NovelToon NovelToon
Pesona Cinta CEO Tampan

Pesona Cinta CEO Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mira j

Maura, gadis lugu dari kampung dengan mimpi besar di kota, bekerja sebagai pengasuh nenek dari seorang milyader muda bernama Shaka Prawira. Tak disangka, Maura juga ternyata mahasiswi di universitas milik Shaka. Di balik sikap dinginnya, Shaka menyimpan perhatian mendalam dan mulai jatuh cinta pada Maura—meski ia sudah memiliki tunangan. Terjebak dalam cinta segitiga, Maura harus memilih antara impian dan perasaannya, sementara Shaka berkata,

"Aku sangat menyukaimu, Maura. Aku ingin kau ada saat aku membutuhkanku."

“ anda sudah bertunangan tuan ,saya tidak mau menyakiti hati wanita lain .”

“ Kau tidak akan menyakitinya sayang ,Thalita urusanku ”.

Namun, apakah cinta mampu mengalahkan janji dan status?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira j, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14

Di dalam mobil sport hitam yang melaju membelah jalanan sore, suasana terasa hening namun tidak canggung. Jari-jari Shaka menggenggam tangan Maura dengan lembut, sesekali ibu jarinya menyapu punggung tangan gadis itu, seolah menenangkan detak jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

Maura menatap ke luar jendela, tak sanggup membalas tatapan Shaka, meski senyum kecil tak bisa disembunyikannya. Ia masih belum terbiasa dengan perlakuan seintim ini darinya.

Untuk mencairkan suasana, Shaka membuka percakapan, “Waktu kecil, aku pernah ikut lomba masak, kamu tahu?” suaranya terdengar santai.

Maura menoleh cepat, menatapnya tak percaya. “Hah? Serius? Kamu?”

Shaka tertawa kecil. “Iya, demi cokelat  dan pujian dari Oma Margaret.”

Maura ikut tertawa, suasana pun jadi lebih ringan. “Aku jadi penasaran rasanya kayak apa. Masakan Shaka kecil.”

“Mungkin bisa kita coba masak bareng kapan-kapan,” ucap Shaka sembari melirik ke arah Maura, senyumnya tak pernah surut sejak tadi. maura pun mengguk  menyetujui ide Shaka.

Mobil akhirnya berhenti di depan kediaman klasik Oma Margaret. Shaka lebih dulu keluar lalu membukakan pintu untuk Maura. Ia masih menggenggam tangan gadis itu saat mereka berjalan masuk. Dan maura melepaskanmu lembut ketika akan masuk kedalam rumah.

“Assalamualaikum, Oma!” seru Maura ceria saat membuka pintu.

Oma Margaret yang tengah duduk santai di ruang keluarga langsung menoleh dan tersenyum hangat. “Waalaikumsalam, maura  sayang… Oh, kamu pulang diantar Shaka?”

Maura mengangguk, sementara Shaka memberi salam sopan. Oma Margaret mengamati mereka sebentar—mata tua nya  menangkap sesuatu dari cara Shaka memandang maura . Tapi ia hanya tersenyum dan berkata, “shaka makan malam di sini saja, ya? Oma akan menyuruh pelan menyiapkan dulu makananya.”

Maura memandang Shaka, lalu Shaka mengangguk kecil dan berkata pada Oma  “  shaka akan temani Oma malam  ini.”

Oma tersenyum bahagia, melihat perubahan pada diri Shaka yang tak lagi sedih bila berada di mesion ini. Karena disini memory tentang kedua orang tuanya yang sudah meninggal Tergambar jelas, dan itu membuat shaka lebih memilih Tinggal di apartemen  daripada dimension.

Aroma harum masakan memenuhi seluruh ruang makan di mansion tua itu. Maura dengan cekatan membantu para pelayan menata piring dan mangkuk, memastikan semua hidangan tersaji dengan rapi dan hangat. Malam itu terasa istimewa, karena menu makan malam ini  adalah hidangan kesukaan Shaka—yang  dimasak Oma dan Maura tadi sore.

Tak lama kemudian, makanan telah terhidang dengan sempurna. Pelayan terakhir melangkah mundur, memberi ruang bagi sang tuan rumah.

Shaka muncul dari arah tangga, masih mengenakan kemeja kerja namun dengan lengan tergulung santai. Ia menatap meja makan dengan senyum kecil, lalu melangkah mendekat dan menarik kursi untuk duduk. Dari arah ruang tengah, Oma Margaret perlahan masuk dengan bantuan tongkat kayu kebanggaannya. Ia tersenyum hangat melihat semua telah siap.

"Maura," panggil Oma lembut, suaranya tenang namun penuh kewibawaan. "Ayo duduk. Jangan sibuk terus. Makanan ini juga hasil kerja tanganmu sendiri."

Maura menoleh cepat, lalu mengangguk dan buru-buru mengelap tangannya dengan celemek yang ia pakai. Ia pun duduk di kursi di seberang Shaka, tepat menghadap pria itu. Sementara Oma duduk di sisi tengah meja.

Tatapan mata Shaka jatuh pada Maura yang kini duduk dengan kepala sedikit tertunduk. Senyuman tipis tergurat di bibirnya, memandangi gadis itu seolah sedang memandangi sesuatu yang sangat berharga sebelumnya—kehangatan, kesabaran, dan ketulusan yang pelan-pelan mulai mengisi ruang hatinya yang selama ini kosong.

"Ini sama seperti masakan yang kamu antar  tadi sore, kan?" tanya Shaka dengan suara rendah, matanya tak lepas dari Maura.

Maura mengangguk kecil, tak berani menatap langsung. "Iya, Tuan… maksudku, Shaka."

Senyuman Shaka makin lebar. "Terima kasih. Aku belum sempat mencicipinya tadi … Tapi sekarang, aku benar-benar lapar."

Oma Margaret menatap keduanya dengan mata tajam namun penuh kasih. Ia menyadari gelagat aneh dari cucunya—yang biasanya kaku dan dingin, kini terlihat begitu hangat dan tenang. Sementara Maura tampak salah tingkah, pipinya bersemu merah meski ia berusaha menyembunyikannya.

"Oma jadi makin bersyukur Shaka, kamu mau sering datang ke mansion tua ini.” ucap Oma sambil tersenyum, "dan Oma ingin kehangatan seperti ini akan terus berlangsung,Oma  tidak mau kamu menghindari mension ini karena masa lalu nak…."

Maura menunduk makin dalam, tak sanggup menahan rasa haru yang menggenang.

Shaka menoleh ke arah neneknya, lalu kembali ke Maura. “Shaka akan mencoba Oma, Shaka juga ingin selalu bersama Oma. Hanya Oma satu satunya orang tua shaka sekarang .”

Keheningan menyelimuti meja makan beberapa saat. Hangat. Penuh rasa. Dan dalam diam itu, Maura perlahan mengangkat wajahnya, menatap Shaka dengan mata yang berkaca.

Oma hanya tersenyum. Di balik keriput wajahnya, ia menyadari ada yang lain dari sikap Shaka .ia hanya berharap semua itu awal dari kebaikan.

Suasana meja makan yang hangat dan nyaman itu mendadak berubah ketika dering ponsel Shaka menggema memecah keheningan. Semua mata secara refleks menoleh ke arah suara. Shaka mengernyit, mengeluarkan ponsel dari saku dan melihat layar. Nama Dio, sekretaris kepercayaannya, terpampang jelas.

“Maaf, aku harus terima ini dulu,” katanya singkat, lalu bangkit dan berjalan cepat keluar ruangan.

Oma Margaret mengangkat alis, sedikit heran, sementara Maura menunduk kembali, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang mulai terasa.

Di luar ruangan, suara Shaka terdengar jelas meski ditahan rendah. “Apa? Sekarang?!” Wajahnya memucat, rahangnya mengeras. Ia menggenggam ponsel erat, mendengarkan setiap informasi dari Dio dengan serius.

Beberapa detik kemudian, Shaka kembali masuk ke ruang makan. Langkahnya cepat dan tegas. Tatapannya terlihat serius dan wajah nya sedikit tegang.

“Oma… aku harus pergi sekarang. Ada urusan mendesak.”

Oma Margaret menatap cucunya dengan prihatin. “Hati-hati, Shaka. Jangan terburu-buru.”

Shaka mengangguk cepat. Tapi sebelum benar-benar melangkah pergi, ia menoleh pada Maura—sekilas, namun penuh makna. Seolah ingin mengatakan sesuatu, Maura hanya bisa mengangguk pelan, seolah memahami, meski tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Shaka melangkah keluar, membuka pintu 

besar itu dengan tergesa, lalu melesat menuju mobil sport hitamnya yang terparkir di halaman depan. Tanpa pikir panjang, mesin dinyalakan dan suara deru mobil memecah keheningan malam.

Mobil itu melaju kencang, membelah gelapnya malam menuju tempat yang telah disepakati bersama Dio.

Gedung tua di kawasan industri itu diselimuti kesunyian, dan  atmosfernya terasa mencekam. Lampu sorot menggantung dari langit-langit baja berkarat, menerangi sudut gudang tempat dua pria terikat erat di kursi. Dio berdiri tegak, menunggu dengan wajah serius. Beberapa penjaga ditempatkan di setiap sudut gudang tua itu.

Suara mesin mobil sport terdengar menghentak dari kejauhan. Beberapa detik kemudian, Shaka muncul di ambang pintu gudang, wajahnya gelap dan tajam.

“Mana orangnya?” suaranya berat, membuat suasana kian menegang.

“ Meraka di dalam tuan “.

Dio memberi aba-aba. “Mereka disusupkan ke proyek baru kita di pelabuhan timur. Tadi sore, orang kita menangkap mereka saat mencoba akses server internal.”

Shaka melangkah mendekat, tatapannya menusuk seperti belati. Ia berdiri tepat di depan salah satu pria yang babak belur, lalu berjongkok. “Siapa kalian? Siapa yang mengirim kalian?”

Pria itu bergeming, rahangnya mengeras.

Shaka menarik rambut pria itu kasar, mendekat ke wajahnya. “Jangan main-main dengan  keluarga Darmawan . Siapa yang menyuruh kalian?”

Dengan tubuh gemetar, pria itu akhirnya membuka suara, “Kami... hanya disuruh mengambil data. Bayarannya besar. Penghubung kami dari... Wiraguna Group.”

Mata Shaka menyipit. Nama itu membuat darahnya mendidih.

“Wiraguna...apa ini ada hubungannya dengan akara crop” gumamnya penuh kemarahan.

Dio mendekat. “Aku sudah curiga. Mereka gerakannya terlalu terorganisir. Dan ini bukan pertama kalinya proyek kita diusik. Mereka ingin menghancurkanmu, tuan Shaka.”

Shaka berdiri, nafasnya berat menahan emosi. “Ini lebih dari persaingan bisnis biasa. Ini perang. Cari tau informasi sekecil apapun dan siapa saja yang terlibat aku tidak mau memberikan kesempatan bernafas pada mereka .”

Ia menoleh ke Dio. “Panggil tim elit khusus. Kita serang balik. Hancurkan jalur distribusi mereka. Aku ingin Wiraguna Group lumpuh dalam seminggu.”

Dio mengangguk tegas. “Akan segera dieksekusi,tuan .”

Shaka menatap dua pria di depannya. “Dan mereka... serahkan ke tim interogasi. Jangan bunuh dulu. mereka masih berguna untuk kita.”

Tanpa membuang waktu, Shaka berjalan keluar dari gudang, cahaya lampu menyilaukan wajahnya yang kini dipenuhi tekad. Ini bukan hanya balas dendam—ini peringatan. Keluarga Darmawan tidak akan tinggal diam.

Di sebuah ruang rapat eksklusif di lantai tertinggi gedung megah milik Wiraguna Group, suasana terasa lebih tegang dari biasanya. Langit malam tampak kelam dari balik jendela besar yang membentang, seolah ikut menambah beban dalam ruangan itu.

Pria paruh baya dengan setelan jas mahal—Rendra Wiraguna, CEO sekaligus dalang utama gerakan melawan Darmawan Korporasen—berdiri dengan tangan di belakang punggung, menatap keluar jendela dengan gelisah.

“Apa belum ada kabar dari Bima dan Reza?” tanyanya dingin tanpa menoleh.

Salah satu anak buahnya, seorang pria muda dengan wajah panik, menjawab dengan gugup, “Belum, Pak. Terakhir mereka terlacak di sekitar kawasan pelabuhan. Setelah itu... sinyal komunikasi terputus. Kami sudah kirim orang ke lokasi, tapi nihil.”

Rendra mengeraskan rahangnya. “Brengsek... berarti Shaka sudah mencium gerakan kita.”

Pria lain di ruangan itu, Kepala Keamanan Internal Wiraguna Group, ikut angkat bicara. “Kita terlalu meremehkan dia, Pak. Shaka Darmawan bukan lawan biasa. Ia bukan hanya pebisnis dingin, tapi juga predator dalam dunia korporasi. Ia tidak akan membiarkan ancaman sekecil apapun lolos.”

Rendra berbalik cepat, matanya menyala penuh amarah. “Aku tahu siapa dia! Tapi ini belum akhir.”

Ia lalu berjalan menuju meja dan menyalakan layar besar yang menampilkan grafik pergerakan saham Darmawan Corporation.

“Jika penyusupan gagal, kita ubah strategi. Lumpuhkan dari dalam lewat saham dan investasi bayangan. Buat pasar panik. Dan cari celah untuk hancurkan koneksi utamanya di luar negeri.”

Orang kepercayaannya tampak ragu. “Tapi, Pak… kalau Shaka melawan balik, seperti biasa, kita bisa…”

“Diam!” bentak Rendra. “Shaka mungkin sulit dimanipulasi, tapi semua orang punya titik lemah. Kita hanya belum menemukannya.”

Ia menarik nafas panjang, lalu menatap semua orang di ruangan itu. “Siapkan rencana baru. Pastikan nama Wiraguna tidak tercoreng. Dan ingat... kalau perlu, mainkan dengan cara kotor.”

Rapat ditutup dengan kesunyian menakutkan. Di luar, angin malam berdesir, seolah menyampaikan peringatan, perang antar dua kerajaan bisnis kini benar-benar dimulai.

1
Petir Luhur
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!