NovelToon NovelToon
Kirana Gadis Indigo

Kirana Gadis Indigo

Status: tamat
Genre:Anak Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Tamat
Popularitas:16.8k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Kirana, seorang siswi SMA dengan kemampuan indigo, hidup seperti remaja pada umumnya—suka cokelat panas, benci PR Matematika, dan punya dua sahabat konyol yang selalu ikut terlibat dalam urusannya: Nila si skeptis dan Diriya si penakut akut. Namun hidup Kirana tidak pernah benar-benar normal sejak kecil, karena ia bisa melihat dan berkomunikasi dengan arwah yang tak terlihat oleh orang lain.

Saat sebuah arwah guru musik muncul di ruang seni, meminta bantuan agar suaranya didengar, Kirana terlibat dalam misi pertamanya: membantu roh yang terjebak. Namun kejadian itu hanyalah awal dari segalanya.

Setiap malam, Kirana menerima isyarat gaib. Tangga utara, lorong belakang, hingga ruang bawah tanah menyimpan misteri dan kisah tragis para arwah yang belum tenang. Dengan bantuan sahabat-sahabatnya yang kadang justru menambah kekacauan, Kirana harus menyelesaikan satu demi satu teka-teki, bertemu roh baik dan jahat, bahkan melawan makhluk penjaga batas dunia yang menyeramkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6: Teror di Ruang UKS

Malam itu, sekolah tampak jauh lebih menyeramkan dari biasanya. Setelah kejadian di perpustakaan, Kirana, Kezia, Nila, dan Diriya sepakat untuk mencari tahu lebih jauh tentang siapa arwah gadis yang muncul dan mengapa ia gentayangan. Berdasarkan petunjuk dari buku tua berdarah itu, nama Anindya Laras muncul seseorang yang dikabarkan meninggal di ruang UKS dua belas tahun lalu.

"Ruang UKS itu sudah lama dikunci, tapi aku tahu cara masuknya," bisik Kezia saat mereka berkumpul di kantin belakang, tempat nongkrong andalan karena dekat dengan ruang kelas dan punya sinyal WiFi yang bagus walaupun malam ini, sinyal mendadak menghilang total.

"Kenapa kamu tahu, Kez?" tanya Nila curiga.

Kezia menatap mereka sambil membuka tas dan mengeluarkan sesuatu yang tidak disangka-sangka: sebuah kaleng pengharum ruangan aroma stroberi.

 "Karena waktu dulu, aku pernah tidur di UKS pas pura-pura sakit. Aku sembunyi di lemari waktu guru BP datang. Dari situ aku tahu, ada pintu kecil di bawah ranjang UKS yang menuju ruangan bawah tanah." jawab Kezia

Kirana menghela napas panjang. "Kezia... kamu menyimpan semua informasi penting seperti kamu menyimpan snack di tasmu. Kita butuh semuanya dari awal!"

"Tapi kalian nggak tanya..." jawab Kezia polos, lalu mengunyah keripik jagung di tengah suasana horor yang makin menegang.

 

 Setelah percakapan itu dan menyusun rencana akhirnya mereka berencana menyelidiki semuanya malam ini juga tanpa menunda lagi.

Mereka menyelinap masuk ke sekolah lewat celah belakang kantin yang pernah rusak dan tak pernah diperbaiki.

Jalan gelap dan dingin, angin malam berdesir lewat dedaunan pohon akasia yang menjulang. Suara jangkrik bersahutan seperti menyambut kehadiran mereka.

Ketika akhirnya mereka tiba di depan ruang UKS, keempatnya diam seribu bahasa. Pintu kayu tua itu tampak lebih menyeramkan di malam hari. Catnya mengelupas, jendela kaca pecah sebagian, dan bau kapur barus menyengat dari celah pintu.

"Kita beneran masuk?" tanya Nila dengan suara gemetar.

"Ya kalau nggak, kita nggak tahu kenapa hantu itu nyerang kita," jawab Kirana sambil menyentuh gagang pintu.

Ajaibnya, pintu itu tidak dikunci.

Kriekkk...

Pintu terbuka perlahan. Mereka masuk dengan hati-hati. Ruangan UKS itu masih ada ranjang lipat, lemari P3K yang berkarat, dan gorden kuning pudar. Lampu di atas mereka berkedip pelan seperti hendak padam.

Tiba-tiba—

Prakkk!

Sebuah botol alkohol jatuh dari rak sendiri.

"Astaga! Siapa yang nyenggol?" Nila melompat kecil.

"Nggak ada yang nyenggol, Nil..." jawab Kirana dengan mata membulat. "Itu jatuh sendiri..."

Kezia mengarahkan senter ke bawah ranjang. "Itu dia, pintu kecilnya!"

 

Mereka membuka pintu rahasia itu dengan susah payah. Bunyi krek krek seperti tulang berderak mengiringi terbukanya celah menuju bawah tanah yang gelap dan sempit. Aroma tanah basah langsung menyergap, bercampur dengan bau lembap dan besi karat.

"Yang paling kecil duluan," kata Kirana sambil mendorong Nila.

"Kenapa aku?" protes Nila.

"Soalnya kamu paling mungil. Kalau hantu ada di bawah, kamu bisa kabur duluan," jawab Kezia, lalu menyemprotkan pengharum stroberi ke dalam lubang. "Biar wangi kalau hantunya nyium kita."

"Stroberi nggak bisa ngusir setan, Kez!" Diriya mendesis, ikut turun dengan langkah hati-hati.

Akhirnya, satu per satu mereka masuk. Terowongan itu hanya bisa dilalui dengan membungkuk, penuh debu dan sarang laba-laba. Dindingnya lembap, dan suara tetesan air terdengar ritmis dari kejauhan.

Setelah berjalan sekitar lima belas menit dalam kegelapan, mereka tiba di ruangan kecil seperti gudang tua. Di dalamnya hanya ada satu kursi, satu cermin retak, dan boneka rusak yang duduk dengan kepala nyaris terlepas.

Deg.

Boneka itu menghadap langsung ke arah mereka. Mata bonekanya kosong. Satu matanya copot, tapi senyumnya... seakan mengejek.

Lalu...

Ceklekkk.

Pintu di belakang mereka tertutup sendiri.

Gelap.

Senter Kezia tiba-tiba mati.

"KIRANA! KEZIA! NILA! DIRIYA!?" suara jeritan menggema, tapi itu bukan suara mereka.

Itu suara perempuan.

Lembut, lirih, penuh rasa marah.

"KENAPA... KALIAN... DATANG KE SINI...?"

Tiba-tiba, dari bayangan, muncul sosok dengan rambut panjang menutupi wajah. Seragam putih abu-abu lusuh, dan lehernya... tergores. Berdarah.

"AKU... ANINDYA..."

Kirana menarik nafas tajam. Dia menatap arwah itu dalam-dalam. Pandangan batinnya terbuka: Anindya tak mati biasa. Ia dikurung oleh teman-temannya sendiri saat sedang sakit. Ditinggal tanpa bantuan. Lapar. Haus. Hingga nyawanya menghilang dalam sepi. Dan sekarang... dia marah.

"Tolong... bantu aku..." suara arwah itu berubah sedih. "Aku... ingin dimaafkan... aku ingin... bebas..."

Lalu, tiba-tiba, Braak! boneka di pojok ruangan melompat sendiri ke arah Nila!

"AAAH! BONEKANYA HIDUP!!" Nila berteriak sambil bergelut dengan boneka tua.

"Nila! Itu cuma manifestasi! Jangan dilawan, dibacain doa!" Kirana buru-buru membuka kalungnya, menggenggam liontin yang konon bisa menetralisir aura jahat.

Kezia tak kalah panik dia malah menyemprot boneka itu dengan pengharum stroberi sampai habis.

"INILAH AROMA DAMAI, HANTU!!!"

 

Setelah kekacauan kecil yang penuh jeritan dan... bau stroberi, Kirana akhirnya berbicara langsung pada arwah Anindya.

"Aku tahu kamu marah. Tapi ini bukan cara agar kamu tenang. Kami akan cari tahu siapa yang mengurungmu, dan kami akan bantu kamu damai."

Anindya menatap mereka... kemudian, dengan suara lirih, berkata, "Datangi ruang guru... buku catatan tahun 2012... mereka... mereka tahu..."

Setelah berkata begitu, bayangannya perlahan menghilang, meninggalkan keempat sahabat itu dalam diam.

 

Setelah pintu kembali terbuka sendiri dan mereka berhasil keluar dari ruangan bawah tanah, mereka duduk di tangga UKS sambil terengah-engah.

Nila menyeka peluh. "Aku kira tadi aku bakal mati dihantam boneka."

Kirana tertawa kecil. "Tapi kamu malah panik duluan ketimbang inget doa."

Kezia menatap kaleng kosong di tangannya. "Aku rasa kita butuh lebih banyak pengharum stroberi untuk misi berikutnya."

"Dan... lebih banyak nyali," kata Diriya sambil mengatur napas.

Mereka tertawa bersama, meski kengerian malam itu masih terasa. Malam pun berganti pagi, dan petualangan mereka belum selesai.

Masih banyak yang akan mereka selesaikan, entah sampai kapan ini berakhir.

Keesokan harinya, keempat sahabat itu datang ke sekolah dengan wajah lesu. Mereka tidur hanya tiga jam, namun tetap memaksakan diri karena satu tujuan: menemukan buku catatan guru tahun 2012. Hanya itu satu-satunya petunjuk dari arwah Anindya untuk menyibak masa lalu yang kelam.

"Ruang guru dikunci ketat. Tapi aku punya ide," kata Diriya saat mereka berempat berdiri di koridor.

"Jangan bilang kamu punya kunci cadangan juga," Kezia setengah bercanda.

Diriya menggeleng. "Aku tahu jadwal guru piket dan siapa yang sering ninggalin laci kebuka. Namanya Pak Anas. Dia paling pelupa sedunia."

"Oke, kita tunggu waktu makan siang. Saat guru-guru keluar semua, kita masuk ke ruang guru dan cari buku itu," kata Kirana dengan mantap.

Bersambung

1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 👍👍👍👏👏👏😍😍😍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒚𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂𝒌𝒂𝒏 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒍𝒂𝒏𝒈𝒈𝒆𝒏𝒈 𝒕𝒓𝒖𝒔😁😁
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑲𝒆𝒛𝒊𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒃𝒊𝒔𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒃𝒌𝒏𝒏𝒚𝒂 𝑩𝒂𝒈𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒉 𝒈𝒂𝒃𝒖𝒏𝒈 𝒚𝒂 🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒔𝒉 𝒅𝒊 𝒖𝒋𝒊
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓" 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒍𝒖𝒍𝒖𝒔 𝒖𝒋𝒊𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉 𝒍𝒃𝒉 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒍𝒈 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒕𝒊 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑲𝒊𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒅𝒊𝒃𝒂𝒏𝒕𝒖 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂" 𝒚𝒈 𝒕𝒍𝒉 𝒕𝒊𝒂𝒅𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒃𝒍𝒎 𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒈𝒊𝒕𝒖 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒓𝒖 👏👏👍👍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒆𝒏𝒂𝒎 𝒕𝒓𝒖𝒔 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒆𝒕𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏𝒈
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒑𝒂 𝑹𝒂𝒅𝒊𝒕 𝒔𝒖𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝑲𝒊𝒓𝒂𝒏𝒂 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒅𝒆𝒕𝒆𝒌𝒕𝒊𝒇 𝒉𝒂𝒏𝒕𝒖 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒏𝒈𝒏 𝒃𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒓 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒈 𝒈𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒅𝒓 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒚𝒂 🤔🤔🤦‍♀️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!