🏆 Juaranya 2 Lomba Tema Chiklit - Wanita Kuat S3
Aku Lucia. Seorang agent peringkat SSS di sebuah organisasi yang mengembangkan Sistem Reinkarnasi dunia modern di masa depan.
Masalah muncul pada dunia kecil yang terus bermunculan akibat manusia terus membuat novel dan komik.
Aku sebagai salah satu agent menjalankan reinkarnasi dan memainkan peran untuk mengubah isi novel atau komik karena permintaan dan ketidakpuasan pemeran pendukung pada bagian akhir cerita.
Aku bersama Momo si pendamping sistem menjelajahi berbagai dunia kecil dan dengan cepat meraih peringkat tinggi di organisasi.
"Nona, ada misi lagi. Wah, hadiahnya besar sekali kalau bisa menyelesaikan dengan peringkat sss."
Aku mendorong Momo ke pinggir hingga dia terjatuh karena kucing gemuk itu menutupi layar.
"Menjelajahi dunia kecil dan membersihkan sampah-sampah ini. Misi yang begitu mudah dengan hadiah yang besar."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indirani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Nona Kejadian kemarin sangat heboh, orang-orang semua dipulangkan." Momo sibuk bercerita di atas meja sementara Lucia membalas beberapa surat yang datang kepadanya.
Berkat diselamatkan oleh Evan, Lucia dan Pangeran ketiga tersebut pun menjadi teman. Beberapa surat datang dari Bella Mclaren, Emillia dan Micella Foster, Pangeran Evan, dan Frans.
Lucia membalas pesan mereka dan berkata bahwa keadaannya baik-baik saja. Melalui beberapa surat mereka pun jadi akrab bahkan beberapa kali minum teh bersama.
"Nona, ada panggilan dari duke." Mendengar ucapan pelayan Lucia pun langsung menghadap Duke.
Saat Lucia tiba di ruang kerja Duke, Duke langsung memerintahkan Lucia untuk duduk. "Aku bangga padamu Lucia, kau memang hebat dalam memanah. Tapi kali ini situasinya tidak seperti pertandingan kemarin. Sekarang semua perhatian tertuju padamu."
"Banyak sekali surat yang datang padaku memintamu untuk menjadi menantu mereka. Dan sekarang Ratu malah tertarik padamu." Duke Afsan mendorong surat di atas meja lebih dekat pada Lucia. Terlihat cap segel Kerajaan di atasnya.
Lucia pun membuka itu dan melihat isinya tentang undangan Ratu untuk minum teh. "Lucia, Ratu ini sangat berbahaya. Aku sarankan untukmu tidak dekat dengannya. Aku sudah memanggil Lion untuk menemanimu ke istana. Pergilah! Lion mungkin sudah menunggu di kereta kuda."
Saat Lucia memasuki kereta kuda, Lion sudah menunggunya. Tanpa sengaja Lucia melihat indikator di atas kepala Lion dan begitu kagetnya Lucia dia melihat bahwa perasaan suka Lion terhadapnya menjadi -5. Apakah kejadian kemarin membuat kebencian Lion berkurang?
Entahlah. Lucia dan Lion hanya terdiam sepanjang perjalanan menuju Istana Salvavor. "Lucia, kau cukup hebat dalam memanah. Tapi aku sedikit heran. Bukankah di istana Jasmine tidak ada busur dan panah. Bagaimana kau bisa belajar?"
Lucia mengalihkan pandangannya dari melihat jalanan kepada Lion. "Kakak, apakah pernah bermain ketapel?" Ditanya balik seperti itu Lion menggelengkan kepalanya. Lucia kemudian berkata lagi. "Prinsip bermain ketapel dan panahan itu sedikit mirip. Sama-sama menarik busur. Bedanya kalau panahan dengan panah dan ketapel dengan batu."
"Saya sering memainkan ketapel dan baru beberapa hari lalu berlatih Panah yang menurut saya tidak terlalu sulit." Penjelasan dari Lucia membuat Lion berpikir tentang ketapel. Kejeniusan Lucia ini luar biasa. Padahal ketapel dan panahan adalah dua permainan yang berbeda.
Sementara itu Momo disebelahnya bicara dengan telepati pada Lucia. "Seseorang bisa berbohong dengan wajah yang datar dan serius. Benar-benar membuka mataku." Lucia mengabaikan Momo sebagai balasannya.
Tidak berapa lama mereka pun tiba di sebuah istana. Seorang pelayan wanita menyambut mereka. Sementara Lion bertemu Damian dan Clair. Lucia diarahkan pelayan untuk menemui Ratu di taman istana Ratu.
Beberapa Nyonya dan Nona sudah memenuhi meja yang melingkar. Lucia melihat Ratu duduk di kursi utama. Lucia langsung menemui Ratu dan Ratu mempersilahkannya untuk duduk disebelah kirinya.
Sementara itu Lucia melihat beberapa Nyonya dan Nona muda di sampingnya. Sepertinya hubungan mereka adalah ibu dan anak. Lucia pernah melihat beberapa dari mereka di pesta ulang tahun Edith.
"Benar-benar tidak sopan. Yang Mulia Ratu sudah mempersilahkan duduk tapi wanita muda tidak memberi salam penghormatan."
"Iya aku juga merasa dia itu tidak sopan."
"Tidak punya tata krama, bersyukur Yang Mulia malah menjodohkan dia dengan Pangeran tapi malah tidak tau menghormati orang lain."
Bisikan-bisikan tak enak terdengar ditelinga Lucia. Ucapan Nyonya-nyonya itu cukup besar tapi Ratu hanya diam sembari menikmati teh yang ada di meja.
Lucia pun hanya diam seolah-olah bukan dia yang jadi bahan pembicaraan. Ada seorang Nyonya yang berani langsung bicara pada Lucia dengan nada yang cukup tinggi.
"Dasar gadis tidak tahu sopan santun. Saat bertemu Ratu harus memberi salam penghormatan. Apa kau tidak pernah diajari?"
"Kau siapa? Apa kau buta/bodoh? Aku adalah Lucia Lamboerge. Aku keluarga Lamboerge."
Tatapan sinis dari Nyonya itu berubah menjadi kemarahan. "Aku adalah Countess Quill. Kenapa memangnya kalau keluarga Lamboerge? Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Ratu adalah sosok yang lebih tinggi dari semua orang. Sudah seharusnya semua orang menghormatinya."
"Anda hanyalah Nona kecil yang baru keluar dari sangkar. Saya tidak begitu yakin sebodoh apa guru yang mengajari anda yang tidak tahu sopan santun ini?"
Lucia melipat tangannya di depan dada sembari tersenyum mengejek Countess yang begitu bodoh menghina gurunya.
"Aku tidak tahu kalau Countess Quill adalah seorang yang tidak berpengetahuan. Yah, tidak heran karena kerjaan Countess itu hanya bertemu orang untuk bergosip dan berbicara buruk tentang orang lain."
"Aku akan membuka pengetahuan semua orang sekarang. Pernahkah kalian melihat keluarga Lamboerge menundukkan kepalanya pada Yang Mulia Raja?" Semua orang tersentak tapi dalam hati menyetujui perkataan Lucia.
"Tidak pernah. Itu karena memang di atur oleh leluhur. Dahulu kala Kekuatan Kerajaan tidak sanggup menahan perang sehingga bantuan dari Keluarga Lamboergelah yang membuat Kerajaan Salvavor bisa memenangkan perang."
"Karena itulah Leluhur memberikan hal spesial pada Keluarga Lamboerge untuk tidak memberi salam penghormatan pada Keluarga Kerajaan dan memutuskan bahwa posisi Kerajaan dan Keluarga Lamboerge itu setara."
"Nyonya dan Nona sudah pasti sudah sering ikut pesta teh Yang Mulia Ratu. Tapi hal sepele begini Nyonya dan Nona tidak tahu?" Perkataan Lucia semua benar tapi Nyonya dan Nona disana mengetahui masalah itu. Mereka hanya ingin membuat Lucia menundukkan kepalanya pada Ratu agar Ratu senang dan memuji mereka.
"Cukup." Ratu dengan wajahnya yang sedikit marah menghentikan ucapan Nyonya Quill. "Benar-benar wanita bodoh, seharusnya aku membawa Selviana kesini untuk menekan Lucia," batin Ratu Elliah.
Nyonya dan Nona yang hadir pun nampak ketakutan dan tidak lagi ada yang bicara. "Yang Mulia Ratu, maafkan ketidaksopanan Lucia. Itu karena ucapan Nyonya yang tidak berpengetahuan. Takutnya nanti malah mempermalukan Ratu."
Mendengar ucapan Lucia Ratu pun segera memanggil penjaga dan mengusir Nyonya Quill dari pertemuan. Waktu berlalu dan suasana kembali hangat walaupun ada insiden di tengah-tengah tadi.
"Jadi Lucia, kau tertarik pada pangeran yang mana? Pangeran Damian atau Clair? Kau boleh memilih memilih diantara keduanya."
"Yang Mulia, keputusan tersebut akan saya serahkan pada ayah saja." Jawaban Lucia membungkam Ratu Elliah. Beberapa patah kata basa-basi dilontarkan Ratu sebelum pertemuan berakhir.
Saat suasana sudah sepi, hanya ada Lucia dan Ratu yang tersisa di tempat tersebut. Wajahnya yang hangat tadi langsung berubah dingin dan ketus.
"Tidak disangka bisa bertemu dengan wanita yang cerdas. Pilihanmu antara Damian atau Clair. Aku ingin segera melangsungkan pernikahan yang megah untuk anakku. Jadi jangan kecewakan aku."
"Sekali lagi Yang Mulia, keputusan ada di tangan ayah saya. Saya tidak bisa memaksa beliau bahkan jika saya begitu ingin menikah. Lagi pula usia saya baru 14 tahun."
Yang Mulia Ratu memerintahkan Lucia untuk pulang. Tujuannya juga sudah tercapai untuk mendesak Lucia menikahi salah satu anaknya. Dia merasa Lucia ada dalam genggaman jadi tidak terlalu memaksa lagi.
Lucia dan Lion pun pulang kembali ke kediaman Lamboerge setelah hari menjelang sore.