NovelToon NovelToon
Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Perperangan
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ikri Sa'ati

Cerita ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang pendekar sakti. Bermula dengan tidak diakui sebagai anak oleh ayahandanya, sedangkan dia belum mengetahui.

Tahunya dia ayahandanya yang sebagai seorang raja telah mati terbunuh saat perang melawan pemberontak yang dipimpin oleh seorang sakti berhati kejam, yang pada akhirnya kerajaan ayahandanya berhasil direbut.

Hingga suatu ketika dia harus terpisah juga dengan ibunda tercintanya karena suatu keadaan yang mengharuskan demikian pada waktu yang cukup lama.

Di lain keadaan kekasih tercintanya, bahkan sudah dijadikan istri, telah mengkhianatinya dan meninggalkan cintanya begitu saja.

Namun meski mendapat berbagai musibah yang begitu menyakitkan, sang pendekar tetap tegar menjalani hidupnya.

Di pundaknya terbebani tanggung jawab besar, yaitu memberantas angkara murka di dua negeri; di Negeri Mega Pancaraya (dunia kuno) dan di Mega Buanaraya (dunia modern) yang diciptakan oleh manusia-manusia durjana berhati iblis....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 22 RENATHA TETAP PADA PENDIRIANNYA

Clarissa maupun Aurellia sejak tadi memperhatikan keadaan diri Daffa. Sikap yang begitu tenang. Tutur katanya meski kedengaran santai tapi tidak lepas dari kesopanan dan sifat santun.

Yang tidak kalah pentingnya, pemuda yang tampak bersahaja itu benar-benar pandai memilih kata-kata yang membuat orang harus berpikir cerdas kalau ingin berbicara dengannya.

"Asal kalian tau, gue ngerjain mobil itu tanpa ada maksud apapun," kata Daffa melanjutkan penuturannya dengan nada tegas tapi masih kalem. "Gue ngerjainnya benar-benar profesional kerja, bukan demi mendapat simpati atau pujian dari pelanggan secara pribadi."

"Sama sekali bukan," Daffa mempertegas kaliamat tersebut.

"Kalian mau percaya omongan gue atau nggak, itu terserah kalian. Gue nggak maksa."

Geng Red-Blue Girls 8 jelas tidak begitu mengenal siapa Daffa itu. Mereka mengenalnya baru kali ini, dalam artian baru mengenal namanya serta sedikit kepribadiannya.

Tetapi dari ucapan pemuda itu yang begitu tegas, mereka percaya kalau Daffa berkata dengan jujur, tidak berdusta atau mengada-ngada.

Hanya saja Renatha yang sejak awal sudah menanam kebencian pada Daffa, apapun yang dikatakan pemuda itu dia tidak percaya.

Akan tetapi bersamaan dengan itu dia tidak bisa membantah secara ilmiah ucapan Daffa selain hanya bisa melontarkan hinaan yang tidak ada artinya.

"Lu belagu tetap aja belagu, cowok udik! Nggak usah sok-sokan kayak gitu deh."

Daffa, si pemuda berpembawaan tenang, diam saja, tidak menanggapi atau terpancing dengan hinaan yang tidak berkelas itu.

"Gimana dengan lu ngedahuluin jadwal service mobil Rena?" tanya Arabella kemudian, entah sekedar ingin tahu saja atau hendak menguji, apa jawaban Daffa tentang hal itu. "Maksud lu tuh apa? Padahal setahu gue, ada 4 mobil yang ngantri sebelum mobil Rena."

"'Kan gue udah bilang malam itu ama lu dan teman lu tuh, kalau umur mobil itu cuma 24 jam?" kata Daffa tetap menerangkan dengan sabar. "Gua juga udah kasi tau agar mobil itu dibawa pagi-pagi ke bengkel...."

"Malah kalian masukin mobil itu ke bengkel siang-siang," lanjut Daffa seperti memendam kekesalan pada nada ucapannya. "Akhirnya mobil itu baru ditangani jam 2 siang. Artinya cuman tersisa waktu kurang dari 6 jam buat ngerjainnya."

"Kalau gue nggak ngerjain cepat tuh mobil, nggak ngedahuluin jadwal servicenya, bukan lagi mobil itu nggak ketolong," lanjut Daffa, "malah mobil itu bakal meledak."

Tentu saja Arabella terkejut mendengar penuturan Daffa barusan. Mobil itu akan meledak kalau tidak cepat dibenarin?

Bagaimana kalau saat belum diservice dan sudah lewat waktunya, sementara dia ataupun Renatha sedang mengendarainya?

Tentu saja mereka bisa mati 'kan?

Arabella tidak bisa membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi. Tentu saja dia hanya bisa menelan penyesalan karena waktu itu dia belum sepenuhnya mempercayai pemuda itu.

Sedangkan personil geng Red-Blue Girls 8 lainnya juga sama terkejut seperti Arabella. Dan sepertinya mereka juga membayangkan apa yang dibayangkan Arabella. Terlihat dari wajah cantik mereka yang mengekspresikan kengerian.

Sementara Renatha sebenarnya sempat terkejut juga. Namun karena hatinya dilandasi kebencian, maka dia seketika itu juga tidak percaya akan ucapan Daffa barusan.

Malah dia menganggap kalau Daffa cuma menakut-nakuti saja agar ucapannya dipercaya orang.

★☆★☆

"Terpaksa gue ngedahuluin jadwal servicenya dari mobil lain," lanjut Daffa seolah tak perduli keterkejutan gadis-gadis cantik itu. "Dan keputusan itu sesuai persetujuan Pak Dhanu."

"Lu malam itu nggak bilang kalau mobil itu bakal meledak kalau lewat dari 24 jam," kata Arabella seperti protes.

"Sorry, gue baru tahu saat memeriksa ulang di bengkel," kata Daffa mengemukakan alasan.

"Lu tau sendiri kalau malam itu gue nyervicenya secara dadakan aja," lanjut Daffa. "Juga nggak ada alat buat digunain memeriksa secara mendetail."

Arabella terdiam mendengar penjelasan Daffa itu. Dan hatinya membenarkannya.

"Sebenarnya apa sih kerusakan mobil itu," tanya Clarissa jelas penasaran, "sampe lu bela-belain ngedahuluin nyervicenya dari mobil lain?"

Daffa tidak langsung menjawab pertanyaan Clarissa barusan. Dia menatap sejenak gadis cantik putri presiden itu. Seolah-olah dia tengah mempertimbangkan pertanyaan Clarissa dengan statusnya sebagai putri kepala negara.

Sementara Clarissa dan tampaknya juga rekan-rekannya, termasuk Arabella seperti ingin tahu sekali kerusakan mobil Renatha yang sepertinya cukup aneh bagi mereka. Tapi....

"Sorry, sayang sekali gue nggak diberi wewenang buat ngasi tau ke siapa pun selain anak buah Pak Dhanu," sahut Daffa dengan nada seperti menyesal.

"Jika kalian kepingin tau, silahkan tanya langsung ke Pak Dhanu!" kata Daffa selanjutnya sekan memberi solusi.

Clarissa dan rekan-rekannya tampak sedikit kecewa dengan jawaban Daffa yang sungguh tidak diinginkan itu. Namun mereka jelas tidak bisa memaksa Daffa untuk memberi tahu. Mereka hanya bisa memaklumi.

Sementara Arabella menatap Rizal dengan lekat. Dari tatapan matanya tampak kalau gadis cantik itu seperti tengah memikirkan sesuatu.

Sedangkan Renatha makin emosi dengan jawaban Daffa yang menurutnya cuma belagu saja. Jika tidak ditahan Michella, dia akan melabrak lagi pemuda itu.

"Sekarang, lu ngebayarin ongkos service mobil Rena," kata Arabella masih berperan sebagai perantara bagi Renatha. "Maksud lu ngelakuin itu apa?"

"Gue udah bilang ama lu kalau gue udah ngaku salah pada kejadian malam itu," ungkap Daffa dengan tulus, "dan bersedia ngelakuin apa aja tuk menebus kesalahan gue, termasuk... ngebayarin ongkos service mobil tersebut."

"Gue berharap lu dan teman lu itu," lanjut Daffa, "mau maafin kesalahan gue setelah apa yang udah gue lakuin."

Renatha dengan cepat melangkah menghampiri Daffa dengan berkawal kemarahan plus kebencian yang sangat. Saking cepatnya gerakan gadis itu, membuat terkejut. Dia hendak mencegat tapi cuma menangkap angin.

Sedangkan Arabella, awalnya kaget juga tahu-tahu Renatha sudah berada di sampingnya. Tapi dengan cepat dia menahan gadis feminim itu yang hendak melangkah lebih dekat ke Rizal.

Sementara Daffa, sedahsyat apa pun badai amarah dan kebencian yang ditimbulkan Renatha, dia tetap tenang. Tidak bergeming tidak menggubris.

"Dengar ya, cowok udik!" hardiknya dengan kasar di tengah cekalan Arabella. "Meski lu bersujud di kaki gue tuk minta maaf, gue nggak bakalan maafin lu! Se la ma nya...! Lu catat itu!"

Suara Renatha itu cukup keras, memungkinkan bagi seantero siswa-siswi yang ada di kelas 10 IPS A1 itu mendengar raungan kemarahannya.

Termasuk Reynold dan ketiga rekannya yang tampak senyum-senyum memuakkan, sebagai bentuk persetujuan apa yang diucapkan oleh Renatha.

Sedangkan Daffa tetap bersikap santai dan tenang, seakan tidak menggubris ucapan Renatha.

★☆★☆

Setelah itu Renatha berbalik dengan cepat dan kasar, hendak tinggalkan tempat itu. Sedangkan Arabella, seperti refleks melepaskan cekalannya. Sehingga langkah Renatha terus melaju tanpa henti.

Untuk sejenak Arabella tampak bingung harus berbuat apa. Begitu pun juga dengan Clarissa dan Michella. Sedangkan Aurellia, Jovanka, Floulla dan Keysha langsung merendeng Renatha sambil membujuknya agar tenang.

Beberapa detik berikut Arabella, yang walaupun tomboy tapi berhati baik, seketika menoleh pada Daffa dengan wajah penuh penyesalan atas tindakan Renatha barusan. Detik berikutnya....

"Sorry, Daff...."

Setelah itu dia meninggalkan tempat itu menyusul Renatha dan rekan-rekannya. Michella hendak menyusul, tapi langsung dicegat oleh Clarissa.

"Kita tetap di sini dulu, mewakili yang lain minta maaf ke Daffa atas kelakuan Renatha yang udah keliwat batas terhadap Daffa," pinta Clarissa bagai menyarankan dengan sangat.

Tanpa banyak pertimbangan Michella langsung setuju dengan usul Clarissa.

Sebelumnya Clarissa dan Michella memperkenalkan diri dulu. Tak lupa memberitahukan pada Daffa kalau dia sebagai Ketua Kelas 10 A1 dan wakilnya. Setelah itu Clarissa berkata dengan penuh keramahan, bijaksana dan sikap bersahabat.

"Sorry ya, Daff, mestinya diawal lu masuk di kelas ini lu disambut dengan kedamaian dan keramahan siswa-siswi di kelas ini. Nggak disangkanya lu malah disambut dengan kejadian kayak tadi. Sekali lagi sorry ya, Daff."

"Iya, Daff, kami minta maaf atas insiden tadi," imbuh Michella. "Sebenarnya Renatha tuh anaknya baik kok. Mungkin saat ini dia lagi sensi. Maafin teman kami ya, Daff."

"Yaaah..., nggak papa," kata Daffa berusaha memaklumi, "gue juga minta maaf...."

Beberapa saat lamanya Daffa dan kedua gadis itu terlibat dalam perbincangan saling berakrab diri dengan penuh persahabatan.

Setelah itu, Clarissa dan Michella berbasa-basi sebentar, lalu hendak tinggalkan tempat itu.

Namun Daffa dengan cepat mencegat kepergian mereka. Lalu menyerahkan uang yang tadi dilemparkan Renatha kepadanya pada Michella.

Akan tetapi Michella maupun Clarissa menolak menerima uang itu. Dan menyuruh Daffa memegangnya dulu. Atau Daffa mau apakan uang itu, yang penting tetap di tangan Daffa.

Sejurus Kemudian Clarissa dan Michella meninggalkan Daffa yang cuma geleng kepala. Berikutnya Rizal hanya bisa diam seribu bahasa.

★☆★☆★

1
juju Banar
lanjut
Adhie: lanjuuut...
total 1 replies
anggita
chapternya sdh banyak tpi yg mampir baca masih sdikit. klo mau promo novel bisa ke tempat kami. bebas👌
Adhie: makasih kaka...
total 1 replies
anggita
oke thor, terus berkarya tulis, semoga novel ini lancar jaya.
Adhie: terima kasih dukunggannya...
total 1 replies
anggita
wow... naga merah, kuning.
Adhie: hehehe...
total 1 replies
anggita
like👍 dukungan utk fantasi timur lokal.
anggita
gang.. red blue girl 8🙄
anggita
hadiah tonton iklan☝
anggita
tiap chapter cukup panjang 👌
Adhie: itu gaya saya dalam menulis novel kaka... biar agak puas bacanya dalam satu chapter
total 1 replies
anggita
pangeran pandu wiranata..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!