Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Candra terdiam, tiba-tiba dilanda rasa khawatir. Ucapan Bram patut dipercaya karena ayahnya adalah teman lama Rosalinda. Ya, meskipun wanita berusia 50-han itu tidak mengetahui hal tersebut. Bagaimana jika Rosalinda sampai tahu bahwa Erlin berniat mengkhianatinya? Batin Candra gelisah.
"Pak Bos," sapa Bram seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Candra Wijaya.
Bukannya menimpali sahutan Bram. Yang dilakukan oleh Candra adalah merogoh jas hitam yang ia kenakan, meraih ponsel canggihnya dari dalam sana. Menatap layarnya sejenak sebelum akhirnya melakukan sambungan telepon. Namun, wanita pujaan hatinya itu sama sekali tidak mengangkat panggilan darinya, bahkan Candra harus mengulangi panggilan telepon, tapi hasilnya tetap sama.
"Telpon saya gak diangkat, Bram," ucap Candra seraya mendengus kesal. "Cepetan dikit bawa mobilnya, Bram. Saya takut Erlin kenapa-napa."
Bram mengangguk patuh seraya menginjak pedal gas guna mempercepat laju mobil. "Baik, Pak Bos. Eu ... anda tenang aja, Pak Bos. Saya gak akan pernah tergoda lagi sama Viona. Dia musuh kita dan saya janji gak akan pernah mengecewakan Anda."
"Baiklah, saya percaya sama kamu, Bram," jawab Candra dengan wajah datar.
***
Setibanya di hotel tempat di mana Rosalinda dan Erlin berada, Candra segera keluar dari dalam mobil, berlari memasuki lobi hotel dengan perasaan khawatir, berharap kekasihnya baik-baik saja dan hubungannya dengan wanita itu tidak diketahui oleh Rosalinda. Langkah seorang Candra seketika terhenti, begitu pun dengan Bram yang berlari tepat di belakangnya saat melihat Rosalinda berjalan dari kejauhan dengan diikuti oleh Erlin dan juga Viona.
Candra dengan napas terengah-engah, menatap wajah Erlin dengan perasaan lega. "Syukurlah, kamu baik-baik saja, Er," ucapnya dalam hati.
Sementara Bram dengan napas yang sama karena sempat berlari nampak lekat memandang wajah Viona dengan seringai tipis yang terukir di kedua sisi bibirnya. "Ternyata benar, Viona jadi anak buahnya Rosalinda. Sebenarnya, apa rencana kamu, Viona?" batinnya dengan kesal.
Sedangkan Rosalinda nampak tersenyum lebar, menghentikan langkah tepat di depan Candra. "Gimana, kamu siap ikut Tante ke Jakarta?" tanyanya dengan santai.
"Siap, Tante," jawab Candra, dengan senyuman yang sama, sedikit membungkukkan tubuhnya, memberi hormat kepada Rosalinda.
"Hmm ... baiklah kalau begitu," ujar Rosalinda, lalu mengalihkan pandangan mata kepada Bram, memandangnya dengan kening dikerutkan. "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya kamu harus ngurus pabrik, Bram?"
"Saya bekerja sebagai supirnya Pak Candra, Nyonya," jawab Bram, seraya membungkuk memberi hormat.
"Begitu? Baiklah, Candra memang butuh supir pribadi."
Sedangkan Viona menatap wajah Bram dengan sinis lalu berucap dalam hatinya, "Maksudnya apa coba si Bram tiba-tiba jadi supirnya Candra? Apa dia sengaja nempel sama Candra biar ketularan hoki, gitu?"
"Kita berangkat sekarang? Perjalanan kita akan memakan waktu kurang lebih dua jam," ujar Rosalinda, seraya memandang wajah Bram dan juga Candra secara bergantian. "Di Jakarta, kamu akan menginap di rumah Tante, Candra. Setelah menyelesaikan beberapa urusan penting di sana, kamu boleh kembali ke sini."
"Tidak, saya gak akan kembali ke sini sebelum saya menemukan Ibu kandung saya. Kalau pun saya harus pulang ke sini, saya akan pulang bersama Ibu," batin Candra, memandang tajam wajah Rosalinda.
Dengan diikuti oleh Erlin dan Viona, Rosalinda melangkah melintasi Candra dan Bram. Erlin hanya melirik wajah Candra sekejap dengan anggukan kecil dan senyuman tipis. Hal yang sama pun dilakukan oleh Candra sebelum pria itu melakukan hal yang sama seperti mereka.
"Peperangan baru dimulai, Candra. Aku harap semua ini cepat selesai dan kita bisa bersama selamanya. Menikah dan membangun rumah tangga yang bahagia," batin Erlin.
"Semoga kamu tetap berada dalam lindungan Tuhan di mana pun kamu berada, Er. Maaf karena saya sudah menempatkan kamu dalam bahaya. Saya janji, setelah semua ini selesai, saya akan segera menikahi kamu dan kita akan hidup bahagia, selamanya," batin Candra, memandang punggung Erlan yang berjalan tepat di hadapannya.
***
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam, mobil yang ditumpangi oleh Candra akhirnya mulai melipir dan memasuki pintu gerbang berwarna keemasan, melintasi halaman luas dengan rumput hijau yang tertata rapi sebelum akhirnya berhenti di depan teras tepat di belakang mobil yang ditumpangi oleh Rosalinda dan yang lainnya.
Candra membuka pintu mobil, lalu melangkah keluar seraya menatap rumah dua lantai yang begitu megah juga mewah dengan pilar besar bertengger tepat di depannya dan menjadi penopang antara lantai satu dan lantai dua. Baginya, bangunan dengan cat berwarna putih yang berada di hadapannya itu bukanlah sebuah rumah, melainkan istana megah.
"Ya Tuhan, rumahnya mewah banget, tapi ngomong-ngomong, ini rumahnya Rosalinda atau rumah Askara Wijaya, Ayah saya?" batin Candra, menatap wajah Erlin yang sedang membukakan pintu mobil untuk Rosalinda. "Saya bisa tanya Erlin nanti. Sebenarnya ini rumah siapa?" ucapnya lagi di dalam hati.
Rosalinda melangkah mendekati Candra, lalu berdiri tepat di hadapannya. "Ini rumah Tante, Candra. Untuk sementara, kamu akan tinggal di sini," ucapnya, menatap wajah Candra sejenak lalu mengalihkan pandangan mata kepada rumah pribadinya.
"Terima kasih, Tante," jawab Candra dengan senyum ringan.
"Hari ini kamu istirahat aja. Besok pagi, kamu ikut Tante ke kantor pengacara."
Candra mengerutkan kening. "Ka-kantor pengacara? Untuk apa kita ke kantor pengacara?"
Rosalinda tersenyum tipis. "Nanti juga kamu tau sendiri," jawabnya, lalu berbalik, kemudian melangkah menuju teras rumah kemudian masuk ke dalam sana.
Sementara Viona yang berdiri tepat di depan Erlin, seketika tersenyum sinis, melangkah mendekati Bram yang berdiri tepat di belakang Candra.
"Lagi ngapain kamu di sini, Bram? Kamu pikir, dengan kamu menempeli Candra kayak perangko, kamu akan sama seperti dia? Jangan mimpi," ucapnya dengan sinis, lalu berjalan mengikuti Rosalinda dari belakang.
"Dasar kurang ajar," decak Bram dengan kesal, ingin rasanya ia merobek mulut pedas mantan kekasihnya itu.
"Tenang, Bram. Jangan terprovokasi sama Viona. Ingat, kita di sini untuk perang dingin. Paham?" tegur Candra seraya menoleh dan menatap wajah Bram sekejap lalu mengalihkan pandangan mata kepada Erlin yang tengah melangkah menghampirinya.
"Selamat datang di Jakarta, Candra," sapa Erlin dengan senyum ringan.
"Kamu baik-baik aja?" tanya Candra dengan khawatir.
"Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik aja," jawab Erlin singkat lalu melangkah meninggalkan Candra dan juga Bram dengan wajah dingin.
"Maafin aku, Candra. Aku terpaksa bersikap seperti ini karena aku tak mau hubungan kita terbongkar. Apalagi ada Viona yang setiap saat mengawasi aku," batin Erlin penuh penyesalan.
Viona yang tidak benar-benar memasuki rumah tersebut hanya berdiri di belakang pintu, menatap wajah Erlin dengan tajam. Segera meraih lalu menarik pergelangan tangannya dengan kasar. Erlin merasa kesal, sontak menepis telapak tangan Viona dengan mata membulat.
"Apa-apaan kamu, Viona?" bentaknya, merasa geram.
"Kamu udah nerima Candra jadi pacar kamu? Kalian udah jadian?" tanya Viona, merasa penasaran.
Erlin menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Viona. "Tidak. Aku menolak perasaan Candra dan kami tidak pacaran. Puas?"
"Bohong!"
Bersambung ....
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭