"Aku dibenci nggak mati, kamu gak suka aku juga nggak tutup usia, selagi rasa nggak suka dan bencimu tidak menutup pintu rezekiku, aku tidak perduli." celetuk Joanna Eden dengan tatapan santai seolah tanpa beban dosa.
Awal mulanya dia masuk kedalam dunia mafia hanya karena sebuah misi pertolongan dengan membantu kakaknya Jordan Eden yang berprofesi sebagai anggota Kepolisian untuk melakukan tipu daya agar bisa meringkus seorang Bos Mafia, tapi siapa sangka hal itu justru membuat Joanna terjerumus dalam gelombang asmara, lalu bagaimanakah kisah cinta Joanna? akankah dia bahagia atau nyawa yang akan jadi taruhannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iska w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Lemah.
Baru kali ini dalam catatan perjalanan sejarah seorang Jay Alisher kalah dalam melakukan hobinya, bahkan sampai jatuh tersungkur dan mengeluarkan banyak darah, karena biasanya setetes darah yang mengalir ditubuhnya seolah sebanding dengan satu nyawa dari lawannya.
Bugh
"Argh, Anna."
Dalam kesakitannya, tanpa sadar Jay menyebut nama Anna, karena selama ini baru Anna, sesosok gadis yang berhasil mencuri perhatiannya.
Ting!
"Astaga cukup! hentikan semuanya!" Anna berlari mendekat kearah Jay, namun sebelumnya dia mengedipkan satu matanya kearah Jordan dan Ghavin terlebih dahulu sebagai kode.
"Kami baru main satu ronde, masih ada dua ronde lagi untuk menentukan siapa pemenang dalam permainan ini." Namun Jordan seolah belum puas melawannya, karena kini dia tahu, sosok kelemahan Bos Mafia itu adalah adik kandungnya sendiri.
Aish, Abang ini paham bahasaku atau tidak, apa dia ingin memperumit keadaan sekarang?
"Mr. J, apa anda baik-baik saja? Dimana kotak P3K dirumah anda, biar aku bantu mengobati lukanya." Anna hanya melirik Abangnya sekilas, dan segera memperhatikan Jay agar tidak dicurigai olehnya.
"Ck, masa iya jagoan sepertinya lemah hanya karena tumbang dalam beberapa kali pukulan? Bagaimana kalau satu ronde lagi?"
Ghavin pun semakin terlihat kesal, apalagi saat Anna seolah memberikan perhatian lebih terhadap Jay, padahal pria itu adalah target musuh mereka.
"Cih, kalian ingin menantangku?" Dan Jay hanya mampu tersenyum miring saat mendengarnya, bahkan untuk membunuh keduanya pun masalah sepele baginya, namun Jay tidak ingin kekejamannya dilihat langsung oleh Anna.
"STOP, bubar semuanya!" Anna langsung bangkit dan merentangkan dua tangannya agar mereka tidak kembali bertempur diatas ring tinju bebas itu.
"Ini bukan urusanmu, minggir kau!" Jordan dengan santainya menepuk kepala Anna, seperti saat dia sedang berantem dalam kesehariannya, entah berantem karena tidak ada yang mau cuci piring, bersih-bersih rumah dan yang lainnya.
"JANGAN MENYENTUHNYA!" Tapi ternyata hal itu membuat kemarahan Jay Alisher seakan meradang, dia tidak ingin masalahnya sendiri melibatkan orang lain, apalagi orang itu adalah Anna.
Gadis spesial perdana, yang mampu membuat sosok Jay salah tingkah, bahkan dirinya tak mampu berkutik walau hanya dengan sebuah gombalan receh semata.
"Hei, kenapa kamu semarah itu, sespesial apa wanita ini bagimu?" Ledek Jordan yang seolah semakin kegirangan, karena sepertinya rencana adiknya berjalan dengan mulus secepat itu. Dan sebentar lagi dia bisa membuka kedok dari sosok Bos Mafia itu.
"Anna, kamu bisa menungguku didalam kamarku saja, tunggu aku disana, aku akan segera menemui setelah urusanku selesai." Dalam keseharian Jay, dia pantang untuk ditantang, jadi dia ingin menerima tawaran itu, asalkan Anna tidak ada didalam pandangannya.
"Apa? Kamar? Woah... ternyata hubungan kalian sudah sejauh itu, padahal aku baru saja ingin mengajak gadis ini untuk berkencan romantis." Jordan menatap adiknya sengaja dengan tatapan genit, walau dia tahu pasti bagaimana kelakuan adiknya, dia pasti bisa menjaga diri sendiri, karena semenjak kepergian kedua orang tuanya, mereka berdua sudah dilatih hidup mandiri dan mawas diri dari kejamnya kehidupan didunia ini.
"Tutup mulutmu!" Teriak Jay yang langsung melotot, dan mulai menegakkan badannya untuk menyerang, dia tidak suka ada orang lain yang mencoba menggoda Anna, apalagi secara terang-terangan dihadapannya.
"Aaaaaa.. Cukup Mr. J!" Anna langsung memeluk tubuh kekar Jay saat dia ingin melayangkan satu hantaman ke arah Jordan.
Grep
Dag
Dig
Dug
Suara detak jantung Jay seolah memacu dengan kecepatan tujuh kali lipat lebih cepat dari biasanya, tangannya yang berotot dan siap mengayunkan energi ekstra itu, tiba-tiba melemah seketika karena sebuah pelukan dari Anna.
Aku ingin lebih lama seperti ini.
Jay tidak menolak, dia bahkan merapatkan tubuhnya dan mengungselkan kepalanya di bahu kecil Anna.
"Cukup Mr. J, jangan perdulikan dia, nanti wajah tampanmu rusak dan aku jadi sedih saat melihatnya, aku bantu obati lukamu, okey?" Anna langsung mengusap rahang tajam milik Jay yang sudah tegang sedari tadi.
"Woah, apa kalian mau pamer kemesraan?" Jordan kini benar-benar kagum dengan kebolehan adiknya dalam merayu seorang Mafia itu.
"Mr. J, dimana anak buahmu, suruh mereka membawa keluar kedua pria itu." Ucap Anna, agar pertempuran mereka selesai.
"Hei, urusan kami belum selesai!" Bentak Jordan kembali, bahkan mendekatkan wajahnya kearah Anna.
"JANGAN MEMBENTAKNYA! kalian tidak punya urusan dengan wanitaku, jika kalian ingin keluar dengan tubuh yang utuh, silahkan pergi sekarang!"
Cie, wanitaku?
"Kalian dengar itu, cepat kalian berdua pergi sana!" Anna langsung melotot kearah Abangnya, namun sekilas dia pamer sebuah senyuman, karena berhasil diakui oleh Jay secepat ini.
Andai mereka sedang tidak bersandiwara, mungkin Anna sudah menjambak-jambak rambut Abangnya dengan kesal, karena mengabaikan kode darinya tadi.
"Kalian mau ngapain disini berduaan, hah?" Sebagai seorang pengganti orang tua, Jordan pasti tidak ingin adiknya terlampau jauh dalam bergaul dengan seorang pria, apalagi pria itu sangat berbahaya.
"Bukan urusanmu!" (Cepat pergi Bang, sebelum aku keceplosan bicara, kalau dia tau kau adalah Abangku bisa tamat riwayatku!)
Anna kembali mendelik kearah Jordan, dan menyambung kata-katanya tanpa suara, agar Abangnya itu mengalah dan segera pergi meninggalkan Markas itu.
"Sudahlah, ayo kita kembali, karena kita masih harus bertugas lagi."
Sebenarnya Ghavin pun tak rela meninggalkan Anna berduaan saja dengan Bos Mafia itu, namun benar juga kata Anna, jika sampai dia keceplosan bicara dan tahu kebenarannya, itu akan sangat berbahaya bagi nyawa Anna.
"Anna, kenapa kamu tidak pulang, apa anak buahku tidak mengantarmu sampai kerumah?" Saat mereka hanya tinggal berdua saja, Jay kembali memastikan kenapa Anna bisa sampai ke Markasnya.
*Mampus aku, padahal aku janji mau memberikan sopir itu rating bagus*.
"Dia sudah mengantarku dengan selamat, tapi tiba-tiba aku sudah merindukanmu." Dan lagi-lagi ide dadakan Anna selalu saja muncul diwaktu yang tepat.
"Heh?" Jay langsung menatap wajah Anna dengan intens.
"Ck, kamu nggak tahu aja gimana rasanya dilema karena menahan rindu, mau mandi ingat kamu, mau makan ingat kamu, mau ngapa-ngapain ingat kamu terus, kan jadi pusing kepalaku." Anna tidak berani menatap Jay, dia memilih mengoceh sembarangan saja, yang terpenting adalah kata rayuan saja.
"Eherm, aw!" Jay pura-pura kesakitan saat Anna membersihkan lukanya dengan cairan pembersih, padahal rasanya hanya seperti digigit semut baginya, hanya saja Jay benar-benar tersipu oleh perkataan dari Anna.
Wajarlah, Bos Mafia kan juga manusia, punya rasa punya hati, hanya saja selama ini semua itu beku karena jarang tersentuh.
"Pasti perih ya, tahan sebentar ya, fuh.. fuh." Anna langsung meniup-niup ujung bibir Jay, dan hal itu semakin membuat perasaan Jay tak karuan.
"Su-sudah tidak sakit lagi." Jay memilih memalingkan wajahnya dengan perkataan yang sedikit tergagap, dia pun takut pula jika wajahnya sampai memerah karenanya, bisa turun nanti pamornya sebagai Bos Mafia kejam.
"Lain kali hindari pertempuran, apalagi dengan dua pria itu, jangan sampai berurusan dengan mereka lagi, kalau nanti wajahmu tergores kan jadi berkurang presentase ketampanan kamu, aku kan jadi tidak rela." Jika bukan Jordan dan Ghavin, mungkin Anna tidak terlalu risau, karena sepertinya Jay tidak terkalahkan.
"Memangnya kenapa dengan dua pria itu, apa kamu mengenalnya?"
*Aduh, apa aku terlihat sekali seperti orang yang sedang membela mereka? Fuh... Calm down Anna, keluarkan bakat gilamu itu*!
To be continue...
semangat berkarya thor...
ditunggu karya selanjutnya
yaaaa aammpuunnnnn...
kocak abiz mereka itu...
btwxakhirnya up date...
mkasi byak ya aa kaakkkk
❤❤❤❤