Setahun berlalu, Qian mencari tahu keberadaan gadis yang pernah menolong hidupnya, hanya bermodalkan gelang kaki sebagai petunjuk untuk Qian yang terus mencari gadis itu. Keindahannya pada gadis yang tidak ia kenal itu makin menyita hari-harinya.
Ia sudah berjanji pada dirinya untuk menikahi gadis itu bagaimana pun rupanya karena hidupnya terlalu berharga untuknya dari pada memikirkan karakter gadis yang harus ia pilih menjadi istrinya.
Setiap kali ia mencari tahu informasi tentang gadis itu sangat nihil, hingga akhirnya mereka dipertemukan dengan cara yang tidak terduga.
Bagaimana kisah mereka dimulai?
"Apakah Qian Akan menemukan gadis itu?"
"Yuk, ikuti kisah cinta mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Petunjuk
Pengacara Qian merebahkan tubuhnya setelah berjuang untuk memenangkan kasus Khansa walaupun pada akhirnya ia harus menelan rasa kecewanya pada gadis itu yang tidak ingin dibantu olehnya. Rasa penasaran Pengacara Qian seakan curiga pada satu nama yang menganggu pikirannya kini.
"Sepertinya tuan Raffa punya andil besar dalam mengintervensi kekasihnya hingga gadis itu tidak ingin mencium udara bebas.
Aku harus selidiki masalah ini lebih lanjut agar aku bisa membebaskan Khansa. Sayang aku mohon bersabarlah karena kamu tidak bersalah." Ucap Pengacara Qian lalu memejamkan matanya.
"Tuan!" Apakah anda terluka?" Bolehkah saya melihatnya?" Tanya Khansa sambil mengangkat baju kemeja Pengacara Qian lebih ke atas dadanya.
"Siapa kamu nona?" mengapa di sini gelap sekali?" Tanya Pengacara Qian sambil bergidik ngeri melihat ke sekelilingnya begitu gelap.
"Anda berada di jalan perkebunan warga. Sepertinya ada yang sengaja membuang anda di sini." Ucap Khansa lalu membuka hijabnya.
"Mengapa kamu membuka jilbabmu?"
"Karena saat ini lukamu lebih membutuhkan perawatan dan aku tidak apa melepaskan hijab ku demi menolongmu tuan. Lagian ini tengah malam tidak ada yang melihat aku kecuali anda."
"Siapa namamu nona?"
"Khansa!"
"Maukah kamu menikah dengan aku Khansa?"
"Mengapa tuan tiba-tiba melamarku?"
"Karena kamu telah menolong hidupku."
"Benarkah kamu berjanji akan menikahi aku?"
"Iya Khansa !"
"Kalau begitu, temui nenekku dan lamar aku. Bawalah gelang kaki ini agar dia percaya kamu memenuhi janjimu untuk menikahi aku." Ucap Khansa lalu meninggalkan Pengacara Qian yang sendirian berada dalam kegelapan.
"Khansa... jangan tinggalkan aku Khansa!" Di sini sangat gelap sayang. Khansa!" Aku akan menikahimu..Khansa...!" Panggil Pengacara Qian dalam tidurnya membuat peluhnya menghiasi wajah tampannya.
"Khansa!"
Mata Pengacara Qian langsung terbuka melihat dirinya saat ini sedang berada di kamarnya.
"Astaga!"
Rupanya aku hanya mimpi, tapi mimpi itu seperti nyata. Apakah benar mimpi itu bagian dari petunjuk bahwa Khansa adalah gadis penolong itu?" Gumam Pengacara Qian lirih.
Ia langsung menghubungi asistennya Fian untuk segera menjemputnya, agar bisa langsung berangkat menemui nenek Laila di kampungnya Khansa.
"Hallo Fian!"
"Hhhmm!"
"Apakah kamu bisa menjemputku?"
"Bos, lihat ini jam berapa sekarang?" Omel Fian kesal.
"Astaga!" Aku kira ini sudah pagi. Baiklah lanjutkan tidurmu!" Ucap Pengacara Qian langsung mematikan ponselnya.
"Aiiss!" Dasar bos nggak sopan!" Umpat Fian lalu meneruskan perjalanan mimpinya yang sempat tertunda.
Tidak dengan Pengacara Qian, ia sangat penasaran dengan mimpinya hingga ingin menemui Khansa secepatnya hanya ingin menanyakan gadis itu tentang gelang kaki yang ditemukannya di lokasi kejadian lima tahun lalu.
Pengacara Qian menyelesaikan pekerjaannya pagi itu karena ia harus menemui Khansa di rutan pondok bambu di mana para napi wanita berada di sana.
Setelah menunggu beberapa jam, tiba juga waktu yang ditunggu-tunggu olehnya sejak tadi. Iapun membeli makanan kesukaan Khansa dan juga bunga untuk gadis itu dan tidak lupa membawa gelang kaki itu untuk memastikan sendiri pemilik sebenarnya adalah Khansa.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pengacara Qian menunggu di ruang tunggu untuk bertemu dengan Khansa yang sedang di jemput oleh petugas sipir penjara.
Setelah menunggu sepuluh menit kemudian Khansa datang dengan wajah tertunduk lesu seakan tidak punya gairah hidup.
Khansa menatap wajah tampan Pengacara Qian yang sedang berbinar menatapnya saat ini.
"Apa yang ingin kamu katakan?" Tanya Khansa dengan wajah tidak bersahabat.
"Khansa Apakah kamu pernah kehilangan suatu benda berharga dalam beberapa tahun terakhir ini?" Tanya Pengacara Qian yang tidak ingin basa-basi karena waktu kunjungannya hanya sebentar.
"Benda?"
Khansa nampak tercenung dan iapun mengingat lagi malam di mana ia menolong seorang pria yang terluka.
"Aku kehilangan gelang kakiku saja. Tapi kenapa kamu tiba-tiba menanyakan itu?" Tanya Khansa tidak mengerti.
"Apakah kamu pernah menolong seseorang di tengah malam?"
"Iya!" Tapi aku tidak mengenali wajahnya karena terlalu gelap. Aku hanya membalut lukanya dengan obat herbal yang aku dapatkan di kebun warga.
Aku membalut luka itu dengan mengorbankan jilbabku untuk mengikat perutnya agar pria itu tidak kehilangan banyak darahnya. Setelah itu aku meninggalkannya karena takut ketangkap basah warga yang akan salah paham padaku dan lelaki itu." Ucap Khansa mengisahkan kembali kejadian malam naas itu.
Pengacara Qian tidak bisa melanjutkan pertanyaannya karena sudah jelas gadis itu adalah Khansa. Iapun menangis tanpa sungkan dengan pengunjung yang lain membuat Khansa bingung dan memperhatikan wajah Pengacara Qian yang sudah bersimbah air mata.
"Mengapa kamu tiba-tiba menangis?" Apakah kamu mengenal lelaki itu?"
"Dasar gadis bodoh!" Aku adalah pria itu Khansa. Akulah yang malam itu terluka karena tikaman senjata tajam oleh para perampok yang membuangku di perkebunan warga." Ucap Pengacara Qian sambil menggenggam tangan Khansa.
Khansa langsung syok mendengar penuturan Pengacara Qian bahwa dirinyalah yang menolong Pengacara Qian dalam keadaan terluka.
Khansa mulai menangis. Ia merasa sangat bodoh saat tidak mau mendengar penjelasan Pengacara Qian tentang gadis penolong itu yang membuat mereka akhirnya berpisah karena Pengacara Qian ingin memenuhi janjinya pada gadis penolong itu dari pada dirinya yang sudah menjadi kekasih Pengacara Qian.
"Dasar lelaki bodoh!" Mengapa kamu sembunyikan gelang kaki itu dariku. Gelang kaki yang bermotif jantung hati itu adalah pemberian ibu kandungku yang telah meninggalkan aku pada nenek Laila." Ucap Khansa sambil terisak.
"Oh Khansa!" Kenapa di momen ini kita baru dipertemukan dengan masa lalu yang pernah terjadi di antara kita.
Pantas saja saat pertama kali bertemu denganmu, aku merasa sudah mengenal kamu sebelumnya. Akkkkkk!" Ini membuat aku sangat kesal!" Pekik Pengacara Qian terlihat frustasi.
"Mengapa saat kita masih bersama kamu tidak pernah memberitahuku kalau kamu pernah mengalami luka tikaman dari para perampok?"
"Aku takut kamu akan marah jika aku menceritakan tentang kebaikan gadis itu yang telah menolongku saat itu.
Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri untuk menikahinya walaupun dia tidak secantik kamu atau sepintar kamu, aku tetap akan mencintainya.
Itulah sebabnya aku menolak menikahimu karena sumpah ku itu." Ucap Pengacara Qian.
"Hehh!" Khansa tersenyum sinis.
"Jika sangat mencintainya kenapa tidak mencari tahu dirinya dan gadis yang kamu rindukan itu setiap hari ada bersamamu menemani separuh waktumu, tapi kamu bahkan tidak menyingung dirinya sama sekali kepadaku.
Aku membencimu Pengacara Qian. Kau hanya lelaki lemah yang hanya memikirkan dirimu sendiri tanpa kamu mau tahu kehidupan orang lain. Sekarang saat aku tidak punya lagi harapan kepadamu, justru kamu datang mengusikku dengan cerita masalalu itu yang hampir membuat aku lupa." Teriak Khansa merasa sangat kecewa pada Pengacara Qian.
Khansa sabar sayang, ini belum berakhir, aku sedang mengajukan banding untuk membebaskan kamu. Sabar ya!"
"Tidak perlu!" Aku membencimu."
Khansa segera bangkit lalu meninggalkan Pengacara Qian yang masih termangu menatap dirinya.
mmg km lemot pengacara pandai ungkap perkara pelik tp tdk pandai ungkap mslh diri😵💫🙄
kalian mmg rumit sih
tinggalkan saja semua Qian toh km msh bs kerja dg keahlianmu. kl km bela kemauan kakekmu itu hya sebuah alasan sebab Allah punya jalan cerita sendiri buat umatnya