NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Duda / CEO / Cinta Paksa / Beda Usia
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

KISAH PERJUANGAN SEORANG LAKI-LAKI MENGEJAR CINTA GADIS BERCADAR YANG BELUM MOVEON SAMA PRIA MASA LALUNYA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

"Laki-laki brengsek seperti mu tidak perlu dihargai!" Kecam Bella tanpa belas kasihan.

Mata lucky terpejam, menahan perih yang menyerukan didada.

Drtttt! Drttt!

Ponsel disakunya bergetar, mengusir kepahitan yang baru saja menghantam jiwa raganya.

Dengan rasa penasaran, Lucky merogoh sakunya. Kesenduan dari sorot matanya seketika berubah, memicing saat melihat panggilan grup 'mansion squad'.

Wajahnya yang semula suram mendadak masam. Namun ia tetap menerima panggilan tersebut.

siapa tau penting atau urgent. Pikir lucky ditengah kehancuran perasaannya.

Wajah kawan-kawan muncul memenuhi layar, terbagi dalam kotak-kotak kecil yang penuh ekspresi. Namun belum ada obrolan, hening sesaat.

"Ada apa woi!" Ucap lucky mengerutkan keningnya, membuka obrolan.

Bella yang penasaran segera mendekat, berdiri disebelah lucky namun wajahnya tidak tersorot. Ia hanya menatap layar tersebut sambil menunggu, dengan rasa gelisah yang tiba-tiba menggelanyut didadanya.

"Tes! Tes! Ada suara gue nggak?" Tanya Leon dari sana.

"Ada!" Sahut mereka kompak, mengganguk.

Leon berdehem, suara khasnya langsung memenuhi speaker, membuat suasana yang tadi riuh jadi perlahan hening.

"Gue dapet kabar dari orang suruhan di lapangan," ujarnya dengan nada tegas. "Sabrina barusan kena hadang Tujuh preman diperjalanan."

Bella terkejut, cemas. Wajah semua yang di layar langsung berubah. Tegang.

"Mobil yang dia kendarai mogok. Mereka nyerang dia di tengah jalan. Tapi dia selamat. kata orang suruhan gue, Sabrina luka-luka. Sekarang dia udah ada di mansion, gue baru dapet informasi barusan."

"Anjir... tujuh orang?" gumam Lucky, matanya membelalak.

"Dia sendirian waktu itu?" tanya Aldo cepat.

"Astaghfirullah!" Sean meringis.

"Gimana kondisi adik saya, parah?" Tanya Bella resah. Tanpa terasa air matanya tumpah, memikirkan kondisi Sabrina yang terluka parah.

Leon mengangguk pelan. "Iya. Tapi dia sempat ngelawan. Gue belum tahu detailnya. Tapi kondisinya cukup drop, banyak luka lebam."

Semua terdiam. Detik itu juga, kekhawatiran menyeruak didada masing-masing.

Lucky memijat pelipisnya, tak menyangka. Kesederhanaan yang melanda seketika sirna begitu saja, tergantikan dengan kepanikan, memenuhi pikirannya.

Bella memejamkan matanya, air mata mengalir deras. Dadanya naik turun, takut dan panik bercampur jadi satu dalam hati dan benaknya.

"Gue mau jenguk bebep gue! Ini gak bisa dibiarin! Gue takut kondisi dia semakin parah!" Ujar livy sesenggukan.

"Gue ikut!" Sahut Kevin cepat.

"Kalian udah pada balik?" Tanya Leon.

"Udah!" Sahut mereka semua kompak, termasuk lucky dan Bella.

"Mau langsung kesana tah?" Tanya Revan serius.

"Ayo! Kita harus berangkat sekarang! Gc!" Sahut lucky yang diangguki mereka.

Panggilan diputuskan. Ia bangkit dan menenteng paper bag Bella. "Ayo, bel!" Ajak lucky menggulurkan tangannya.

Bella tak menyambut, ia bergegas pergi meninggalkannya seorang diri. Lucky langsung berjalan cepat, menyusul Bella. Ia meraih tangan gadis itu dengan lembut, lalu berlari sambil bergandengan tanganbya, tanpa peduli dengan Bella yang berteriak kaget, nyaris terhuyung. Lucky juga menghiraukan tatapan para pengunjung.

Yang terpenting sekarang hanya satu, dalam waktu cepat harus sampai ke mansion.

Lucky menginjak gas mobilnya dalam-dalam. Menerobos lampu merah, menyalip kendaraan. Bella memekik kencang. Pasalnya gara-gara kecerobohan lucky, nyaris terjadinya kecelakaan dijalan raya.

Mobil yang dikendarai, tiba didepan gerbang mansion. Ia mengklaskon. Gerbang terbuka. Mobil masuk dan diparkirkan digarasi. Mobil kawan-kawan sudah berderet disana.

Lucky dan Bella turun dari mobil, menghampiri mereka semua.

"Dek! Mamih sama papih mana?" Tanya Bella pada Sean.

"Aku baru balik, mbak. Tanpa pikir panjang, langsung kesini aja." Kata sean masih dengan pakaian kantornya, begitupun dengan Revan, Kevin, Leon, lucky dan Raka.

"Weh! Ayo kita kesana! Cepetan! Jangan banyak bicara!" Kata lucky mengajak. Mereka semua mengikutinya dari belakang dengan raut wajah campur aduk, sedih, cemas, marah. Bukan marah sama Sabrina, melainkan pelakunya.

Ting nong! Ting nong!

Eva spam bel tak henti-hentinya sambil bergumam seorang diri. Mereka tampak menunggu, sesekali gigit mendesis risau.

Disamping lucky, Bella meremas jemarinya. Ia berdoa dengan hati gelisah, berharap Sabrina tidak kenapa-kenapa. Semoga kondisinya tak drop habis-habisan.

Ceklek!

Akhirnya yang ditunggu-tunggu. pintu terbuka. Semua mata tertuju kesana. Keluarlah sosok Sabrina dari dalam, seorang diri. Wajahnya penuh kebingungan menatap mereka dihadapannya.

"Beb! Hiks....." Livy tiba-tiba menangis dan memeluknya erat.

Bella ikut memeluk Sabrina, disusul Eva dan raya. Ketiga wanita itu meraung-raung.

"Kalian kenapa?" Tanya Sabrina heran.

"Dek! Kamu baik-baik aja kan?" Tanya Bella mengurai pelukannya, memegang tangan Sabrina, menelisik wajah Sabrina yang tertutup cadar, terlihat baik-baik Saja.

"Alhamdulillah. Aku baik-baik aja, mbak. Ada apa?" Sabrina mengerjab-ngerjabkan matanya, bingung dan bertanya-tanya.

Leon mulai menjelaskan, disambut timpalan dari mereka. Sabrina mengganguk membenarkan kejadian itu. Tapi dia mengatakan bahwa dia baik-baik saja, tak terluka dan tak kenapa-kenapa.

"Alhamdulillah!" Ucap mereka menghela nafas lega, bersyukur.

Raka, Kevin, Leon, Sean sampai sujud syukur dilantai.

"Gue khawatir banget sama lo beb! Beneran nggak terluka kan? Jawab beb!" Desak livy mengguncang bahunya, tampak khawatir, memeriksa tangan, kaki dan bagian lain tanpa menyingkap pakaian Sabrina.

"Alhamdulillah! Ternyata kamu baik-baik saja dek!"

"Seperti yang gue bilang mbak! Gue baik-baik aja." Kata Sabrina, tersenyum dibalik cadar.

"Baguslah! Untung saja kamu selamat, Sabrina." Lucky menghela nafas panjang.

"Si-"

Drap! Drap! Drap!

Ucapan lucky terpotong oleh suara langkah kaki. Keriuhan terhenti seketika.

Sosok pria bertato dengan pakaian robek dibeberapa bagian melangkah keluar, wajahnya bertanda luka x dimasing-masing pipi. Ia berjalan bersamaan dengan kedua piercing dan kalung rantai yang bergoyang,  menambah aura yang sulit diabaikan. Tatapan semua tertuju padanya, kaget, syok, ngeri dan bingung, tapi pria itu hanya melirik sekilas tanpa bicara.

'dia!' batin Bella, matanya membulat memandang pria itu, dia Tama.

'ini si Tama itu? Tinggi juga dia!' batin lucky, tak percaya.

"Permisi!" Ucap Tama dengan wajah datar.

Mereka minggir, membukakan jalan. Langkah Tama berhenti kala mendengar suara Sabrina.

"Siapa yang menyuruhmu pergi?"

Tama menengok kearah sabrina dengan satu alis terangkat.

Hati Bella bergetar hebat saat memandang tama. Ada perasaan aneh yang muncul, entah apa itu.

"Masuklah dulu!" Titah Sabrina tegas.

"Tapi saya ada keperluan, mbak!" Jawab Tama. Suaranya jelas tampak asing ditelinga mereka.

"Masuklah dulu! Jangan langsung pergi!" Kata Sabrina menekankan, lalu menyuruh mereka semua masuk kedalam.

Tak banyak omong, mereka menurut dan masuk kedalam mansion. Bella duduk satu sofa bersama livy dan Eva. Lucky bersama Revan, yang lain hanya mengisi.

Bella, lucky dan langsung menoleh ke arah Tama. Pria itu berjalan sambil menundukkan kepalanya, dibelakang Sabrina.

Bella deg-degan bukan main, segera ia mengalihkan pandangannya kesamping. Ia memegangi dadanya sendiri yang terus berdebar-debar.

'jantungku kenapa ya Allah?' batin Bella.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu?" Suara Tama membuat Bella terhenyak dan menoleh.

Bella dan yang lain menggeleng cepat. Rara, livy dan Mala tiba-tiba menyeletuk dan menggodai Tama habis-habisan dengan gombalan aneh.

Tangan Bella tiba-tiba terkepal dipangkuan. Ada rasa tak suka mendengar mereka yang menggodai Tama. Ia juga bingung dengan perasaan ini.

'ya Allah! Nggak mungkin kan aku suka sama seseorang yang baru 2x aku temui?' batin Bella, berusaha menyangkal. Namun sekuat apapun ia menyangkal, rasa itu semakin menjadi-jadi, membuncah diam-diam menyeruak kedalam dada.

"Jangan menggodai orang yang belum kalian kenal!" Sentak Sabrina marah.

Mereka terdiam. Suasana hening sesaat, lalu livy bertanya dari mana Sabrina menemukan Tama.

"Sabrina, gue, Bella, sama Leon ketemu dia pas di proyek!" Bukan Sabrina yang menjawab, tapi Revan dengan jelas.

Mereka mengganguk pelan, paham.

"Siapa nama Lo bro?" Tanya lucky tiba-tiba, menatap Tama yang duduk disofa single.

"Kenalin nama dia, Tama!" Kata Sabrina memperkenalkan Tama pada mereka semua.

"Salam kenal bro!" Kata lucky ramah, menggulurkan tangannya ingin menjabat. Tanpa sedikitpun merasa jijik.

"Iya, siapa namamu?" Tanya Tama dingin, menyambut uluran tangannya.

"Lucky! Panggil saja Luk!" Jawab lucky tersenyum.

Tama mengganguk pelan, masih dingin. uluran tangan terlepas.

"Respect for Abang lucky Raze!" Celetuk Revan kagum.

"Mas Tama! Kamu kenapa bisa ada didalam rumah adik saya?" Tanya Bella lembut, penuh penasaran.

'giliran orang lain dipanggil mas, giliran gue dipanggil nama!' Gerutu lucky dalam hati.

"Mbak. Mas Tama inilah yang nolongin aku dari orang-orang jahat tadi."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!