Bagaimana rasanya di tinggalkan untuk selamanya di hari pernikahan. Hari yang harusnya membuat bahagia, namun itu membuat luka.
Dan gadis cantik itu pun harus menerima cacian dan makian, juga di cap sebagai gadis pembawa sial.
Lalu tiba-tiba, ada seorang laki-laki yang bersedia menikahinya agar membuang kesialan itu. Laki-laki yang tidak dia kenal sama sekali, tiba-tiba menjadi suaminya.
Siapakah Laki-laki itu? Dan bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka? Apakah cinta akan tumbuh di hati mereka?
Simak yuk, hanya di Novel ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurmay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertama Untukku
Drama Agra dan Kiran di meja makan belum juga selesai. Agra yang terus saja menggoda Kiran dengan terus memberikan kecupan demi kecupan pada seluruh wajahnya yang sudah memerah itu.
Dari dahi, hidung, pipi kanan dan kirinya juga mata yang tak luput dari serangan bibir tebal Agra.
Lagi! Lagi! dan lagi! sampai membuat Kiran memekik kegelian karena terkena bulu-bulu halus dari rahang Agra.
''Mas... sudah, geli....'' Kiran menjauhkan wajah Agra dengan telapak tangannya.
''Kamu buat Mas gemas,'' ucap Agra yang sudah menyingkirkan tangan Kiran dari wajahnya dan ia genggam dengan lembut.
Wajah Kiran kini benar-benar merah, dan itu membuat Agra semakin senang karena menurutnya, Kiran semakin cantik dengan ekspresi seperti itu.
''Kiran?''
''Hm?''
''Apa Mas boleh meminta sekarang?''
Kiran menunduk menyembunyikan wajah yang semakin memanas, ia malu untuk menjawabnya. Dan dia juga bingung untuk menjawabnya.
Agra meraih dagu Kiran agar dia dapat melihat mata bulat Kiran saat menjawab pertanyaannya.
''Aku belum siap, Mas,'' lirih Kiran, Agra menarik napasnya dalam-dalam mencari sebuah kata yang pas dan dapat di cerna baik oleh Kiran.
''Kenapa? Mas kan suami mu. Janji! Mas akan pelan-pelan.'' Agra membentuk jari dengan huruf 'V' sebagai janjinya.
Lama Kiran terdiam, sungguh! Kiran bukan menolaknya hanya saja ia malu untuk mengiyakannya. Untuk menolak? tidak, dia sebenarnya sudah memasrahkan dirinya sepenuhnya untuk Agra sejak di hari pertama mereka menjadi pasangan suami istri.
''Kiran, hm? ya sudah jika memang kamu belum-''
''Mas! bukan menolak, tapi..'' Kiran memotong kalimat Agra dan diapun menjeda ucapannya.
''Tapi apa?''
''Ini pertama bagiku, apa akan terasa sakit?'' Agra mengulumkan senyuman, sungguh ia beruntung mendapatkan istri sepolos Kiran, bahkan ia mampu bertanya tingkat kesakitan saat pertama kali berhubungan.
''Hmmm... bagaimana ya menjelaskannya..'' Agra menggaruk dagunya dan membuat Kiran menunggu jawaban darinya. Agra melirik ke raut wajah Kiran yang bagaikan anak kecil sedang menunggu jawaban atas pertanyaannya.
''Mas...,'' Kiran mencebikan bibirnya karena menyadari bahwa Agra saat ini tengah menggodanya lagi.
''Jadi begini, istriku yang nakal.. Inipun pertama bagiku, dan untuk rasa sakitnya mungkin ada, tapi menurut pengalaman yang Mas dengar dari berbagai macam sumber, rasa sakit itu akan berangsur hilang.''
Agra menjelaskannya panjang lebar, dan Kiran tetap tidak mengerti itu. Dengan wajah lugunya ia seperti sedang membayangkan apa yang Agra jelaskan, bahkan sesekali ia memicingkan matanya dan bergidik ngeri.
''Apa nanti akan keluar darah?''
Agra sudah tidak bisa lagi menahan senyumnya, ia semakin gemas di buatnya karena pertanyaan-pertanyaan yang Kiran lontarkan membuat ia sangat ingin memakan Kiran sekarang juga.
''Bagaimana kita tahu kalau kita tidak mencobanya!'' Agra tiba-tiba mengangkat tubuh Kiran dan membawanya ke dalam gendongannya. Kiran berteriak kaget dan terus meminta di turunkan tapi Agra tetap tidak mendengarkan nya.
Menggendong ala bridal style menuju kamarnya yang terdapat di ruangan atas, melewati beberapa anak tangga untuk menggapai tujuannya. Kiran terus memberontak dan dengan lembut Agara pun berbisik ke telinga Kiran.
''Jika kamu terus bergerak, apa kamu tidak takut akan jatuh?'' dan ternyata berhasil, Kiran seketika diam tanpa ada lagi pergerakan.
Setibanya di kamar yang sebelumnya memang Kiran tempati , Agra meletakkan tubuh Kiran dengan perlahan di atas ranjang besar. Mimik wajah Agra menyiratkan bahwa ia sudah tidak tahan lagi untuk menahan sesuatu yang harus tersalurkan itu.
Satu persatu Agra melepaskan kancing kemejanya sampai semuanya terlepas, menanggalkan bentuk tubuh yang sangat atletis seakan Agra bangga dengan memamerkannya di depan Kiran yang tengah terpaku dengan wajah tercengang.
Agra merangkak naik ke atas ranjang menyusul Kiran yang tengah duduk dengan melipat kedua kakinya. Dekat, dekat dan semakin dekat wajah Agra mengikis jarak antara wajah manis Kiran, hingga hidung mereka pun hampir bersentuhan.
Agra memberikan senyuman termanisnya hingga membuat Kiran mengangguk tanpa sadar seolah mempersilahkan untuk Agra melakukan apapun terhadapnya, dimulai dari mencium kedua kelopak matanya, hidungnya juga kedua pipinya dan diakhiri dengan kecupan mesra pada bibir mungil Kiran.
Kecupan itu semakin turun ke salah satu area sensitif para wanita yaitu leher dan belakang telinga, semua seakan di absen secara tertib oleh Agra dan tidak terlewatkan. Mata Kiran terpejam terhanyut akan buayan mesra dari Agra.
Tangan lihainya membuka perlahan kancing baju Kiran hingga menyisakan dua barisan dia di bawah. Dan Agra masih dengan mengecup bagian belakang telinga secara berulang dan bahkan sudah meninggalkan tanda cinta di sana.
Mata Agra melirik ke bawah, melihat jelas warna tubuh Kiran yang bersih tanpa ada noda. Kancing kemejanya pun hampir terlepas semuanya dan dia juga dapat melihat jelas warna brra yang dipakai Kiran saat ini, merah muda. Menggemaskan memang.
Sesekali Agra dapat mendengar Kiran melenguh lirih dan itu menandakan bahwa Kiran saat ini tengah berada di puncak bi-rahi.
Agra semakin dibuat gila mendengar suara Kiran, dan semakin dibuat berani untuk melanjutkan aksinya untuk tahap berikutnya.
Tali b-ra sudah ia turunkan dari pundak Kiran dan hanya satu jentikan jari Agra lagi mungkin saja itu akan terlepas dari tempatnya.
''Lepaskan resleting celanaku,'' bisik Agra ke telinga Kiran dan membuatnya mengangguk manut begitu saja.
Dan...
''Aakkkhhhhh!!!!!''
Agra menjerit sekeras-kerasnya, dan Kiran pun segera tersadar dari suasana panas itu. Dapat terlihat oleh Kiran Agra melompat dari tempat tidur dan membungkuk kesakitan.
''Hah? kenapa Mas?!'' tanya Kiran dengan panik.
''Ini ku, punyaku terjep-piit...'' jawab Agra dengan terbata-bata karena merasakan sakit di pedang samurainya.
''Terjepit?'' mata Kiran terbelalak karena baru menyadari apa yang di maksud oleh Agra dan itu karenanya.
''Aduh, maaf Mas, Kiran tidak sengaja, sungguh!'' Kiran mengelus-elus pinggang Agra yang memang posisinya membelakanginya.
Agra menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan, mengumpulkan aura positif agar tidak menjadi masalah. Dengan tangan gemetar karena masih merasakan sakit, Agra mengelus puncak kepala Kiran dengan lembut dan tersenyum kaku.
''Iy-iya, Mas tahu kamu tidak sengaja. Tidak apa-apa, kamu bisa pakai bajumu lagi ya..'' Kiran mengangguk cepat dan langsung mengancingkan kembali baju piyama nya.
''Sakit ya, Mas?''
Agra mengulumkan bibirnya, menahan rasa sakit itu agar tidak terlalu kentara dan agar tidak membuat Kiran merasa bersalah.
''Tidak sayang.''
''Apa harus kerumah sakit?''
Agra memejamkan matanya sekilas. ''Tiddak. Sayang.'' Agra melihat manik manik Kiran yang memancarkan kecemasan.
''Kita tidur saja ya. Sudah malam juga.''
''Tidak jadi malam pertamanya, Mas?''
Entah Kiran itu polos atau memang benar-benar tidak mengerti apapun, jika itu adalah Anas mungkin saja sudah terkena bogeman mentah dari Agra tapi ini adalah Kiran. Gadis yang dia cintai dan Agra harus lebih sabar menanggapinya.