Cinta kita berbeda seperti dua garis yang tidak pernah bertemu,namun tetap saling melengkapi. kita memiliki latar belakang, keyakinan, dan impian yang berbeda. Tapi cinta kita kuat dan tak tergoyahkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda permata Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Karena tidak mendapat jawaban dari pertanyaannya, Kristian pun meniyakan pertanyaan dari Wulan " iya "jawab Kristian mengangguk!
Wulan mengangguk singkat, " malam itu mereka kan yang , ngejar gue dengan Evan ? Tanya Wulan, dan di angguki oleh Kristian.
" Mereka nggak akan berani sentuh gue " Ucapnya santai.
Kristian merespon Wulan dengan menyatukan ke dua alisnya. Masih di lihatnya gadis yang saat ini duduk bersamanya.,
Wulan menoleh melihat Kristian lalu tersenyum " Karena lo, gak bakalan biarin itu *right*? " sambungnya.
Deg deg deg deg
jantung Kristian berdegup untuk yang kesekian kalinya, wulan berbalik ke arah Kristian dan melihat respon dari Kristian ia langsung tersenyum.
" Lo sering ke sini? " tanya Wulan sambil melihat ke arah danau.
" Kadang-kadang, tempat nya tenang kalo gue ada masalah kadang ke sini, "Jawab Kristian " Lo baru pertama kali ke sini ? "Tanya Kristian lagi kepada Wulan.
" Iya, gue baru pertama kali ke sini , " Jawab Wulan tersenyum .
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22:00 malam . Lampu-lampu taman mulai meredup, menyisakan cahaya kuning pucat yang temaram, angin malam membawa hawa dingin yang mengigit memaksa para pengunjung satu persatu meninggal kan taman.
Wulan menggeliat kecil di bangku taman memeluk lengan jaketnya, " ternyata kita kelamaan ya? " ucap nya sambil melirik jam di ponselnya sambil tersenyum kaget.
Kristian ikut tertawa " padahal tadi, cuman niat duduk sebentar "
Mereka berdiri bersamaan. Kristian secara refleks membuka jaketnya dan menyampirkannya di bahu Wulan "Malam makin dingin pakai ini dulu "
Wulan menatapnya sejenak ada sesuatu dalam sikap Kristian yang terasa berbeda malam ini.Lebih perhatian lebih hangat , ia menerima jaket itu tanpa kata, tapi senyum di bibirnya cukup menjelaskan segalanya.
Mereka berjalan berdampingan menuju, tempat parkir. Langkah mereka pelan se akan, enggan mengakhiri yang terlalu indah untuk segera di tinggalkan.
Di depan motor Kristian, wulan berhenti " Terimakasih ya, udah ngajak aku ke sini " kata Wulan.
Kristian tersenyum " Aku yang harusnya bilang terimakasih udah mau nemenin aku " jawab Kristian.
Sejenak, mereka hanya saling menatap suara malam seolah menghilang , menyisakan ruang bagi rasa yang perlahan tumbuh di antara mereka.
Kristian membukakan pintu mobil kepada Wulan dan mempersilahkan Wulan untuk masuk, " Yuk pulang, gue udah izin kepada ayah lo bahwa kita tidak akan larut malam untuk pulang "Ucap Kristian.
\*\*\*\*\*\*
Pagi harinya :
Matahari mulai menyelinap perlahan lewat celah tirai kamar. Sinar hangatnya membelai wajah Wulan yang masih terlelap. Bunyi notifikasi dari ponselnya membuat nya menggeliat , lalu perlahan membuka mata.
Ia meraih ponselnya ,matanya masi setengah terbuka satu pesan masuk dari Kristian.
" Pagi... " pesan singkat. Dari Kristian
Seketika senyum menerka di wajah Wulan . Ia memeluk bantalnya , dan berguling ke sisi ranjang merasakan detak jantung nya sedikit lebih cepat. Rasanya seperti bangun di dunia yang berbeda . Dunia yang diam-diam di warnai oleh seseorang.
Setelah selesai mandi dan berpakaian biasa, karna hari ini ini adalah hari minggu.
" Lho kok semangat banget? biasanya jam segini masi mager di kasur " Ujar sang ibunda Wulan sambil menyendokan nasi goreng ke piring Wulan.
Wulan terkekeh " Nggak kok, cuman pengen bangun pagi saja bun " jawab Wulan.
Ibunya mengangkat alis, " Ada apa, kok ada yang berbeda dari anak bunda sejak cowok itu ke rumah ? " Tanya mama Wulan sambil tersenyum ke arah Wulan.