal pernikahan mereka
"Apa kamu diet?"
"Aku tak ingin membebani diri dengan diet" ucapnya begitu selesai dan menatap puas hasilnya
"Kenapa kamu kurus sekali? Aku takut keluargamu berpikir aku tak memberimu makan disini"
"Jangan terlalu banyak berpikir yang tidak masuk akal"
"Bos, client yang dari jepang sudah tiba dibandara" Ares melihat pemberitahuan di ponselnya
"Baiklah, ayo kita berangkat"
"Aku jadi untuk izin keluar" ucap Oryza mengikuti dari belakang
"Jangan ajak Saga pulang malam-malam" Oryza mengangguk dan segera masuk dalam kamarnya, membuka laci dengan tergesa dan segera meminum obat-obatnya. Ia tak mengerti entah kenapa ia merasa tubuhnya semakin lemah, karena itu ia memberi tau Gabril untuk mempersiapkan kemungkinan seandainya vonis dokter lebih cepat dari perkiraan, karena sesungguhnya urusan kematian hanya milik tuhan
.
"Hidup adalah ladangnya ujian, untuk setiap keinginan maka akan ada ujian didepannya. Semakin besar keinginan atau mimpi kita maka ujiannya semakin besar didepan sana" Oryza duduk dengan tenang dan Saga yang mulai nampak mengantuk dipangkuannya. Ia membawa Saga kepengajian atas rekomendasi dari Rega. Laki-laki itu bilang, mungkin apa yang Oryza cari akan ia dapatkan disini. Oryza sebenarnya agak sedikit tak percaya kalau itu Rega karena ia ingat betul bagaimana masa putih abu mereka dulu, hanya saja Rega memang lebih lurus sedikit dari teman-temannya yang lain
"Ujian kita setiap manusia pastinya akan berbeda-beda dengan manusia yang lain. Kita ingin jadi kaya maka Allah uji kita kemiskinan dulu agar ketila diatas kita tidak pernah lupa kalau kita pernah di masa itu. Agar kita bisa membantu orang yang merasakan apa yang pernah kita rasakan"
"Allah lebih mengenal kita daripada diri kita sendiri karena ialah yang mengetahui urusan dunia dan segala isinya termasuk rahasia yang kita sembunyikan rapat dalam hati. Oleh karena itu, Allah lebih tau apa yang terbaik untuk kita"
"Ketika kita menganggap masalah hidup kita berat dan tuhan tak adil maka ia lebih tau kalau kita pasti mampu melewati itu"
Rega mungkin benar, dalam tempat ini Oryza merasa ketenangan, kedamaian dan terasa lebih hidup. Ia selalu berjalan tanpa tujuan begitu divonis tentang penyakitnya. Memang buat apa punya tujuan jika ia sadar kalau tak mungkin bisa menggapainya?. Ia berjalan bagai orang hilang arah. Sepertinya sekarang ia sedikit melihat cahaya dari arah jalan itu, jalan yang akan ia tempuh kedepannya, jalan yang memang dari awal adalah tujuan manusia diciptakan, semakin mendekatkan diri pada-Nya. Begitu dekat, sampai tak ada ketakutan lagi menapak jalan didepannya
Oryza 😭😭😭😭😭🤧
begitulah versi cerita ni... semua feeling jg ada d situ d uli sebati ole author. huhhh sedih bnget ya
karena Allah lebih tahu bahwasanya kita tidak boleh terlalu terlena & memuja yg ada di dunia ini tanpa mengingat penciptanya... Allah mengambilnya supaya kita selalu mengingat & berdoa kepada sang pencipta