Karel Ivander Aswangga adalah seorang laki-laki yang mempunyai sikap dingin, keluarga yang berantakan serta penghianatan dari orang yang dia cintai membuat laki-laki itu mudah tersulut amarah dan merasa tidak ada satu orang pun yang tulus mencintai nya. Dia menutup diri dari yang namanya wanita untuk melindungi hati nya agar tidak kembali terluka.
Chelsya Fermonica Zamora, gadis cantik yang mempunyai sikap bar-bar dan ceria, setiap harinya dia akan terus menerbitkan senyum di bibirnya, gadis yang berlatar belakang orang kaya, tidak pernah kekurangan materi maupun kasih sayang dalam hidupnya, hampir semua orang menyukai nya karena sikap nya yang ceria.
Gadis itu mengincar sebuah perusahaan impian nya, sekaligus untuk melatih kemampuannya dalam dunia bisnis. Namun siapa sangka, jika ternyata pemilik perusahaan tempat nya bekerja adalah seorang laki-laki yang dia kenal dan harus menghadapi sikap Tuan nya itu yang begitu berubah-ubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Sakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersama Arsen (2)
Di sebuah mobil sport yang melaju cepat di jalanan perbatasan kota, di dalamnya terlihat dua anak manusia yang saling diam, tanpa ada yang mengangkat bicara, lebih tepatnya sejak setengah jam yang lalu, di dalam mobil itu hanya terisi keheningan.
Arsen yang sedari tadi fokus mengemudikan mobil itu tampak melirik ke samping nya, di mana kini terlihat Mora yang sedang duduk menyenderkan punggung nya, sambil menatap ke arah luar jendela.
Sejak mereka pergi dari restoran tadi, mood gadis itu berubah drastis, bahkan gadis itu sampai mendiamkannya yang tidak tau apa-apa.
"Woy, Mor kamu kenapa sih, dari tadi diem aja" Arsen menyenggol lengan Mora dengan tangan nya. Mora masih tak menjawab, gadis itu bahkan kini memejamkan kedua mata nya.
"Ck elah, aku di cuekin"
"Bukannya gitu, aku hanya malas bicara saja Ar, kamu tau sendiri kan tadi." ucap Mora sambil menghela nafas.
"Iya sih, tapi udah lah ngga usah di bahas lagi, kita itu mau senang-senang jadi jangan memperburuk mood oke."
"Iya, aku cuma sedikit kesel aja" ucap Mora cemberut.
"Sebentar lagi kita sampai nih, jangan kesel lagi ya"
"Iya, aku udah ngga sabar banget" Mora menerbitkan senyum nya, gadis itu kembali menoleh ke luar jendela, kabut di sekeliling hutan membasahi kaca jendela mobil. Dalam hati Mora bersorak senang melihatnya.
"Ayo turun Mora" Arsen membuka pintu mobil di samping Mora, gadis itu turun, matanya berkeliling, gadis itu menghirup udara segar di tempat itu dengan raut wajah antusias.
"Aku beli tiket bentar ya, kamu tunggu" Mora memberikan acungan jari kepada Arsen, gadis itu menunggu Arsen yang sedang membeli tiket masuk.
"Udara nya bener-bener nyegerin Ar" ucap Mora, gadis itu menuruni jalanan setapak dengan hati-hati, meskipun dia terlahir dari rahim sultan, tetapi Mora menyukai kesederhanaan, gadis itu menyukai alam sejak kecil, jadi jika berbaur dengan alam seperti sekarang dia pasti akan antusias.
"Yah, seperti yang aku tebak, tidak akan mengecewakan" jawab Arsen, lelaki itu berjalan di belakang Mora, sengaja menjaga sahabatnya itu dari belakang.
Perjalanan mereka menuju air terjun hanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam, mereka duduk sambil beralaskan batu yang tak jauh dari air terjun. Arsen membuka tas kecil yang berada di punggung nya, lalu lelaki itu memberikannya sesuatu pada Mora.
"Minumlah, kamu pasti lelah" ucap Arsen, Mora menerima air putih itu lalu menegak nya karena rasa haus.
"Makasih pren" Mora tersenyum manis, gadis itu meminum air itu, matanya melihat ke arah air yang turun bebas dari ketinggian di atas sana.
"Arsen kita berenang yuk" ucap Mora sambil melirik kanan kirinya, suasana tempat itu tampak sepi tak seperti biasanya.
"Ngga ya, lihat dari jauh aja, ngga usah aneh-aneh" Mora hanya tersenyum masam, padahal dia ingin merasakan dinginnya air itu. Tapi ya sudah lah tak apa, Arsen melarang nya karena pasti laki-laki itu takut jika terjadi apa-apa padanya.
"Kalau aku main-main bentar boleh ?" tanya Mora sambil mengerjapkan kedua mata nya dengan lucu.
"Di pinggiran aja, air itu sangat deras dan dalam, aku ngga mau kamu kenapa-napa" Mora mengangguk, gadis itu melipat celana bawanya lalu berjalan ke arah air itu, Arsen mengikuti nya dari belakang.
"Air nya dingin banget" ucap Mora sambil memainkan air itu menggunakan kaki nya.
"Namanya juga air terjun" Arsen menggenggam tangan Mora saat gadis itu akan naik.
"Tadi harusnya ajak yang lain juga, kan jadi seru, bisa liburan rame-rame gitu." ujar Mora kembali duduk di tempat nya.
"Aku juga pengen nya sih gitu, tapi ya gimana, mereka pasti sibuk berkumpul dengan orang tuanya. Apalagi mereka sekarang mempunyai kesibukan sendiri-sendiri kan semenjak hari kelulusan." Mora mengangguk lesu, gadis itu mengambil snack di tas Arsen, membuka nya lalu menyuapkan ke dalam mulut nya.
"Aku tau, mungkin jika kamu mempunyai kekasih nanti, kamu akan sibuk dengan kekasih mu Arsen" ucap Mora sambil menatap temannya itu.
"Ngga lah, aku mau pastiin dulu kamu punya pacar, baru setelah itu aku cari pacar. Kasihan aja kalau kamu ngga punya temen" ucap Arsen sambil tertawa.
"Ish" Mora kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, Arsen ikut mengambil snack itu dari bungkusan yang Mora pegang.
"Kamu sendiri gimana pekerjaan mu di perusahaan incaranmu itu ?"
"Baik sih sejauh ini, aku juga jadi punya temen baru yang care banget di sana" ucap Mora yang kini kembali antusias, gadis itu mengingat sofia teman barunya.
"Oh ya ?" tanya Arsen.
"Iya, lain kali aku bakalan kenalin kamu sama dia, dia baik kok"
"Perempuan ?" tebak Arsen
"Iya, namanya Sofia"
"Ya bagus lah kalau gitu, itu artinya kamu ngga akan kesepian di kantor itu, Hem setidak nya kamu punya partner kerja" Mora mengangguk, terkadang tangan gadis itu terangkat untuk menyuapkan Snack kedalam mulut Arsen.
"Aku kalau kerja ngga pernah kesepian Ar, kan di temani banyak berkas-berkas penting" ujar Mora, Arsen hanya berdecak saat mendengarnya.
"Ya ya ya terserah mu, setidaknya kamu tidak terlalu tertekan saat bekerja, tidak sepertiku." ucap Arsen, Mora tahu jika teman nya itu sedang kesal, dapat Mora tangkap dari nada suara nya.
"Memang nya kenapa sih Ar, bukannya kamu itu atasan, seharusnya apapun yang dia lakukan tidak akan menganggu mu kan ?"
"Iya, tapi aku setiap ngelihat wajahnya tu bawaan nya kesel banget, pengen banget pecat dia tapi ngga di setujui papa. Ngeselin banget kan" Mora hanya tersenyum tipis.
"Yaudah kalau ketemu ngga usah ngelihat dia, gampang kan ?"
"Ngga bisa Mora, kamu tau sendiri kan, aku ngga bisa paham penjelasan seseorang kalau ngga lihat gestur tubuhnya langsung." Mora hanya memutar bola matanya.
"Ya udah ngga ada cara lain kan ? berdamai lah dengan nya, jangan terlalu berlebihan Ar, bisa jadi suatu saat nanti dia jodohmu yang di berikan tuhan"
"Ogah lah, ngga Sudi"