Xaveryn Graziella, seorang Tuan Putri cantik jelita yang disembunyikan selama bertahun-tahun di sebuah menara. Tidak ada yang tahu alasan mengapa Kaisar menyembunyikan Xaveryn dari dunia luar. Kehidupan Xaveryn terbilang menyedihkan, dia mendapat akhir hidup yang penuh darah dan derita.
Xaveryn menjadi Permaisuri tawanan setelah pemberontakan besar-besaran yang menghancurkan hidupnya dalam semalam. Xaveryn pun akhirnya mati seusai kekuatannya dirampas habis oleh ulah suaminya sendiri. Ketika dia membuka mata, dia selalu terbangun di hari pemberontakan terjadi. Dia menjalani kehidupan yang sama sebanyak enam belas kali. Namun, di kehidupannya yang ketujuh belas, dia kembali ke masa dia berusia lima tahun. Kali ini dewa mengirimnya ke waktu di mana pemberontakan masih jauh terjadi.
Dapatkah Xaveryn mengubah masa depan? Dapatkah dia melawan segala traumanya lalu menyelamatkan keluarganya dari kematian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xeiralana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Roh Suci
“Tidak perlu sedih, Kak, nanti aku akan sering mengirimi Kakak surat.” Xaveryn mencoba menghibur sang Kakak seraya mengusap lembut puncak kepala Claes.
Caerick merasa jijik oleh sikap Claes yang sangat berbanding terbalik dengan citra dingin yang biasa dia tunjukkan kepada orang lain. Namun, Caerick juga merasa sayang sekali sebab gadis kecil seimut Xaveryn bisa lahir sebagai anggota kekaisaran. Tiada henti dirinya bergumam di dalam hati mengenai keimutan Xaveryn.
“Apakah Kakak ke akademi bersama Tuan Muda Caerick?” tanya Xaveryn selanjutnya.
Ekspresi Claes berubah kembali setelah Xavery menyebut nama Caerick, gadis kecil itu memicu kecemburuan besar di hati Claes. Akan tetapi, Claes berupaya menyembunyikan ekspresi tidak sukanya dari hadapan Xaveryn.
“Benar, kau tidak perlu menyebutnya Tuan Muda, cukup panggil saja namanya.”
Claes menggendong Xaveryn lalu membawanya duduk di meja taman, mereka pun duduk bertiga di sana sambil menikmati waktu luang bersama. Annita dan Eris bergegas menyiapkan kudapan serta teh untuk menemani pembicaraan mereka.
“Yang Mulia, coba sekarang Anda sebut nama saya karena saya ingin mendengarnya langsung dari mulut Anda,” pinta Caerick.
“Caerick.” Xaveryn terpaksa mengabulkan keinginan Caerick, seketika itu Caerick menjerit bahagia mendengar namanya terlalu indah ketika disebut langsung oleh Xaveryn. Sementara itu, Claes menggeram sebal melihat Caerick bertingkah seperti sedang menggoda sang Adik.
“Sudah cukup! Ayo kita kembali sekarang, kau tidak boleh berlama-lama bersama Adikku di sini.”
Claes menarik kerah baju Caerick dan memaksanya pergi dari hadapan Xaveryn, dia tidak rela melihat Xaveryn berinteraksi bersama pria lain terlebih lagi pria itu merupakan temannya sendiri. Caerick melambaikan tangan sambil tersenyum riang ke arah Xaveryn, dia pasrah ditarik paksa Claes untuk pergi dari Xaveryn.
“Hei, Claes, bolehkah aku menikahi Adikmu?” Pertanyaan tersebut terlontar tanpa sadar dari mulut Caerick.
“TIDAK!” Tentu saja Claes menjawab tidak dengan cepat. “Aku takkan pernah membiarkanmu menikahi Adikku. Apabila kau masih bersikeras, kau harus menghadapiku, Alvaro, Riley, dan Kaisar.”
Caerick bergidik ngeri, baru membayangkan saja dia sudah merasakan bayangan kematian mendekatinya bila dia berhadapan dengan empat orang sekaligus. Caerick menyimpan jauh-jauh niatnya yang berniat menikahi Xaveryn. Meskipun telah digertak Claes, hal itu tidak mengurungkan niat Caerick sedikit pun.
‘Caerick Kenison, dia sangat berbeda dari yang aku temui dahulu, ternyata dia mempunyai kepribadian yang ceria saat masih anak-anak. Kira-kira kenapa dia berubah menjadi sosok yang pemurung? Aku ingin mengetahuinya karena semenjak kematian Caerick, Kak Claes menjadi pribadi yang lebih kejam. Walau Kakakku terkadang memperlakukan Caerick seenaknya, tapi dia tetaplah teman terbaik Kak Claes,’ batin Xaveryn.
Xaveryn menyoret kembali kertas yang dia isi dengan rentetan peristiwa penting di masa depan. Xaveryn juga menuliskan satu persatu penyebab kematian orang-orang penting yang berkontribusi di dalam hidupnya dan hidup keluarganya. Xaveryn tidak melupakan sedikit pun segala jenis informasi yang mengalir di ingatannya. Walaupun dia mengulang kehidupan sebanyak tujuh belas kali, kemampuan ingatan super yang dia miliki merekam setiap kejadian dengan sempurna.
“Oke, hari ini cukup segini saja, sekarang aku mau pergi ke ruang bawah tanah tersembunyi untuk melihat buku sekaligus mendapatkan informasi mengenai sihir.”
Xaveryn melompat turun dari atas kursi, langkah mungilnya menuju pintu keluar. Kala itu Xaveryn berencana mengunjungi perpustakaan buku sihir karena ada beberapa hal yang hendak dia cari tahu.
“Mau berapa kali pun aku kemari tetap saja aku masih merasa takjub, tidak tahu bagaimana bisa leluhurku mempunyai buku sihir sebanyak ini dan masih tersimpan utuh meski telah ratusan tahun berlalu,” gumam Xaveryn.
Xaveryn memulai penelusurannya dengan teliti, tapi tatkala dirinya sedang menyusuri rak buku, pandangan Xaveryn tiba-tiba tertuju pada sebuah kotak berwarna cokelat dengan ukiran vignette yang tampak tua. Xaveryn tak kuasa menahan rasa penasarannya, dia pun meraih kotak tersebut lalu membuka kotaknya,
“Kotak musik?”
Instrument musik nan merdu mengalun lembut dari kotak musik, suaranya mampu menghipnotis siapa pun yang mendengarnya. Ketika suara musiknya hampir berakhirnya, gelombang cahaya menyilaukan meledak dari kotak musik tersebut. Xaveryn sontak melempar jauh-jauh kotak musiknya, dia sangat terkejut akibat gelombang musik barusan.
“Apa itu? Kenapa muncul cahaya dari kotak musiknya?”
Xaveryn terduduk lemas sambil memperhatikan kotak musik yang tergeletak di atas lantai. Sepersekian detik mengamati, dari hadapan Xaveryn mendadak timbul seorang pria yang muncul dari kotak musik. Bola mata merah tua pria itu menatap Xaveryn, rambutnya berwarna pirang panjang membuat Xaveryn sempat menyangka kala pria itu seorang wanita. Namun, setelah diperhatikan lagi, rupanya dia seorang pria.
“Siapa kau? Kenapa kau keluar dari kotak musik?” tanya Xaveryn.
‘Rambut keemasan dan bola mata hazel,’ batin pria itu.
Pria tersebut mendekati Xaveryn, dia memindai tubuh Xaveryn dari atas sampai ke bawah tanpa ada satu pun yang dia lewati. Xaveryn masih mengamati gerak-geriknya yang terlihat mencurigakan.
“Apakah Anda keturunan Kaisar Graziella?” tanya pria itu.
“Ya, apa kau mengenal keluargaku? Aku anak bungsu dari Kaisar Graziella.”
Pria itu tiba-tiba saja bertekuk lutut di hadapan Xaveryn, hal tersebut membuat Xaveryn membatu.
“Perkenalkan, saya Roxilius, saya adalah roh suci yang menjadi penjaga kekaisaran ini dari ratusan tahun yang lalu. Saya menyapa Master, keturunan dari sang penyihir agung terkuat sepanjang masa, tolong terima salam dari saya.”
‘Apa? Roh suci? Master?’ Berbagai jenis pertanyaan mengalir masuk ke kepala Xaveryn, dia tidak memahami apa yang sedang dikatakan pria yang bernama Roxilius tersebut.
“Aku tidak tahu siapa kau, apa maksudnya roh suci? Kau menjaga kekaisaran ini selama ratusan tahun? Aku tidak tahu sama sekali tentangmu.”
Roxilius mengangkat kepalanya, ekspresinya sangat datar dan pandangannya tampak sayu.
“Begitu, ya? Rupanya Anda tidak diberi tahu apa pun soal roh suci. Selama ini saya berdiam diri di dalam kotak musik itu dan terkunci di perpustakaan penyihir agung. Meski begitu, saya tetap mengawasi keturunan penyihir agung, terutama Anda, Master. Penyihir agung memerintahkan saya untuk menjadikan Anda sebagai Tuan saya bila seorang gadis berambut keemasan lahir ke dunia ini,” jelas Roxilius.
“Jadi, leluhurku yang menciptakanmu? Aku baru tahu soal ini. Lalu apa kau diberi tugas untuk melindungiku sebagai Tuanmu?”
Roxilius mengangguk pelan, caranya menatap Xaveryn masih tetap datar, gadis kecil itu berpikir sejenak. Walau kala itu banyak pertanyaan bercabang di otaknya, tapi Xaveryn memiliki rencana baru ke depannya.
“Roxilius, apa kau bisa menggunakan sihir?” tanya Xaveryn.
“Sihir? Ya, saya bisa melakukannya.” Roxilius memercikkan sihir es dari telapak tangannya.
“Kalau begitu, maukah kau mengajariku? Sejujurnya aku bisa saja belajar dari buku, tapi aku rasa lebih baik jika diajarkan oleh seseorang secara langsung. Bagaimana? Apa kau bersedia mengajariku?”
Terimakasih karyanya Thor.
Selalu jaga kesehatan dan semangat.
Raja mah bebas.Horang khayah 😅