Menjadi tulang punggu ketika orang tuanya telah tiada, untuk adik-adiknya yang masih sekolah. Mampukah Rere menghidupi ketiga adiknya sedangkan pekerjaannya hanya staff biasa disalah satu perusaan kecil?
Dibalik perjuangannya terhadap adik-adiknya sang pacar juga sering membuatnya frustasi dengan sikap sang pacar yang begitu jahat padanya.
Tapi sedikit demi sedikit hidup Rere berubah ketika ia bekerja sebagai asisten disalah satu restoran dengan memiliki boss yang baik kepadanya.
Bagaimana kisah perjalanan hidup Rere selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linasolin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Rere tidak tenang, pesan yang ia dapat dari wali kelas Kevin membuatnya kepikiran hingga membuat Rere sedikit tidak tenang. Rere segera mencari kontak Raina mencoba menghubungi Raina tapi Raina tidak mengangkat panggilan darinya.
"Ada apa ini? Tidak biasanya wali kelas menghubungi apalagi ini awal masuk sekolah setelah libur sekolah" batin Rere.
"Mendingan aku wali kelas Kevin saja agar aku bisa tau apa yang sebenarnya terjadi" batin Rere.
"Hallo buk, ini saya Rere kakaknya Kevin. Kalau saya boleh tau Kevin ada masalah ya buk? Soalnyakan ini hari pertama sekolah" Ujar Rere ketika sabungan telefon sudah tersambung.
"Ada sesuatu yang harus saya sampaikan secara langsung nak, kamu datang saja kesekolah besok ya!"
"Tidak bisa dikatakan sekarang ya buk?"
"Tidak bisa nak"
"Terimakasih ya buk atas infonya besok pagi aku akan kesana" ujar Rere.
Selesai menelfon Rere langsung mencari Kirana, yang menjadi temannya satu kamar saat berada di villa. Rere keluar dari kamar karena tidak ada Kirana disana, Rere berjalan keruang tengah dan teryata disana ada Kirana dan Marvin sedang mengobrol.
"Pak Marvin kapan datang kemari?" Tanya Rere basa-basi.
"Tadi malam, kamu temani saya jalan-jalan nanti ya" Jawab Marvin sambil mengalihkan pandangannya yang semula menatap Kirana.
"Pak, sepertinya hari ini saya harus kembali dan maaf saya tidak bisa kembali bersama rombongan, adek saya sepertinya sedang dapat masalah wali kelasnya menyuruh saya untuk datang pak"
Marvin mendengarkan Rere dengan saksama, setelah Rere selesai bicara ia mengangguk. "Ok, kita pulang saja"
"Bukannya bapak mau pergi jalan-jalan disekitar pantai pak? Saya akan suruh beberapa orang yang akan menemani bapak" jawab Kirana.
"Kalian lanjutkan saja aktivitas kalian, aku akan pulang bersama Rere. Rere jam berapa kamu mau pulang?"
"Secepatnya pak"
"Siap-siaplah. Aku juga akan bersiap untuk pulang" jawab Marvin.
Selesai bicara Marvin langsung pergi, kini ruang tamu itu hanya tinggal Rere dan Kirana. Kirana memandangi Kirana dengan seribu pertanyaan.
"Jangan memandangiku seperti itu!" ujar Kirana.
"Aku nggak salah dengarkan buk? Pak Marvin mau pulang bareng aku?" Rere memastikan lagi apa yang ia dengar salah atau benar.
"Tidak" jawab Kirana singkat.
"Ok buk, aku pergi dulu mau siap-siap" Rere pun berlari meninggalkan Kirana menuju kamar untuk bersiap.
~~
Seperti biasa pergi kemana-mana Marvin selalu sendiri san menyetir mobil sendiri. Datang dari kota menuju pantai yang ada ditimur sendirian niat hati ingin berlibur sejenak nyatanya hanya menginap disana.
Marvin sudah siap untuk berangkat, sembari menunggu Rere datang Marvin menghidupkan musik mobil yang akan menghilangkan kebosanan menuju kota.
Dari dalam mobil Marvin melihat Rere sudah keluar dari dalam villa, menggunakan celana jins, spatu cats dan baju kaos berwarna putih, tidak lupa tas ransel yang ada dipunggungnya.
Rere seperti anak gadis yang masih muda, saat ini tidak terlihat aura kedewasaan yang selama ini ia tunjukkan, lebih tepatnya saat ini ia terlihat seperi remaja dan sangat imut.
Klek...
"Maaf ya pak saya lambat" ujar Rere setelah membuka pintu mobil.
"Kamu duduk didepan saja, cepat masuk" ujar Marvin.
"Nggak apa-apa pak, kalau saya duduk didepan?"
"Memangnya ada larangan ya kalau duduk didepan" bukannya menjawab Marvin bertanya balik kepada Rere.
Perjalanan pulang kekota ternyata tidak terlalu membosankan seperti yang dikira, Marvind dan Rere mengobrol membahas banyak hal.
"Masalah apa hingga mengharuskan kamu pulang cepat, dan kalau boleh tau dimana adikmu sekolah?"
"Aku tidak tau masalahnya apa pak, adekku sekolah di SMP harapan bangsa"
"Wah... Adekmu sekolah ditempat elit ya? Aku kira kamu orang yang tidak punya uang ternyata adekmu sekolah diaekolah yang elit"
"Bukan banyak uanh, saya hanya ingin adek-adek saya mendapat ilmu dan belajar dengan giat. Peraturan disana sangat ketat dan saya percaya adek saya bagus untuk menimba ilmu disana walaupun saya sering telat bayar uang sekolah mereka"
Rere sadar apa yang barusan ia ucapkkan dengan cepat ia menutup mulutnya "Maaf pak saya jadi curhat"
"Tidak apa-apa anggap saja kita menghilangkan kebosanan didalam mobil ini" jawab Marvin.
Perjalan akhirnya sudah hampir usai, mereka sudah sampai dikota. Rere melihat arah mobil berjalan, jalan yang mereka lewati tidak asing diingatnya dan rasa penasaran yang timbul akhirnya terjawab ketika mobil mereka memasuki gerbang sekolah SMP harapan bangsa.
"Bapak ada urusan disini?"
"Aku mengantarmu untuk menemui wali kelas adikmu, pergilah aku akan menunggumu disini!"
"Kita pulang aja pak, saya kesini besok kok"
Marvin tidak mendengarkan ocehan Rere, Marvin segera turun dari dalam mobil dan Rere juga ikut turun. "Ayo ikut denganku!" ujar Marvin.
"Untuk apa pak?"
"Ikut saja"
Rere memgikuti apa yang dikatakan Marvin, mereka memasuki area kantor dan kaki Marvin berhenti tepat didepan ruangan guru. Lebih parahnya orang yang ada disana menyapa Marvin sambil menundukkan kepala.
"Pak Marvin ada apa gerangan? Bapak datang secara tiba-tiba kemari" Tanya salah satu dari mereka.
Marvin menunjuk Rere yang berdiri dibelakangnya. "Saya menemani dia."
Wali kelas Kevin bernama Priska itu segera menghampiri Rere dan Marvin. "Ayok pak duduk disana! Nak ayok disana kita duduk dan bicara" ujar Priska.
Priska diduduk dikursinya didepannya duduk orang yang dia segani dan bersama kakak dari muridnya. "Begini nak, Kevin dapat masalah karena menuduh temannya mencontek dan ternyata Kevin sendiri sering mencontek saat ujian maupun ulangan biasa" sambil menyerahkan poto-poto kepada Rere.
Rere syok melihat gambar itu, adik yang ia sayangi ia perjuangkan matian-matian agar bisa sekolah dengan baik malah mencontek saat ujian.
"Jadi apa konsekuensi dari masalah ini buk?" Tanya Rere dengan pelan.
"Pencemaran nama baik dan perbuatan tidak baik, dan ini kesalahan yang fatal kami memberikan sp 3 kepada Kevin dan tolong diajari lagi dengan benar! Jika sekali lagi kami menemukan kecurangan ini pihak sekolah akan mengeluarkan Kevin dari sekolah"
Deg....
Jantung Rere seperti ingin copot, hatinya hancur dan badannya lemas. "Baiklah buk, tolong didik adek saya dengan benar! Saya akan megajarinya lagi dirumah, saya akan terima apapun keputusan dari sekolah jika adek saya melakukan kejurangan lagi"
Marvin menatap Rere dengan tatapan yang sulit diartikan tapi Marvin memilih diam dan membiarkan mereka bicara.