Aisha Febriani menikahi seorang pria yang belum ia kenal sebelumnya. Sejak kecil ia tinggal di kampung halaman neneknya. Namun setelah ia menginjak usia 19 tahun, ia dijemput oleh kedua orangtuanya dan pindah ke kota.
Di saat yang sama, Aisha dilamar oleh seorang pria tampan yang belum ia kenal. Mereka menikah berdasarkan wasiat ayah pria itu. Tapi, tidak ada yang tahu bahwa ternyata pria itu memiliki seorang kekasih, dan mereka saling mencintai. Namun pria itu juga bersikap baik pada Aisha sampai suatu hari, kejadian tidak terkira membuat Aisha harus menerima penderitaan yang bertubi-tubi.
Aisha, tidak akan pernah menyerah. Meskipun pada awalnya ia tidak mengenal suaminya, tapi ia yakin, ia sudah lebih dulu jatuh cinta pada suaminya sejak pandangan pertama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2.
Setelah kejadian semalam saat Rey meminta izin untuk menikah lagi, Aisha jadi lebih pendiam dari biasanya. Menurutnya, ia harus belajar untuk terbiasa dengan keadaan. Sebentar lagi Rey akan menikahi wanita yang dicintainya. Sudah pasti mereka akan lebih jarang berkomunikasi karenanya.
Rey sudah pergi sejak pagi setelah sarapan, tidak tahu kemana. Hari ini tanggal merah, seharusnya Rey tidak pergi bekerja. Jadi, kemungkinan suaminya itu pergi untuk kekasihnya.
Aisha sengaja menyibukkan diri dengan mengerjakan pekerjaan rumah, mulai dari mencuci pakaian dengan tangan meskipun di rumah itu, Rey sudah menyiapkan mesin cuci, menyapu dan mengepel meskipun kemarin ia juga sudah mengepel lantai sampai bersih. Semua ia lakukan agar pikirannya berhenti untuk memikirkan hal-hal yang tidak ia inginkan.
"Aisha, lihat siapa yang datang!" Suara Rey mengagetkan Aisha yang sedang merapikan peralatan pel yang baru saja ia gunakan. Ia menatap ke arah Rey dan melihat seorang gadis yang berdiri dengan sangat anggun di samping Rey. Mungkinkah itu calon madunya?
"Maaf, lantainya masih basah, takutnya kalian terpeleset, kalian tunggu di depan saja! Aku bereskan ini dulu." Kata Aisha. Rey menganggukkan kepalanya dan mengajak Rena ke ruang tamu. Rey tahu kemarin Aisha baru membersihkan rumah mereka. Apa ini adalah wujud dari protesnya?
"Rey, istrimu sangat baik. Apa tidak sebaiknya kamu pikir-pikir dulu masalah pernikahan kita? Aku takut menyakiti hatinya." Kata Rena tanpa sengaja terdengar sampai ke telinga Aisha yang baru saja kembali dari membereskan alat pel. Ia sebenarnya ingin langsung menyapa mereka. Tapi setelah mendengar kata-kata Rena, Aisha kembali ke dapur untuk menyiapkan minum.
"Aku tahu, tapi aku yakin dia akan mengerti." Jawab Rey.
"Kita juga harus memikirkan perasaan istrimu." Kata Rena ragu untuk menerima pernikahan mereka yang sudah ia susun dengan baik.
"Tapi bagaimana dengan kita? Aku tidak bisa kehilanganmu." Kata Rey.
"Dia wanita yang baik. Apa kamu tega menyakitinya?" Tanya Rena.
"Kalian tidak perlu menghawatirkan aku! Aku baik-baik saja. Aku akan merasa sangat bersalah jika pernikahan kalian dibatalkan." Kata Aisha tiba-tiba muncul dengan dua gelas jus jeruk di atas nampan.
"Aisha. Perkenalkan! Ini Renata, calon istriku." Ucap Rey memperkenalkan. Aisha meletakkan nampannya di atas meja kemudian menjawab tangan Rena.
"Aku Aisha. Salam kenal!" Ucap Aisha.
"Aku Renata." Balas Rena.
"Silahkan diminum!" Ucap Aisha. "Kalian tidak perlu memikirkan aku. Aku tidak apa-apa. Dari awal yang dicintai Rey hanya Rena. Jadi, akan sangat merasa bersalah jika aku menjadi penghalang kalian untuk bahagia." Lanjut Aisha.
"Apa kamu yakin dengan kata-katamu?" Tanya Rena ragu. Ia yakin tidak ada satupun wanita di dunia ini yang mau berbagi suami dengan suka rela, lalu kenapa Aisha sepertinya malah sebaliknya?
"Sangat yakin. Pernikahan kami tidak ada cinta di dalamnya." Kata Aisha menahan sesak yang ada di dalam hatinya. Ia memang menerima tapi hatinya belum bisa menerimanya.
Cinta?
Jangan ditanya lagi! Setelah satu bulan lebih hidup bersama dengan damai, bahkan beberapa kali tidur bersama, apakah cinta tidak bisa tumbuh meskipun mereka belum pernah mencoba memikirkannya? Tentu saja, Cinta datang tanpa permisi, keluar masuk sesuka hati.
"Apa kamu tidak mencintai Rey?" Tanya Rena pada Aisha.
"Wanita mana yang tidak mencintai suaminya. Justru sebagai perwujudan cinta, aku merelakan dia bahagia meskipun dia harus menikah lagi. Dia bahagia, aku juga bahagia." Jawab Aisha mengenai tepat di ulu hati Rey.
"Rey, apa benar kau tidak mencintai Aisha?" Tanya Rena beralih menatap kekasihnya.
Pria itu hanya menggelengkan kepalanya dengan sangat berat. Ia tidak tahu cinta atau tidak terhadap Aisha. Yang ia rasakan hanyalah nyaman berada di sisi Aisha selama ini. Aisha memerankan perannya sebagai istri dengan sangat baik. Tidak pernah mengeluh meskipun ia sedang lelah, tidak pernah menuntut meskipun ia tidak pernah keluar berlibur bersama sekalipun.
"Semuanya sudah jelas, pernikahan kalian harus tetap berjalan. Ini demi kebahagiaan kita semua. Kamu bahagia, Rey bahagia, dan aku pun juga akan bahagia." Sambung Aisha.
Rena terdiam. Tidak mungkin ada wanita seperti Aisha. Lalu, jika Aisha hanya berpura-pura saat ini, apa rencana wanita itu sebenarnya. Rey juga berfikir sama dengan Rena. Awalnya ia tahu Aisha sangat keberatan dengan keputusannya. Sekarang , kenapa ia justru terlihat yang paling antusias dalam hal ini?
"Berhubung aku sudah selesai masak makan siang. Kalian tunggu aku di ruang makan! Aku akan panaskan makanannya dulu." Kata Sudah memungkasi pembicaraan mereka yang mungkin tidak akan pernah habis.
Rey dan Rena saling tatap kemudian tersenyum. "Baiklah, terimakasih, Aisha!" Ucap Rena.
Aisha menganggukkan kepalanya kemudian pergi ke dapur dengan dada yang sesak. Bagaimana ia bisa mengatakan itu semua, sedangkan hatinya sama sekali tidak rela Rey menikah lagi. Tapi, yang dicintai Rey hanyalah Rena, membiarkan Rey menikahi Rena adalah satu-satunya cara untuk mempertahankan statusnya saat ini. Ia tidak mungkin pulang ke rumah orangtuanya, atau ke kampung halaman neneknya dengan status janda dengan secepat ini. Ia hanya menghargai perasaan Rey saat ini. Biarkan pria itu bahagia, maka ia juga akan bahagia berada di sisinya meskipun tidak akan sedekat dulu lagi.
............
Rena dan Rey menunggu di ruang makan sedangkan Aisha memindahkan satu persatu hidangan buatannya dari dapur ke meja makan. Rena yang melihatnya pun merasa kasian dan tidak enak hati jika hanya berdiam diri saja. Ia berdiri dari posisi duduknya namun ditahan oleh Aisha.
"Saat ini, kamu adalah tamu kami, biarkan kami yang melayanimu dengan baik. Kamu duduk saja!" Ucap Aisha. Sekali lagi, Rena semakin merasa bersalah pada Aisha. Wanita itu sangat lembut hatinya, ia berani bertaruh bahwa Rey pasti pria satu-satunya dalam hidup Aisha.
Rena menatap Rey, dan pria itu menganggukkan kepalanya pelan. Rena hanya bisa mengangguk membalasnya dan menundukkan kepalanya. Ia berfikir, haruskah ia tetap dalam egonya untuk menikahi Rey? Tapi, jika bukan Rey, ia belum tentu mendapatkan kebahagiaan mengingat mereka sudah bersama sejak lama.
"Kenapa kalian diam saja? Ayo cepat makan! Ini semua aku yang masak sendiri!" Kata Aisha setelah selesai menyiapkan makanannya ke meja makan.
"Tamu, seharusnya juga menunggu tuan rumah dulu. Tidak bisa asal." Kata Rena.
"Baiklah." Kata Aisha melemparkan senyum manisnya. "Rey, ambilkan nasi dan lauk untuk Rena. Kenapa diam saja?" Tanya Aisha pada suaminya yang heran mendengar perintah Aisha.
"Baiklah." Jawab Rey gugup. Ia kemudian mengambilkan nasi dan beberapa lauk ke piring Rena. Sedangkan Aisha seperti biasa menyiapkan makanan ke piring Rey sebelum ia mengambil makanannya sendiri.
Rena menatap ketulusan Aisha. Jika suatu hari nanti ia sudah menikah dengan Rey, apakah Aisha juga akan tetap sebaik ini padanya? Apa tidak akan menambah masalah?
"Kok tidak dimakan? Aku tidak menambahkan racun ke masalahku kok." Kata Aisha disertai tawa kecil yang keluar dari bibirnya membuat Rey menoleh dan menatapnya. Wanita itu masih bisa tersenyum?
"Bukan begitu kok. Aku hanya terharu sama kebaikan kamu. Terimakasih ya!" Ucap Rena.
"Sama-sama." Jawab Aisha. Mereka kemudian saling diam sambil menghabiskan makanan mereka. Rey sengaja memberi kode pada Rena agar makanannya di habiskan karena Aisha tidak suka ada sisa makanan di atas piring. Rey mengakui meskipun Aisha tidak bisa masak makanan mewah, tapi apapun yang dimasak oleh Aisha memang rasanya enak. Jadi, ia selama ini tidak pernah merasa keberatan jika Aisha melarang menyisakan makanan di piring.
"Kalian silahkan beristirahat dulu! Aku akan membereskan ini dulu!" Ucap Aisha setelah mereka selesai makan siang.
"Tidak. Aku akan membantumu. Tidak adil rasanya jika aku hanya numpang makan tapi tidak melakukan apa-apa." Kata Rena.
"Tidak perlu, Rena! Ini belum saatnya. Biar aku saja. Kelak setelah kamu menjadi istri kedua Rey, kamu boleh membantuku." Jawab Aisha.
"Aisha, aku mohon maafkan aku! Tapi, jika kau tidak ingin kami menikah, bicaralah! Aku tidak akan mungkin bisa menyakiti perasaanmu!" Tiba-tiba Rena memohon pada Aisha. Sejak tadi Aisha memperlakukannya dengan baik. Sangat tidak wajar bagi Rena. Rena pikir Aisha akan memaki-makinya dan tidak membiarkan dia masuk. Tapi semua yang terjadi adalah kebalikannya.
"Kamu bicara apa? Aku sudah bilang kan? Aku tidak apa-apa. Kamu tenang saja!" Ucap Aisha.
Setelah mengatakannya, Aisha membereskan semuanya dan mencuci beberapa set peralatan makan yang baru mereka gunakan. Sementara Rena dan Rey hanya bisa saling tatap dan menghela nafas, tidak tahu apa yang sedang Aisha pikirkan.
..........
Aisha tidak terlihat lagi setelah Rey dan Rena menunggunya di ruang tengah untuk beristirahat. Kemana Aisha pergi? Kenapa di dapur begitu lama sekali? Rey khawatir jika ternyata hal yang tidak pernah ia pikirkan terjadi.
"Rey, mana Aisha?" Tanya Rena.
"Aku akan mencarinya sebentar." Jawab Rey kemudian pergi mencari istrinya.
Rey sudah mencari Aisha ke kamar, dapur, kamar mandi. Tapi, Aisha tidak ada di sana. Tapi, suara langkah Aisha terdengar di kamar tamu yang semalam Aisha gunakan untuk tidur. Apa Aisha kelelahan dan memutuskan untuk tidur? Rey akhirnya masuk ke dalam kamar itu untuk memeriksa apakah Aisha baik-baik saja atau tidak.
"Aisha, apa yang sedang kamu lakukan?" Tanya Rey melihat Aisha yang sedang membersihkan tempat tidur dan menyiapkan selimut.
"Menyiapkan kamar untuk Rena. Barang kali ia ingin menginap." Jawab Aisha.
"Rena tidak menginap. Aisha kumohon jangan berlebihan seperti ini!" Kata Rey memohon.
"Berlebihan bagaimana?" Tanya Aisha.
"Apa benar kamu bisa menerima Rena?" Tanya Rey. "Kamu tulus menerimanya?" Imbuh Rey.
"Asal dia bisa menerimamu, kenapa aku tidak bisa?"
Rey semakin bingung dibuatnya. Benarkah sikap Aisha seperti ini bukan lah sedang menyembunyikan masalah besar?
Aisha melanjutkan kegiatannya tanpa peduli dengan Rey yang masih bingung dengan sikapnya. Bersikap biasa bahkan terlalu berlebihan.
Bersambung ....