Kaya Karena Selembar Sampah

Bab 17

Akibat kejadian penyerangan ke kediaman Li, membuat Leon kelelahan secara fisik dan mental. Belum lagi urusan perusahaan meski ada Damian dan Tony yang ikut bertanggung jawab untuk mengurus sesuai tugasnya masing-masing, tetapi dia yang ditunjuk sebagai wakil pengganti Jimmy Li tetap saja membuatnya kerepotan.

Polisi sudah mengetahui identitas orang-orang yang melakukan penyerangan itu. Insiden yang menewaskan 157 orang, 10 diantaranya adalah para pekerja yang bekerja sehari-hari di rumah keluarga Li. Sementara 10 orang yang di sewa oleh Leon untuk menjadi penjaga keamanan dirumahnya juga tidak luput menjadi korban.

Saat ini Leon dan Sindy pun tinggal di apartemen mereka karena keadaan rumah sangat kacau dan bau anyir juga mesiu. Meski Leon merasa keberatan atas tindakan para aparat hukum, dia harus berpasrah diri. Polisi juga masih melakukan olah TKP meski sudah beberapa hari, karena ada anggota Black Eyes yang menggunakan senjata khusus mirip milik pasukan militer negara. Selain itu keadaan rumah ada sebagian yang rusakan.

"Tuan, ada kabar dari dokter yang menangani Tuan Besar Jimmy Li, katanya Tuan Besar sudah mulai sadar dan bisa diajak komunikasi," kata seorang pelayan kepada Leon.

"Apa? Syukurlah, akhirnya ayah bisa sadar juga setelah sekian lama koma," ujar Leon sambil menyimpan hasil laporan dari perusahaan yang baru saja dia terima.

Sindy yang kebetulan di sana juga senang mendengar kalau mertuanya menunjukkan peningkatan dalam kesehatannya. Sebenarnya dia juga sempat ingin pergi untuk menjenguk Jimmy Li, tetapi Leon mengalami kecelakaan dulu sehingga dia tidak jadi pergi.

"Kenapa Arthur tidak memberi tahu kita tentang perkembangan kesehatan ayah?" tanya Leon dengan bergumam.

"Mungkin dia sibuk sampai lupa memberi tahu kita," sahut Sindy.

***

Sekarang gantian Sarah yang menyuapi Daniel. Gadis itu merasa senang karena bisa berduaan kembali dengan suaminya setelah Nathan dan Dilan pergi. Entah kenapa dia suka saat hanya berdua saja dengan laki-laki ini.

"Sekarang minum obatnya!" titah Sandra.

"Nanti saja. Pe–"

"Tidak. Kamu harus meminumnya sekarang! Aku ingin kamu cepat sembuh biar kita bisa secepatnya pergi berkencan," potong Sandra dengan tegas tidak mau dibantah.

Daniel terdiam, padahal di dalam hatinya dia merasa senang. Nona muda yang galak dan suka merendahkan dirinya dulu, kini memberikan perhatian lebih kepadanya.

"Oke, aku akan meminum obat itu asal …," ucap Daniel terjeda, "setiap satu pil obat aku mendapat satu ciuman darimu."

Muka Sandra langsung merona karena ucapan Daniel. Tentu saja itu masalah bagi dia, maka dengan semangat menganggukkan kepala.

Senyum jahil tercipta, Daniel bukan laki-laki bodoh yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan. Ada empat buah pil yang harus dia minum, berarti dia akan mendapatkan empat kali ciumannya dari sang istri. Menurut dia sekarang sudah saatnya menaklukkan gadis galak itu.

"Aku akan minum satu persatu obatnya. Setelah aku minum obatnya, maka aku akan mendapatkan ciuman dari kamu," ucap Daniel dan Sandra menyanggupi.

Daniel mengambil satu obat dan langsung meminumnya. Lalu, dia memajukan wajah ke arah Sandra. Gadis itu lalu mencium pipi sang lelaki.

"Kok, di pipi. Kenapa tidak di bibir?" tanya Daniel.

"Tidak ada aturan cium di bibir. Hanya ada satu obat satu ciuman. Terserah aku mau mencium di mana," jawab Sandra tidak mau kalah dengan Daniel.

Sandra yang merupakan anggota keluarga Li, tentu saja punya otak bisnis yang tidak kalah pintar dengan sang ayah dan kakeknya. Dia juga tidak mau rugi, dia ingin Daniel yang mencium bibir duluan bukan dirinya. Sudah malu sekali tadi mencium bibir laki-laki itu. Apalagi dilihat oleh orang lain.

"Kalau begitu sisanya nanti saja aku minum," ujar Daniel. 

Entah kenapa menggoda wanita ini membuat hatinya senang. Sudah lama dia mencari perasaan seperti ini dalam hidupnya. Sejak kecil dia sudah dididik untuk bisa menjadi seorang pemimpin kelompok mafia, yang pastinya tidak boleh menggunakan hati dalam kehidupannya. Dia harus bisa mematikan perasaannya.

Melihat Daniel yang akan kembali merebahkan tubuhnya, Sandra langsung menahan. Dia memilih mengalah karena takut terjadi apa-apa nanti kepada suaminya.

"Baiklah kita ciuman di bibir, tetapi kamu yang duluan menciumku," tukas Sandra dengan wajah memberengut.

Akhirnya mereka pun melakukan apa yang sudah di sepakati. Namun, saat mereka sedang berciuman untuk yang ketiga kalinya, Sindy dan Leon datang ke ruang rawat itu.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" teriak Sindy dan Leon bersama.

Daniel dan Sandra langsung melepaskan diri. Sandra yang duduk di samping ranjang langsung melompat turun dari sana.

"Papa … Mama," panggil Sandra dengan jantung yang terasa melompat dari tempatnya.

"Kenapa kamu mau-maunya berciuman dengan seorang sopir rendahan begitu?" tanya Sindy sambil menarik tangan Sandra agar menjauh dari Daniel.

"Cukup menghina Daniel seperti itu, Ma! Dia itu suami aku, laki-laki pilihan kakek untukku!" teriak Sandra tanpa dia sadari. Dia tidak suka ada yang menghina Daniel, laki-laki yang kini dia cintai.

Leon dan Sindy sampai terbelalak mendengar ucapan Sandra. Mereka tidak menyangka dengan kata-kata yang keluar dari mulut putri kesayangan keluarga Li.

Bahkan Daniel juga sangat terkejut dengan pembelaan yang dilakukan oleh Sandra untuknya. Hatinya merasa hangat dan terharu. Tidak banyak orang yang melakukan pembelaan untuk dirinya.

"Sandra, jangan gila kamu!" bentak Sindy karena dia bisa melihat kalau putrinya sudah tertarik kepada sopir pribadi keluarga Li.

"Papa juga tidak setuju jika kamu main hati dengan si sopir ini," lanjut Leon.

Sandra menarik tangan Daniel dan memegangnya. Gadis itu tidak melihat wajah kesakitan yang diperlihatkan oleh sang lelaki karena tangan yang terkena luka tembak itu dipegang olehnya.

"Aku dan Daniel sudah saling mencintai. Papa lupa kalau harta kekayaan keluarga Li bisa aku dapatkan jika punya anak dengannya. Jadi, jika papa dan mama mau harta itu biarkan aku bersama Daniel," aku Sandra dan Daniel hanya melongo karena dia belum pernah bilang mencintai gadis itu, dia baru suka.

Sindy dan Leon pun terdiam. Apa yang dikatakan oleh putri mereka memang benar. Namun, untuk memiliki menantu dari kalangan bawah mereka tidak terima.

"Mama tidak akan memberikan restu kepada kalian. Cukup sampai kamu hamil, setelah itu kamu jauhi dia," tukas Sindy dan didukung oleh Leon.

"Kalau kalian merasa malu memiliki menantu seorang sopir, maka aku akan mengundurkan diri dari pekerjaan aku. Toh, aku masih punya banyak pekerjaan lain," balas Daniel dengan santai.

Sandra pun setuju dengan itu. Dengan begini tidak alasan lagi untuk kedua orang tuanya untuk menghina Daniel.

"Kamu mau menjadi pengangguran? Menjadi seorang sopir saja kamu tidak bisa memberikan nafkah untuk Sandra, apalagi menjadi seorang pengangguran," hina Leon dengan ucapan sarkas kepada Daniel.

"Siapa bilang Daniel tidak memberi uang nafkah kepadaku. Beberapa bulan ini dia memberikan semua gajinya untuk aku," ucap Sandra dan membuat Sindy dan Leon terperangah.

Daniel tersenyum tipis. Ternyata ada juga manfaatnya ketika dia memberikan semua yang gajinya untuk Sandra, gara-gara hinaan gadis itu kepadanya dahulu.

***

Malam hari Daniel mendapatkan informasi kalau Black Eyes akan mengadakan pertemuan di suatu tempat, bulan depan. Dia punya waktu untuk mengatur strategi untuk menghancurkan kelompok yang sudah membunuh ibunya.

"Kenapa?" tanya Sandra kepada Daniel begitu dia keluar dari kamar mandi.

"Bagaimana kalau kita pergi honeymoon jika aku sudah sembuh," jawab Daniel dengan senyum menawan mencoba merayu sang istri.

"Oke. Kita pergi honeymoon ke mana?" tanya Sandra dengan semangat.

***