Light Merlin ditakdirkan sebagai seorang titisan March, dewa yang telah tersegel ribuan tahun. Dirinya yang dibebankan misi untuk membebaskan sang dewa justru harus menelan kekalahan pahit. Ia terdampar ke sebuah negeri bernama Jinxing dan mengembara sebagai pendekar pedang bergelar "Malaikat Maut Yiyue".
Misinya kali ini sederhana. Menaklukkan semua dewa dan mengalahkan musuh yang membuatnya sengsara. Namun, ternyata konspirasi di balik misi tersebut tidaklah sesederhana itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DUKE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian
DBLARRR!!!
Lapisan debu melebar ke mana-mana seiring dentuman nyaring yang mengejutkan orang-orang di sekitar situs konstruksi. Bahkan, kerangka monumen Keruntuhan Masqurade juga goyang dan berderit. Besi-besi lapuknya tidak dirancang untuk menerima gelombang udara sekencang barusan. Lantas, keributan mulai pecah. Warga Distrik 19 yang ada di sana langsung berlarian panik.
Di sisi lain, Clara hanya bisa menutupi matanya dari asap dan debu. Gadis itu terbatuk-batuk, sementara hatinya cemas memikirkan nasib Abraham. Entah terlalu bodoh atau sok mau jadi pahlawan, orang itu dengan nekatnya menghadang Leviathan dengan jurus yang bahkan tak mampu memecahkan tembok es Clara.
Begitu lapisan debunya menipis, Clara sontak terperangah. Ternyata sedari tadi Abraham berdiri di depannya. Tebalnya debu membuat gadis itu tak sadar sedang dilindungi. Kedua tangan Abraham meneteskan darah. Bukan setetes-dua tetes, tetapi sudah membentuk aliran.
"A-Abraham," panggil Clara.
"Berani-beraninya menyerang seorang perempuan. Lain kali, jika kau jantan, pilihlah lawan yang sebanding denganmu, Badut!" Abraham tak menggubris Clara, lebih memilih mengomentari Quincy.
Sang badut, Quincy, hanya melongo sambil menatap kopornya yang berasap. Ia kemudian melihat Abraham. Dari sudut netranya, lelaki tersebut memang terluka parah.
Tangannya mengucurkan darah, pakaiannya robek, kening dan pelipisnya juga terluka. Dengan asap, debu dan darah di sekujur tubuhnya, Abraham seolah baru saja dibakar hidup-hidup. Namun, faktanya ia masih mampu berdiri.
"Kenapa kau tidak mati?" gumam Quincy.
"Mati? Karena naga air murahan itu? Kau bercanda, Badut! Aku bahkan pernah ditabrak truk dan masih hidup." Abraham memanas-manasinya.
Quincy menggeram. "Aku benci orang sombong!"
Lelaki berkulit pucat itu segera mengangkat kopornya dan menembakkan tiga bola air yang sebelumnya berhasil mendesak Clara. Abraham tidak bergeser sama sekali. Ia tepat di posisinya seraya melebarkan tangan. Sorot mata pemuda itu berubah tajam, sementara mulutnya tersenyum tipis.
"Kau salah jika mau adu kekuatan fisik denganku," katanya. "Aliran Deras: Batu Karang!"
Lapisan air berlomba membungkus tubuh Abraham. Sekarang ia sudah siap untuk menghadang ketiga bola air yang meluncur seperti roket.
Bola pertama menabrak perut Abraham, ledakan seketika pecah. Tanpa jeda panjang, lelaki berbadan kekar itu membelah lapisan asap dan menangkap bola kedua dengan tangannya. Dentum nyaring melesak keluar dari situs konstruksi. Keadaan bertambah kacau.
"Hanya segitu saja, hah?" sindir Abraham yang baru saja memecahkan bola air kedua. Sekarang yang ketiga datang ke arahnya.
Sang gorila menangkap bolanya dengan dua tangan, lalu menghimpitnya sampai pecah dan meledak. Quincy sempat terkesiap, tetapi ia segera maju menyerang Abraham yang sudah tidak dilindungi lapisan air. Melihat sang lawan nekat mendekat, Abraham semakin girang.
Satu-satunya kesalahan Quincy adalah melawan seekor gorila sekeras batu dalam pertarungan jarak dekat. Mimpi buruk akan segera menghampiri salah satu dari mereka.
"Abraham Lance, tak banyak kabar tentangmu." Quincy melayangkan tinju. "Tapi kau sungguh mengesankan!" Tinjunya mendarat di tangkisan Abraham.
"Badut harusnya tidak memuji orang!" Abraham mendorong Quincy menjauhinya.
Sang lawan terkekeh, lalu menyerang lagi. "Ambisi macam apa yang kau punya, Gorila?" Ia melancarkan tinju dan tendangan dengan cepat. "Katakan padaku!"
Abraham menepis semua serangan Quincy. Pemuda itu tertawa remeh. "Cerewet juga kau, Badut! Orang kuat sepertiku kelak akan menjungkirbalikkan sistem bobrok di negeri ini. Akan kubuat Vince Merlin mencium kakiku! Apa kau paham?!"
Quincy spontan menyeringai setelah mendengar jawaban itu, persis seperti penambang yang baru saja menemukan berlian. "Hey, Gorila. Apa kau mau jadi dewa?"
"Bacot!" Sekarang giliran Abraham yang menyerang. Ia berusaha menerjang Quincy, tetapi meleset karena lawannya selincah belut. "Kemari kau, Penakut! Aku benci orang yang bisanya cuma lari. Hadapi lawanmu dengan jantan!"
"Kau lebih bagus dari dugaanku, Gorila." Quincy terkekeh. "Tapi kalau mau mengubah sistem korup di Mars, kau harus lebih cerdas. Kuat saja takkan ada apa-apanya. Kemarilah!" Lelaki rambut kuncir itu melebarkan tangan, seolah siap dihajar oleh Abraham.
"Mati kau!" Abraham langsung lari ke arahnya. "Aliran Deras: Bombardir!" Ia akan menghantam Quincy dengan tinju airnya.
Tak disangka, Quincy justru menjadikan kopor ajaibnya sebagai perisai untuk menahan serangan Abraham. Begitu tinju airnya selesai, ia segera membuka kopornya tepat di depan wajah sang lawan. Abraham terbeliak menyaksikan sekepalan tangan keluar dari kopor, lengkap dengan lapisan air bombardir yang dimilikinya.
"Kubilang kuat saja takkan ada apa-apanya," ujar Quincy mantap.
Tangan itu menghantam wajah Abraham dengan keras, sampai ia terpental dan sempoyongan. Quincy kembali menutup kopornya dengan tenang. Clara tidak menyangka jika orang itu akan memnggunakan kemampuan Mimic untuk menelan jurus Abraham dan memuntahkannya kepada Abraham lagi. Kopor itu membuat Quincy jadi terlalu kuat.
Suara sirene polisi bergaung dari luar situs konstruksi. Sepertinya pihak berwenang baru menyadari kalau ada yang tidak beres di distrik mereka, setelah satu jam lebih pertarungan yang heboh. Quincy yang mendengar pertanda tersebut segera paham bahwa inilah bel penutup pertarungan.
"Kutanya padamu sekali lagi, Nona." Ia bicara pada Clara. "Apa kau juga tidak ingin Light Merlin jatuh ke tangan militer?"
"Iya." Clara menyahut singkat.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita buat perjanjian?" Quincy menatapnya seperti orang gila.
"Perjanjian macam apa yang orang licik sepertimu tawarkan?"
"Untuk sementara, mari berdamai dan sama-sama melindungi Light dari pengaruh militer. Jangan biarkan publik sampai tahu kalau dialah orang yang ada dalam ramalan." Quincy menerangkan.
"Bagaimana caranya?" tanya Clara. "Militer Merlin berada di bawah perintah Jenderal Blake. Dia sendiri pasti sudah tahu tentang ramalan itu."
"Aku sudah bilang kalau aku menipunya. Cara terbaik untuk menyelamatkan Light ... adalah dengan mencegahnya membangkitkan kekuatan dalam ramalan. Kekuatan Merlin sejati. Kekuatan ... milik dewa March. Apa kita bisa sepakat, Nona?"
"A-aku tidak bisa menjamin seratus persen," sahut Clara ragu.
"Satu persen saja sudah cukup. Untuk saat ini, kita rekan. Tapi suatu hari nanti, aku sangat menunggu momen untuk bisa membunuhmu, Clara Soemitra, Mata-matanya Alter Mars." Quincy kemudian membuka kopornya dan mengambil segelas milkshake dari dalam. "Dan sampaikan salamku pada pacarmu. Dia bodoh, tapi cukup berbahaya. Bye!"
"Tu-tunggu!" Clara berusaha menghentikan Quincy, tetapi lelaki itu sudah lebih dulu lari meninggalkan situs konstruksi.
Suara sirene terdengar makin dekat. Clara tahu ia dan Abraham tidak bisa tetap di sana, atau mereka akan jadi tersangka. Maka dari itu, diurungkannya niat untuk mengejar Quincy. Clara segera menarik Abraham yang masih setengah sadar pergi jauh-jauh dari lokasi pertarungan.
Tak lama setelah mereka pergi, polisi berduyun-duyun mengepung tempat tersebut. Setiap sudut ditelisik, tetapi tak ada tanda mencurigakan, selain tiang yang patah dan bengkok. Bekas es Clara juga sudah dicairkan sebelum hengkang. Merasa kehilangan jejak, para polisi itu akhirnya meninggalkan situs monumen Keruntuhan Masqurade dengan kebingungan.
Mobil mereka melintasi jalanan kota, diiringi oleh tatapan penasaran oleh setiap pejalan kaki, termasuk Quincy yang asyik menyedot milkshake sambil duduk santai. Lelaki berambut jingga itu hanya terkekeh usil.
"Ternyata rasa milkshake baru enak kalau diminum setelah menghajar orang," katanya, kemudian menengadah ke langit distrik 19. "Kau tidak bilang kalau putrimu kuat sekali, Pak tua. Aku hampir saja kalah. Tapi aku akan menjaganya, sesuai permintaanmu. Kira-kira bagaimana rekasinya, ya, kalau dia tahu kau masih hidup?"
(Bersambung)
Mungkinkah beneran 😱😱
Meskipun ini pasti nadanya emosi tapi aku yang lagi nyari referensi kalimat makian buat tokohku malah demen wak 🤣
Semoga aja dia bisa mengemban itu
Aku suka aku suka
Aku ampe bingung mo dukung siapa karena awalnya mereka saklek semua 😅
Sekarang mungkin aku sudah menentukan pilihan
Dewa egois katanya
Tapi.... pasti ada plot twist nanti