Diusianya yang tak lagi muda, Sabrina terpaksa mengakhiri biduk rumah tangganya yang sudah terajut 20 tahun lebih lamanya.
Rangga tega bermain api, semenjak 1 tahun pernikahnya dengan Sabrina. Dari perselingkuhan itu, Rangga telah memiliki seorang putri cantik. Bahkan, kelahirannya hanya selisih 1 hari saja, dari kelahiran sang putra-Haikal.
"Tega sekali kamu Mas!" Sabrina meremat kuat kertas USG yang dia temukan dalam laci meja kerja suaminya.
Merasa lelah, Sabrina akhirnya memilih mundur.
Hingga takdir membawa Sabrina bertemu sosok Rayhan Pambudi, pria matang berusia 48 tahun.
"Aku hanya ingin melihat Papah bahagia, Haikal! Maafkan aku." Irene Pambudi.
..........................
"Tidak ada gairah lagi bagi Mamah, untuk menjalin sebuah hubungan!" Sabrina mengusap tangan putranya.
Apa yang akan terjadi dalam kehidupan Sabrina selanjutnya? Akankah dia mengalah, atau takdir memilihkan jalannya sendiri?
follow ig @Septi.Sari21
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Sabrina menyipit kembali. Ia menimang, berfikir, apa sejujurnya maksud ucapan Rayhan selama ini. "Maaf sebelumnya, Pak ... Maksud Anda akhir-akhir ini apa ya?"
Rayhan yang semula duduk disofa single, kini beralih duduk satu sofa panjang dengan Sabrina. Bukan terlalu dekat, namun cukup berjarak. Rayhan menatap intens, menampakan wajah serius, bahwa kali ini ia sudah memantabkan hati untuk wanita didepanya itu.
"Sabrina, usia saya sudah lanjut. Saya tidak ingin berbasa-basi lagi. Saya ingin menjadikan kamu sebagai pasangan hidup saya!"
Deg!!!
Ucapan Rayhan berhasil merobohkan pertahanan Sabrina selama ini. Sudah antusias menanti jawaban wanita didepannya. Namun Sabrina semakin gelisah akan waktunya.
"Pak Rayhan, saya baru saja resmi bercerai. Saya tidak ingin mendapat cap wanita murahan dengan kedekatan kita ini! Usia saya juga sudah tidak muda. Rasanya tidak bergairah untuk menjajaki cinta seperti dulu!" lirih Sabrina tertunduk sendu.
Kali ini Rayhan memberanikan diri untuk mengambil kedua tangan Sabrina. "Maaf, Sabrina! Coba tataplah saya! Saya yang akan menghidupkan gairah cintamu kembali. Usia saya sudah semakin senja, dan hal itu sangat membosankan, jika saya tidak memiliki teman hidup, untuk sekedar duduk bersama, menikmati hangatnya angin sore," ucapan Rayhan sangat serius.
Ada sebuah kenyamanan, kala tanganya tergenggam erat. Namun Sabrina tidak langsung berkata 'iya'.
"Saya tahu, mungkin ini terlalu cepat untukmu Sabrina. Tapi, saya hanya ingin melihat keakraban putra putri kita, sekaligus saya juga akan meminta restu kepada putramu langsung!" Rayhan masih menggenggam kedua tangan Sabrina. Genggaman itu semakin erat, seakan ia tidak ingin melepaskan wanitanya walau sedikit saja.
"Begini saja Pak Rayhan ... Baik, saya akan memenui undangan makan malam Anda! Bawalah juga putri Anda! Jika anak-anak kita saling menyetujui, maka saya akan menimbangnya kembali. Usia saya juga tidak muda lagi. Masih banyak problem-problem yang belum terselesaikan hanya dalam waktu dekat!" Putus Sabrina.
"Sabrina, saya yang akan menghapus satu persatu problem dari masalah hidupmu! Saya sudah tahu semuanya! Apa kamu tahu, jika mantan suamimu sekarang bekerja dalam tekanan saya?! Dia sekarang hanya karyawan biasa, setelah saya turun jabatannya karena korupsi yang dia lakukan," jabar Rayhan.
Sabrina terhenyak. Ia tahu jika Rangga turun jabatan. Tapi ia tidak tahu, jika selama ini Rangga bekerja dalam pengawasan Rayhan Pambudi.
"Dia sudah mendapatkan balasan yang setimpal!" jawab Sabrina dengan wajah tenangnya.
Klek!!!
Begitu mendengar pintu terbuka, Sabrina dengan cepat mengambil tangannya. Ia merasa salah tingkah sendiri, takut menjadi omongan negatif dalam perusahaan.
Edward rupanya yang masuk.
'Duh, mati aku! Datang disaat nggak tepat. Mana tadi Tuan habis pegangan tangan segala,'
"Maaf Tuan, mengganggu waktunya! Anda sudah di tunggu Bu Aruna diruang meting!" ucap Edward tertunduk.
Mendengar kata Aruna, Sabrina tampak melemparkan tatap tidak suka pada Rayhan. Seakan mengerti, Rayhan hanya tersenyum tipis. Ilmu telepati keduanya cukup menarik, bagi pandangan Edward saat ini.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Pak Rayhan!"
Belum sampai Sabrina sampai diambang pintu, Rayhan spontan menghadangnya dengan kalimat, "Edward, suruh saja Bu Ami yang menemui sekertaris Pegean Group! Masih banyak pekerjaan yang belum saja selesaikan!" Rayhan menatap langkah Sabrina. Tidak ingin membuat wanitanya berpikir apapun. Sejujurnya Rayhan juga sudah tahu, jika wanita jalang itu yang membuat rumah tangga Sabrina hancur.
Sabrina tampak menghela nafas lega, sedikit tersenyum tipis, lalu bergegas keluar.
"Baik Tuan, kalau begitu saya permisi!" Edward juga langsung keluar.
Setelah memberitahu orang kepercayaannya, kini wanita yang paling disegani setelah Rayhan itu, langsung bergegas menuju ruang meting.
Bu Ami bukan orang sembarangan. Ia wanita tangguh, cadas, mudah menerka, dan paling tidak suka dengan wanita bermuka dua.
"Loh, dimana Tuan Rayhan?" Aruna yang spontan bangkit, sangat terkejut melihat kedatangan seorang wanita tua.
"Anda ingin bekerja, atau berurusan pribadi dengan Tuan Rayhan?!" sergah Bu Ami.
'Brengsek, sudah jauh-jauh kesini ... Malah nggak ketemu sama Tuan Rayhan!' geram batin Aruna. "Ya sudah, mari kita mulai saja meting ini!"
*
*
Tepat pukul 12 siang, Sabrina turun dengan Sinta karena sudah janjian akan makan siang bersama. Namun, Sabrina berhenti didepan lobi, karena Sinta mendadak harus ke toilet terlebih dulu. Dan sialnya, Sabrina duduk di deretan kursi depan ruang rapat.
Aruna yang baru saja keluar, jelas mengernyit, kala melihat mantan istri Rangga duduk tenang di sebrang.
Dengan mengukir senyum penuh ambisi, Aruna berjalan menghampiri Sabrina.
Eghem!!!!
"Ternyata karyawan juga disini?! Tapi cocok sih! Emang ya, muka-muka rendahan tetap saja akan kembali rendah!" cibir Aruna menatap remeh.
Sabrina tersentak. Entah dari mana datangnya wanita gila itu, ia jelas tidak tahu. Spontan Sabrina bangkit. Wajahnya sedikit menahan geram, namun masih dapat ia tahan, mengingat dimana posisinya sekarang.
Sinta yang baru saja keluar dari kamar mandi, dan berjalan kearah lobi, sontak kaget, saat melihat Sabrina menarik lengan seorang wanita asing, dan diajaknya keluar dengan cepat.
Disitu tidak hanya sinta, Edward yang baru saja tiba dari lift, juga melihat hal yang sama. Cepat-cepat ia mengirim pesan pada Rayhan, agar cepat menyusul kebawah.
Sabrina tidak mungkin berteriak ditengah keramaian kantor. Ia kini menghempas lengan Aruna diparkir, karena hanya tempat itu yang terlihat sepi.
"Awh ... Lepaskan Sabrina!" Aruna merintih sakit, karena Sabrina berhasil mencengkram lengannya tadi dengan kuat.
"Ingat wanita JALANG! Serendah-rendahnya pekerjaanku saat ini ... Itu semua tidak lebih rendah dari perbuatanmu sebagai JALANG MURAHAN!" Tekan Sabrina tepat didepan wajah Aruna.
Aruna menggeram. Ia mengepalkan kedua tangan dengan tatapan tidak terima.
"Aku bukan jalang Sabrina! Sebentar lagi Mas Rangga akan menikahiku secara resmi! Dan semua yang kamu miliki, kelak akan berpindah ketanganku semua!" teriak Aruna.
Sabrina bersedekap dada, tertawa remeh menatap Aruna. Sambil menggelengkan kepala lemah, ia berkata, "Mimpi saja terus wanita gila! Mimpi ... Sampai kau benar-benar hancur dalam khayalanmu sendiri!"
"Kurang ajar!" geram Aruna, sudah berniat ingin melayangkan tangannya. Namun belum sampai terkena wajah mulus Sabrina, tiba-tiba ...
"Berani kamu menyentuh calon istri saya ... Saya pastikan kamu akan dikeluarkan secara hina dari perusahaan Pegeon!" Suara bass Rayhan berhasil membuat kedua wanita itu tersentak. Parubaya tampan itu, kini sudah berdiri disamping Sabrina, mengintimidasi tatapanya kearah Aruna.
"Tuan Rayhan?! Em, ouh ... Ini tidak seperti yang Anda lihat Tuan! Saya-saya tidak ber-"
STOP!
Rayhan mengangkat sebelah tangan, sambil menekan gawainya untuk menghubungi seseorang. Dan ternyata, Rayhan langsung menghubungi Tuan Damian, pendiri perusahaan Pegeon Group.
"Saya tidak mau tahu, Damian! Jika kamu tidak memecat sekertarismu hari ini juga ... Maka jangan salahkah saya, jika beberapa saham yang saya tanamkan akan saya cabut kembali!"
📞 "Maaf sebelumnya Mr Rayhan, tapi kesalahan apa yang dibuat oleh Sekertaris saya?" Damian disebrang tampak ketar ketir sendiri.
"Dia sudah menghina mentah-mentah calon istri saya! Dan saya tidak terima itu!" sentak Rayhan yang kini sudah mulai terpancing emosi. Ia menatap tajam Aruna, hingga membuat wanita itu terancam.
📞 "Baik Mr Rayhan, perusahaan pasti akan bertindak sesuai prosedur! Jika memang dia benar melanggar motto dari kami ... Saya tidak segan-segan langsung memecatnya!" tandas Damian disebrang.
Rayhan langsung memutus panggilannya. Aruna dapat mendengar sendiri ucapan Bosnya disebrang. Ia menggelengkan kepala cepat, dengan keringat dingin yang sudah mulai menjalar.
hnya dng kata maaf di pikir semua akn kembali. huuhhh mungkin anak anak sprti mika bgitu dah hilang rasa malu nya. ya gimana ibu nya saja jd pelakor gk malu kok.
coba klo nurut kakaknya
smoga diksh yg terbaik.
liat aruna kshan juga ditinggalin sndirian
rangga tanggung jwb juga ya smua asetnya buat anaknya dr istri sah..
ceritanya bagus lho..