NovelToon NovelToon
Cinta Cucu Sang Konglomerat

Cinta Cucu Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Aliansi Pernikahan / Percintaan Konglomerat
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ichi Gusti

Jika sebelumnya kisah tentang orang miskin tiba-tiba berubah menjadi kaya raya hanyalah dongeng semata buat Anna, kali ini tidak. Anna hidup bersama nenek nya di sebuah desa di pinggir kota kecil. Hidupnya yang tenang berubah drastis saat sebuah mobil mewah tiba-tiba muncul di halaman rumahnya. Rahasia masa lalu terbuka, membawa Anna pada dunia kekuasaan, warisan, dan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichi Gusti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mulai saat ini

Tony hanya bisa melihat bagaimana William, seorang direktur utama Wijaya Group memperlakukan Anna yang hanya sekretaris biasa di kantor pusat WG dengan begitu istimewa.

Harus bagaimana lagi? Ia telah menyaksikan sendiri bagaimana William langsung melompat menuju arena saat Anna ditabrak oleh rekan nya sendiri.

William juga yang dengan sigap menggendong Anna yang pingsan ke tempat tim medis, lalu menyiapkan ambulans untuk membawa Anna ke WG hospital.

Tony juga merasa berterima kasih karena William mengurus semua administrasi Anna dan menempatkan Anna di ruang perawatan VVIP.

“Ini, Ann. Minumlah!” Tony yang hanya bisa melihat pemandangan tadi bersikap seakan tidak ada kejadian luar biasa. Ia juga sedang mencoba menerima dan menganggap seakan William adalah kenalan dekat mereka.

Anna mengangguk, mengambil pipet yang disodorkan Tony, lalu meneguk air mineral itu. “Makasih, Ton!” ucap Anna saat tenggorokan nya yang kering telah dibasahi dengan air. Lalu ia meringis saat bergerak sedikit, merasakan nyeri di bawah lutut kanan nya.

“Dokter bilang, pada cairan infusnya sudah dikasih pereda nyeri. Tapi bukan berarti nyerinya hilang sama sekali.” Tony menjelaskan saat melihat ekspresi Anna menahan sakit.

Anna mengangguk lemah. “Gimana keadaan kaki gue?”

Tony menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Itu… tadi dokter menjelaskan ke Pak William. Gue baru datang setelah semua prosedur pemeriksaan selesai.” Pandangan Tony mengarah ke William yang sekarang sedang mengembang koran. Sepertinya pria itu sengaja mencari kesibukan.

“Istirahatlah dulu!” perintah William saat dua bocah itu seperti menunggu penjelasan darinya. William tak melepaskan pandangan dari koran yang dipegangnya.

“Huh! Percuma juga bertanya sama bos dingin itu!” bisik Anna ke arah Tony.

William mendengar desis bisikan Anna. “Hei! Kalian jangan bergosip!” seru William melirik tajam dari balik koran.

Anna menutup mulut.

“Oh, ya. Tadi kak Vita dan beberapa teman lo kesini waktu lo masih belum sadar.” Tony mengalihkan pembicaraan, lalu mengambil apel yang ada di nakas dan mengupas nya.

Anna menutup matanya sebentar, karena nyeri di kakinya muncul lagi. Anna ingat dokter pernah bilang bahwa ambang nyeri nya rendah. Jadi, luka sedikit saja, atau hal apa saja yang membuat rangsangan nyeri meski sedikit akan sangat terasa. Jadi sekalipun saat ini ia mendapatkan obat pereda nyeri dari cairan infusnya, sakit itu tetap masih bisa dirasakan saat ia bergerak sedikit.

“Ya… Gue pasti sudah buat mereka kecewa,” ucap Anna menyesali kecerobohan nya.

“Ngomong apaan sih lo! Kalau gue bilang sih, itu kecerobohan  temen yang nabrak elo!” Tony menyodorkan sepotong apel ke mulut Anna.

Anna menggigit apel itu, merasakan manis dan segar di mulutnya. “Iya juga sih,” Anna tidak menyangka Gadis akan tiba-tiba terjatuh dan menimpa tubuhnya. Jadi walaupun mereka kalah, itu bukan salah Anna.

“Bagaimana dengan Gadis?” Anna ingat bahwa gadis yang duluan jatuh, “apa mungkin ia juga cedera?”

Tony menggeleng. “Gadis baik-baik saja!” jawab Tony kemudian. “Saat diperiksa sama tim medis yang bertugas di lapangan, Gadis dinyatakan baik-baik saja. Bahkan tidak ada lecet sedikitpun. Huh!” Tony masih menganggap peristiwa yang menimpa Anna adalah kesalahan Gadis. Jadi ia tidak bisa bermanis mulut kalau mengingat peristiwa tadi.

Ring… Ring… Ring…

Suara dering telepon milik Tony terdengar.

“Halo, Pak.” Tony menyimak. “Baik, Pak. Saya akan kembali ke sana!” Tony menutup percakapan dan menampilkan mimik kecewa.

Hhhh. Anna menarik nafas. “Atasan Lo?” Ia menaikkan sebelah alis.

Tony mengangguk. “Sorry, Ann. Gue harus balik ke acara lomba.”

“Ah. Ga papa, Ton! Balik aja!” Anna maklum.

“Gue masuk final lomba bulu tangkis. Bentar lagi mau mulai babak finalnya,” jelas Tony merasa tak enak.

Anna mengangguk, mengerti keengganan Tony meninggalkan nya. Anna pun melirik sekilas ke arah William yang masih tampak konsentrasi membaca berita di koran yang ia pegang. Kalau bisa, bawa dia sekalian! Anna mencoba mengirim kata batin kepada Tony.

Mana gue bisa!  Tony mengangkat bahu, membalas kata batin Anna.

Anna melengos.

Tony membungkuk, mengambil ransel Anna dari bagian bawah nakas. “Ini ponsel Lo! Kalau ada apa-apa, telpon gue! Habis lomba gue ke sini lagi!”

Anna mengangguk. Mengerti.

“Tidak perlu repot-repot!” suara berat William terdengar.

Lelaki itu berdiri dari sofa, lalu melangkah mendekat, berdiri di samping tempat tidur Anna.

“Hadiah yang didapat Anna sudah berlaku mulai hari ini.”

Anna merasakan jemari panjang William meremas lembut pundaknya, mengalirkan percikan-percikan aliran listrik yang membuat wajahnya memerah dan perutnya bergolak

Tony merasakan kakinya menjadi lemas. Dadanya terasa sesak. Namun apa boleh buat. Ia tak berdaya.

Menyaksikan Anna mendapatkan hadiah yang menurutnya cukup aneh itu hampir membuat harapan nya untuk mengambil hati Anna menjadi sirna. Meski hanya sebatas hadiah, ia tidak bisa membayangkan Anna melakukan special trip dan kencan khusus dengan lelaki yang menjadi pujaan para wanita itu.

“Ya, Pak Dirut,” Tony mengangguk dan menjawab dengan tenggorokan yang terasa kering tercekat. “Tapi sebagai orang yang sudah Anna anggap keluarga, saya pasti akan menemani Anna di saat-saat seperti ini!” lanjut Tony dengan keberanian yang ia kumpulkan.

Anna mengangkat tangan nya,  menggenggam tangan Tony yang terasa dingin. “Makasih, Ton!” ucapnya. “Ntar kalo ada apa-apa gue hubungi elo!”

“Oke! Gue pergi dulu!” pamit Tony ke Anna. “Permisi, Pak William!” Tony sedikit membungkuk ke arah William.

William hanya mengangguk sedikit, sementara tangan nya masih berada di pundak Anna.

***

1
Juliana Pieter
thir mana lanjutannya
Ichi Gusti: lagi direview🤭
total 1 replies
&-miss chan-&
Bikin merinding! 😱
Mưa buồn
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Ichi Gusti: terima kasih atas dukungan nya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!