Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.
"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Come and go
Ternyata benar, terkadang lari membuat hati lebih leluasa dan merasakan tali-tali yang sebelumnya mengikatnya telah terputus begitu saja. Bahkan pikirannya jauh lebih bebas dengan kaki yang berlarian kencang.
Saat ada tikungan, Theresia menabrak seseorang yang mengenakan Hoodie dengan tudung yang menutupi kepala orang tersebut. Ia merasa tidak asing dengan orang itu dan langsung membuka tudung tersebut karena orang itu tiba-tiba diam.
Sontak Theresia membulatkan matanya dengan Bhaskar yang diam tersenyum tipis ke arahnya. Namun beberapa detik kemudian ia berlari menghindari Theresia. Tujuannya ke daerah perumahan itu adalah untuk melihat gadis itu diam-diam. Namun takdir mempertemukan mereka di tikungan jalan tersebut.
Theresia juga sempat bingung dengan Bhaskar yang tiba-tiba tersenyum ke arahnya. Saat laki-laki itu tiba-tiba lari, ia mencoba untuk mengejarnya, tetapi tidak bisa. Bhaskar sudah jauh lebih dahulu sebelum ia mengejarnya.
Setelah menghindari Theresia, Bhaskar benar-benar tersenyum setelah melihat gadis itu. Syukur deh kalau lo baik-baik aja.
Akan tetapi, berbeda dengan Theresia. Gadis itu berkaca-kaca setelah ia tahu tidak bisa mengejar Bhaskar. Gadis itu menangis lagi karena orang yang berhasil membuatnya nyaman kini menghindar.
“Mulai sekarang, walaupun kita baru kenal dan baru sedekat ini, tapi lo udah jadi favorit gua. Jadi, kalau lo butuh sesuatu tinggal bilang aja, jangan sungkan apalagi selalu nggak enakkan. Tenang aja, gua bukan people come and go.”
“Orang favorit?” Bhaskar mengangguk dari dalam mobil.
Duduk di bangku sisi trotoar dengan melanjutkan gambaran yang belum selesai dengan dadanya yang sesak. "Lo bohong," kata Theresia dengan menatap wajah Bhaskar yang terdapat di buku tersebut.
Jika diingat-ingat lagi, Bhaskar belum mengucapkan keinginan laki-laki itu saat menang dalam permainan yang dibuatnya. Apa laki-laki itu lupa?
Theresia menghirup udara segar dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan. Awalnya tadi kepalanya terasa ringan, tetapi sekarang sudah tidak lagi.
"Kenapa di sini sendirian?" Theresia mendongak, melihat Erga yang pagi-pagi membawa sepeda dengan tas yang menggembung karena kebanyakan bawaan di dalamnya.
Dan sedikit aneh juga melihat penampilan Erga yang sudah berseragam sekolah rapi serta bersepatu. Padahal laki-laki itu sering masuk di saat mepet.
"Abis lari pagi tadi." Ia mengusap pipinya yang dialiri air mata dan memasukkan sketchbook ke dalam tasnya.
"Terus? Kenapa nangis? Ada yang jahatin lo?" Erga menurunkan standar sepedanya dan berdiri di depan Theresia.
"Enggak apa-apa, bukan apa-apa juga. Btw lo mau kemana bawa tas gede kayak gini?" Gadis itu melirik tas Erga yang menggembung di balik punggung laki-laki itu.
"Ohh.. gua menginap di rumah lo sampai ujian selesai."
"Ha? Kenapa? Kok tiba-tiba menginap?"
Erga langsung tersenyum tipis melihat wajah kebingungan Theresia. Ia pun gemas dan mengelus rambut gadis itu. "Nggak apa-apa, pengen aja gitu. Udah, yuk? Siap-siap ke sekolah sebelum kesiangan."
Laki-laki itu langsung pergi dan berjalan terlebih dahulu sementara Theresia mengikutinya di belakang dengan sedikit berlarian. Erga pun cepat-cepat menaiki sepedanya dan mengayuh dengan laju.
"Tapi lo nggak mungkin ngelakuin ini kalau nggak ada alasan yang bener. Jawab gua, Ga!" Theresia berlari semakin kencang mengejar Erga yang dengan usil menjulurkan lidahnya saat menoleh ke belakang.
...••••...
Selepas meletakkan tasnya, Erga menatap kamarnya yang tidak terlalu luas bahkan hanya terdapat tempat tidur yang menghadap ke jendela minimalis serta lemari kecil di sebelah pintu. Walaupun tidak seluas kamarnya sebelum, ia akan tetap menerima karena sudah berjanji pada Bundanya.
Tidak ingin kesiangan, ia langsung keluar dengan wajah datar dan melirik Theresia yang baru saja menuruni tangga dengan tangan yang akan menguncir rambutnya.
"Eh? There mau kamu bawa kemana?" tanya Mama yang keluar dari dapur dan melihat Erga yang langsung menarik tangan Theresia.
Sementara itu, Theresia juga bingung dengan Erga yang tiba-tiba menarik tangannya. Bahkan ia tidak jadi menguncir rambutnya karena tarikan laki-laki itu.
"Aku ada urusan, Tan, jadi aku ajak There biar sekalian berangkat bareng." Erga langsung menarik Theresia dengan langkah terburu-buru sebelum mendapatkan amukan dari wanita itu.
"Tapi There belum buat sarapan, Erga! Bawa Theresia balikk!!!" Mama mengikuti kedua remaja yang keluar dari pekarangan rumah dengan langkah kaki cepat.
Namun semuanya sia-sia, Erga dan Theresia sudah terlebih dahulu berlari jauh ke jalanan. Sedangkan itu, Theresia tidak memberontak sama sekali. Justru gadis itu tersenyum senang karena tidak harus membuat sarapan untuk mereka.
"Lo sengaja tarik gua?" tanya Theresia. Ia menatap Erga yang ngos-ngosan dengan bersandar di pohon tepi jalan.
Laki-laki itu tertawa kecil dan mengusap keningnya yang berkeringat. "Iya, kenapa? Lo mau balik?"
"Enggak, makasih."
Di bawah pohon, Bhaskar meremas stang sepedanya melihat kedekatan Theresia dengan laki-laki itu lagi. Berdiri di dekat belokan jalan untuk melihat Theresia yang biasanya lewat di jalan tersebut, ternyata gadis itu tidak sendirian.
Apalagi wajah Theresia tampak senang dengan laki-laki tersebut hingga menimbulkan sedikit rasa kesal. Akan tetapi, ia harus menerimanya karena Bhaskar harus menjaga jarak dengan Theresia beberapa waktu kedepannya.
...••••...
Jujur saja, ada rasa malu dan takut saat berjalan di koridor sekolah, bahkan baru memasuki gerbang tadi saja banyak arah mata yang tertuju kepadanya. Tangannya lembab karena berkeringat, sementara Erga terus berada di sebelahnya.
"Kemarin sama Bhaskar, sekarang sama Erga."
"Iya, apa jangan-jangan mau ratain cowok di sekolah kali ya."
"Dih, kek lon-"
Erga langsung berbalik dan menatap kedua gadis yang membicarakan Theresia dengan tidak senonoh. "Diem lo! Kalau nggak tahu apa-apa mending diem daripada mempermalukan diri lo sendiri."
"Ga, udah, Ga." Theresia menarik lengan Erga agar menjauh dari tempat tersebut karena mulai banyak murid yang tiba-tiba datang untuk bergerombol.
"Dia seenaknya, Re, dan yang mereka omongin tentang lo itu..." Erga melirik sekitarnya yang ramai dan langsung menarik tangan Theresia dengan membelah kerumunan.
Sementara itu, Linsi meremas tangannya di depan teman-temannya yang sedang memasang wajah tidak mengenakkan. Tidak hanya itu, ada salah satu gadis di sebelahnya yang juga membawa seember air penuh.
Ada juga yang memakai jaket baseball, yaitu ketuanya yang kini melangkah mendekati Linsi. "Soal identitas cewek yang lo posting itu anak haram dan lo nggak suka dia deket sama Bhaskar, ya, udah. Dia punya hak menjalani hidupnya layaknya orang biasa kayak kita. Emangnya kenapa kalau dia deket sama Bhaskar?"
"Jujur aja, kita juga nggak suka kalau ada cewek biasa deketin Bhaskar, tapi bukan kayak gini caranya. Sama aja lo mencoreng nama baik circle kita." Gadis yang berdiri di sebelahnya langsung menurunkan ember berisikan air tersebut di depan Linsi dan memberikannya pel.
"Pel toilet cewek di lantai tiga bagian Utara dan lantai bawah di sebelah UKS sendirian. Ini sebenarnya hukuman gua, tapi gua kasih ke elo kalau lo nggak mau keluar dari circle kita," ucap gadis berwajah datar tersebut yang akan melenggang pergi.
"Enggak."
Ketiga gadis yang akan pergi langsung menatap Linsi dengan tersenyum menyeringai.
"Kenapa? Mau keluar dari circle kita?" tanya sang ketua.
"Iya, gua bisa cari temen lagi selain kalian dan gua juga bukan babu kalian yang bisa disuruh-suruh." Linsi menatap ketiga gadis tersebut bergantian sebentar, lalu melenggang pergi meninggalkan mereka begitu saja.
"Silakan, karena kita juga nggak butuh orang yang cuman tumpang nama biar dikenal."
Di sisi lain, Erga mengantar Theresia ke kelas gadis itu. Sungguh sangat kesal saat ia melihat beberapa mata melihat Theresia dengan tidak mengenakkan. Tatapan tidak suka serta tatapan yang menusuk.
"Lo balik aja ke kelas, gua nggak apa-apa," ucap Theresia dengan menatap mata kekhawatiran Erga kepadanya.
"Lo yakin?" Theresia mengangguk.
Erga mengelus rambut gadis itu sebentar sebelum meninggalkan Theresia. Bersamaan dengan itu, Bhaskar juga melihatnya saat akan memasuki kelasnya. Dan ia mendapat tatapan tidak mengenakkan dari Erga.
Bahkan Erga juga meremas tangannya saat matanya bertabrakan dengan Bhaskar karena harus menahan amarahnya. Ia kesal, bukannya melindungi Theresia karena dia yang dibicarakan dekat dengan gadis tersebut, malah dia menjaga jarak dengan Theresia.
Tidak tertinggal, Bhaskar juga membalas tatapan Erga dengan tatapan menusuk. Dan saat melewati Theresia, ia tidak melirik gadis itu sama sekali. Justru ia tidak mengindahkannya.
Theresia juga ingin memanggil Bhaskar, namun saat mengingat perilaku laki-laki itu kepadanya sebelumnya. Ia mengurungkan niatnya.
Mona yang melihat keduanya seakan-akan berbeda dari biasanya dari bangku belakang langsung menghela napasnya. Mungkin karena postingan sebelumnya mereka menjadi seperti itu.
...••••...
...Bersambung....