"Sampai kapan kau akan seperti ini zaf ?" tanya seorang perempuan berpakaian rapih dan memegang papan dada, Zafira hanya menghela nafasnya lelah "entahlah, trauma itu masih ada" jawaban Zafira membuat Cintia mengerucutkan bibirnya.
"Kau tidak bisa selamanya seperti ini, kau harus bisa berdamai dengan keadaan Zaf" lanjut kembali Cintia sembari menulis sesuatu di atas kertas putih yang berada di papan dadanya.
pintu ruang dokter Gavin terdengar terbuka disana sedang berdiri seorang Devan dan Edwin saling berangkulan dan berjalan melewati Zafira serta Cintia, tepat saat mata Zafira beradu dengan kedua manik Devan getaran dan ketakutan itu terlihat jelas hingga Zafira menegang seketika.
namun Devan tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Zafira, mungkin bagi Devan kejadian 5 tahun yang lalu adalah bukan apa - apa bagi Devan tetapi tidak bagi Zafira Lalita.
ingin tau kelanjutkan ceritanya ?
kalian bisa baca ya teman - teman ini kelanjutan cerita tentang si kembar ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia harus mengetahuinya
Sinar matahari berganti dengan sinar rembulan, membuat seorang lelaki yang sedang toples duduk dikursi di balkon kamar megah itu terlihat sangat tampan.
Asap rokok sudah menguar kemana - mana, tubuhnya sedang berada di rumah kamar yang luas itu namun fikirannya berkelana mengingat obrolannya kembali tadi siang bersama dengan Edwin.
"Huuuft apa iya peristiwa lima tahun yang lalu membuat Zafira menjadi seorang ibu ?" gumamnya masih dengan rokok dijari jarinya dan dihisapnya kembali rokok itu dengan sangat nikmat untuk menenangkan fikirannya.
Rumah terlihat sangat sepi karena Gavin dan Nala sudah pergi ke Singapur pukul 8 malam ini, saat ini jam menunjukkan pukul 11 malam tak membuat Devan memejamkan matanya karena fikirannya masih berkelana teringat kembali kejadian lima tahun yang lalu.
Diremasnya rokok yang masih menyala dan mengepulkan asap itu tanpa dia sadari membuat tangannya terluka terkena bara api dari rokok tersebut.
"Bajingan" Devan bersuara dengan masih meremas rokok yang barusan ia hisap, Lagi - lagi peritiwa itu terlihat jelas di dalam fikirannya yang membuat Devan emosi kembali.
Di raihnya gelas kaca didepan matanya, meminum air hingga tandas dan sedetik kemudian gelas tersebut ia remas sampai hancur hingga pecahan kaca itu mengenai telapak tangannya.
Darah bercucuran keluar dari sana tetapi Devan masih tidak memperdulikan, pandangan matanya sungguh menyala akan api kemarahan "Aku bersumpah jika mereka menyentuh kehidupan Zafira dan Erina kembali maka mereka semua akan ku hancurkan dengan kedua tanganku sendiri" gumamnya penuh emosi.
Saat dia sudah mulai bisa mengontrol emosinya, Devan baru menyadari bahwa tangan kananya terluka banyak darah menetes dibawah kakinya.
Rasa perih menjalar di telapak tangannya itu "Ya tuhan apa yang terjadi" gumamnya kembali, Helaan nafas terdengar dari mulut Devan.
Devan mengambil satu persatu pecahan kaca dari gelas yang dia remas hingga hancur itu, setelah dirasa sudah tidak ada kaca yang tertancap barulah dia bangun dari duduknya.
Devan berjalan menuju kamar mandi yang berda di dalam kamar miliknya itu, lebih tepatnya menuju wastafel untuk mencuci tangannya yang terluka.
Air yang bersih telah mengalir mengenai telapak tangannya yang terluka seketika Devan merasakan rasa perih tersengat membuatnya mendesis.
Sedangkan Zafira yang saat ini tengah duduk bersama Erina yaitu kakak Zafira di ruang tengah apartement tiba - tiba teringat sesuatu "Kak apa aku boleh bertanya ?" suara Zafira terdengar dan Erina melihat sambil tersenyum mengangguk.
"Apa kak Erina dan pak Devan saling mencintai ?" pertanyaan Zafira membuat Erina terkejut namun Erina dapat meguasai keterkejutanNya.
"Jika kau melihat bagaimana ?" Erina tidak langsung menjawab malah melempar kembali pertanyaan kepada Zafira, Zafira mengangguk kaku seperti tidak yakin akan jawabanya itu.
"Bagaimana kalian bisa bertemu ?" Zafira bertanya kembali "selama ini aku tidak mengetahuinya dan kakak mengalami trauma berat hingga kakak tidak dapat berbicara tetapi pada saat bertemu dengan pak Devan untuk pertama kalinya kakak berbicara" Zafira meruntutkan pertanyaan kepada Erina.
"Kakak mengenalnya saat tahun pertama di universitas Belgia dulu" Jawab Erina sedikit berbohong, Erina tidak akan mengatakan apa yang terjadi kepada dirinya Devan dan juga Gavin kepada adik kesayangannya ini.
Zafira hanya diam dan mengangguk mengerti "Zaf apa kau masih tidak mau berbicara dengan kakak, siapa ayah dari Elvano ?" Erina bertanya sembari menatap tajam ke arah Zafira.
Zafira yang merasa ditatap penuh intimidasi mengalihkan pandangan dan menggeleng "Kakak tidak perlu tau" jawabnya kemudian berjalan ke arah kamarnya, Erina melihat punggung Zafira dengan sedih dan bergumam "Kakak tau Zaf siapa bajingan itu, dia harus tau tentang Elvano dan harus bertanggung jawab denganmu".