NovelToon NovelToon
Father Of My Children

Father Of My Children

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Patahhati
Popularitas:4.4M
Nilai: 4.5
Nama Author: Irwti Asnn

[ Beberapa Bab belum di revisi ] Mohon maaf jika tidak update, ya. 🙏


Berkisah dari seorang gadis cantik yang bernama Amelia Andini Wijaya. Gadis yang kerap disapa Amel memilik sahabat yang sudah bagaikan saudara baginya, namun sahabatnya itu malah mengkhianatinya. Sahabat Amel berselingkuh dengan seseorang yang paling Amel cintai.

Hubungan Amel kandas setelah 3 tahun bersama. Membuat Amel begitu frustasi tak dapat menerima pengkhinatan dari sahabat dan pacarnya.

Demi melampiaskan rasa sakit hatinya, Amel memutuskan untuk mencari seorang gigolo. Hingga malam itu terjadilah penyatuan tanpa cinta.

3 tahun kemudian. Amel menyandang status sebagai seorang singgle Mommy. Amel dibantu Si Tukang ojek online cantik yang dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.

Tidak disangka-sangka seorang gigolo yang melakukan malam bersama Amel adalah seorang CEO sekaligus Direktur perusahaan besar yang ada di kota H.

Bagaimana kehidupan mereka setelah itu?


Simak ceritanya di sini.😉


Happy Reading All! 📚☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irwti Asnn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

FOMC 15

Setelah semuanya keluar, kini tinggallah Azka dan Amel yang berada di ruang rapat. Azka sedikit terusik saat Amel berada di sampingnya. Bau parfum yang Amel gunakan masih sama dengan bau parfum tiga tahun yang lalu. Bau bunga lavender yang begitu pekat di rongga hidungnya, sontak membuat Azka terhipnotis.

Azka mengendus perlahan bau parfum Amel. Azka refleks meraih tangan Amel dan mengenggamnya dengan erat. Amel yang merasa ada tangan kekar yang memegang tangan kecilnya itu pun kaget bukan main.

Apa yang sedang dia lakukan. batin Amel.

"P--Pak. Ta--Tangan saya," ucap Amel gugup.

"Kenapa dengan tangan kamu," balas Azka datar. Azka masih tidak sadar dengan kelakuannya.

"I--Itu Pak," ucap Amel menunjuk tangannya yang masih digenggam oleh Azka.

Azka yang sudah sadar dengan apa yang dia lakukan, buru-buru melepaskan genggaman tangannya dari tangan Amel.

"Kamu juga pasti menikmatinya ya, kan?" tanya Azka datar pura-pura cari alasan.

Siapa juga yang menikmatinya, gerutu Amel dalam hati.

"M--Maaf Pak. Bukankah Bapak yang asal pegang-pegang tangan saya, ya?" tanya Amel tak terima dengan ucapan Azka.

Kenapa aku jadi seperti ini. Mengenggam tangannya? Pokoknya apapun itu, aku tidak mau disalahkan. batin Azka.

"Tapi, kamu juga menikmatinya, kan?" tanya Azka. Azka berdiri di depan Amel yang berada di sampingnya.

Menikmati apaan? Aku kaget, bukan menikmati. Kenapa juga Si Bongkahan Es ini berdiri tepat di depanku. Bikin sesak saja," batin Amel mengumpat, tidak berani menatap ke atas.

"Iya, kan?" ucap Azka menunduk, berjalan ke depan mendekati Amel.

Hei, Bongkahan Es! Jangan mendekatiku seperti itu! batin Amel berteriak.

Amel sontak berjalan mundur ke belakang.

Kenapa dia maju terus?Kalau begini terus, aku harus bagaimana? Huwaaa.

Amel menangis dalam hati, bingung harus bagaimana. Amel berjalan mundur karena Azka terus maju ke depan memojokannya.

"Bilang saja kalau kamu menikmatinya," Azka terus berjalan sampai Amel sudah tersandar ke dinding ruangan rapat.

"M--Maaf Pak. Ti--Tidak sopan juga, kalau di--dilihat oleh orang lain." Amel gugup setengah mati. Amel masih saja menundukkan kepala tidak berani melihat Azka. Amel berusaha mencari cara agar terlepas dari tatapan tajam Si Bongkahan Es.

Azka dengan cepat mengunci pergerakkan Amel dengan kedua tangannya, agar Amel tidak bisa menghindarinya. Kek di flim-flim itu loh, yang perempuannya berada di tengah, sementara tangan lelakinya, berada di antara dua sisi bertumpuk di dinding.

Kelinci kecil, tidak ada seorang pun yang akan berani menganggu kita jika aku ada di sini. batin Azka.

"Siapa yang berani masuk kemari?" tanya Azka. "Tatap mata saya, saat sedang bicara!" tegas Azka.

Apaan sih! Mana bisa aku menatapmu. batin Amel.

"Tatap mata saya!"

Baiklah, kalau kamu memaksa," batin Amel.

Amel mengumpulkan keberaniannya, mendongak melihat wajah yang berada di depannya. Dengan penuh keberanian, Amel menatap mata Azka walau dirinya nampak gugup.

Astaga, Si Bongkahan Es ini pakai skincare apa ya? Apa betul Pria yang ada di depanku ini adalah Pria waktu itu? Ya ampun, waktu itu hanya sekilas saja aku menatapnya. Tapi sekarang, aku dapat melihatnya dengan jelas. Matanya, bibirnya, alisnya, hidung mancungnya, seakan melihat Raka yang sudah beranjak dewasa.

Amel menatap dalam manik mata Azka dia terpesona dengan ketampanan Azka, bahkan matanya tidak berkedip sedikit pun. Azka yang melihat Amel sedang melamun pun mendekatkan wajahnya ke wajah Amel. Amel yang terkejut dengan apa yang akan Azka lakukan sontak memenjamkan matanya.

Hanya beberapa centi saja bibir mereka hampir bertemu. Tapi, Azka malah tersenyum melihat Amel yang sudah memenjamkan mata, terlintas pikiran jahil diotaknya. Azka lalu menyentil dahi Amel.

Pletak!

"Auuw, sakit! " ringis Amel, memegangi dan mengusap-usap dahinya.

"Kenapa kamu merem?" tanya Azka pura-pura, karena berhasil mengerjai Amel.

Mimpi apa aku semalam, bisa-bisanya aku berpikir bahwa Si Bongkahan Es ini, ingin menciumku. Aku malah memenjamkan mata lagi. Aarghh! Mau taruh di mana mukaku ini. Tolong siapa pun itu hilangkanlah aku dari muka bumi ini! teriak Amel dalam hati.

"Ya, ya. Ka--Karena sa--saya takut. Ya benar saya takut ... saya takut melihat wajah Bapak," ucap Amel beralasan, nyatanya wajahnya sudah seperti kepiting rebus.

"Ada apa dengan wajahmu itu? Kenapa wajahmu merah?" tanya Azka datar. "Atau jangan-jangan kamu pikir, saya akan menciummu tadi, iya kan?" sambungnya lagi memojokan Amel. Dalam hatinya tertawa senang berhasil mengerjai Amel.

Azka yang sempat memperhatikan bibir seksi milik Amel pengen rasanya ia mencicipi bibir tipis itu. Niatnya memang mencium Amel, tapi demi membalas perbuatan Amel kepadanya ia mengurungkan niatnya dan memilih menyentil dahi Amel saja.

Rasain kamu, ini pembalasan untukmu, karena kamu sering mengumpatku diam-diam. batin Azka senang.

"Masa sih! Wajah saya merah? Mungkin ruangan ini AC-nya mati kali Pak, makanya wajah saya jadi kepanasan," ucap Amel. Amel pura-pura mengusap wajahnya dan mengipas wajahnya dengan tangan.

Bisa gawat kalau sampai Si Bongkahan Es ini tahu, bahwa aku mengalami sport jantung dengan perlakuannya padaku. batin Amel.

"Kalau sudah tidak ada pekerjaan lain lagi, saya undur diri Pak," pamit Amel. Tanpa mendengar jawaban Azka, Amel pun berlari kecil keluar dari ruangan rapat itu.

"Hais ... malunya," lirih Amel pelan saat ia sedang berlari.

Amel keluar buru-buru pergi ke ruangannya. Sedangkan Azka yang masih di dalam ruangan rapat, tersenyum senang dapat mengoda Amel. Azka keluar dari ruangan dan menyusul Amel, tak di sangka Amel sudah menghilang begitu cepat. Amel ngos-ngosan setelah sampai di ruangannya.

Hosshh ... hosshh ... hosshh ...

"Aman," lirih Amel pelan.

"Untung saja sudah terbebas dari Si Bongkahan Es itu," gerutu Amel.

Tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke ruangannya tanpa permisi.

"Siapa yang kamu sebut dengan Si Bongkahan Es itu?" tanya Azka, yang sempat mendengar apa yang Amel ucapkan barusan.

"Eh itu. A--Anu Pak," ucap Amel gugup.

Mampus, ternyata dia dengar apa yang barusan kukatakan. Dasar kaki panjang! Sudah sedikit berlari saja dia dapat menyusulku dengan cepat. umpat Amel dalam hati.

"Ya sudah lupakanlah. Sebentar siang kamu temani saya makan," ucap Azka datar.

"Tidak bisakah Bapak tersenyum sedikit saat sedang mengajak seseorang untuk makan?" tanya Amel refleks mengikuti apa yang dia fikirkan.

"Dengan wajah saya ini walau tidak tersenyum pun tetap terlihat tampan di mata para wanita," ucap Azka sekenanya bangga pada dirinya sendiri.

Emang benar sih tampan, tapi kalau ekspresi sedingin Bongkahan Es begini siapa yang tahan coba. Mereka malah membeku! umpat Amel dalam hati.

"Iya deh," ucap Amel memanyunkan bibirnya.

Azka yang sempat melihat Amel memanyunkan bibirnya nampak begitu mengoda di matanya.

Jangan mengujiku seperti itu kelinci kecil! batinnya.

"Oke. Saya anggap kamu sudah setuju, dan nanti siang kita ketemuan di parkiran!" ucap Azka datar dan berlalu keluar dari ruangan Amel.

"Hei, Pak! Saya belum terima tawaran Bapak!" teriak Amel.

Azka yang sempat mendengar teriakkan Amel tidak mempedulikannya.

"Hais ... ya sudahlah ikutin Si Bongkahan Es saja," lirih Amel.

Setelah sampai di dalam ruangannya, Azka melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena rapat tadi.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" ucap Azka.

Arya masuk ke dalam ruangan saat mendengar seruan dari dalam. Azka melirik siapa yang memasuki ruangannya, setelah mengetahui orang yang masuk itu adalah Arya dia berhenti mengerjakan pekerjaannya.

"Bagaimana perkembangan dari kasus itu? Apa sudah ada hasilnya?" tanya Azka.

"Maaf Pak, sama sekali belum ada perkembangannya. Tapi, saya akan terus mencaritahu Pak," jelas Arya.

"Ya sudah, sebentar siang saya dan Amel akan pergi makan bersama, jadi terserah kamu mau makan di mana," ucap Azka datar.

"Baik Pak. Saya permisi keluar!" pamit Arya dan berjalan keluar dari ruangan Azka.

Setelah Arya menghilang dibalik pintu, Azka kembali fokus mengerjakan pekerjaannya.

🌞Siang harinya.

"Akhirnya selesai juga," ucap Amel.

Amel yang sudah selesai mengerjakan pekerjaannya, merenggangkan otot-ototnya agar sendinya tidak kaku.

Krukk ... krukk ... krukk ...

"Cacing di perutku sudah mulai mendemo," lirih Amel memegangi perutnya yang sudah berbunyi. Amel keluar dari ruangannya dan melihat ruangan Azka yang masih tertutup rapat.

Apa Si Bongkahan Es sudah selesai bekerja, ya? Hm, iya atau belum, sebaiknya aku bergegas ke parkiran saja. batin Amel.

Arya yang melihat Amel dari ruangan transparannya, yang di mana Amel sedang memperhatikan ruangan kerja Azka, melangkah keluar menghampiri Amel.

"Tuan belum selesai bekerja Nona. Nona bisa bertemu Tuan saat pekerjaannya sudah selesai nanti!" ucap Arya.

"Eh, i--iya Pak. Jika Pak Azka sudah keluar sampaikan pesan saya padanya. Saya sudah ke parkiran duluan," ucap Amel yang sedikit terkejut, pasalnya Arya berjalan tanpa bersuara.

Apa Si Kulkas ini masih manusia? Langkah kakinya saja aku tak dengar, bikin kaget saja. umpat Amel dalam hati.

"Kalau gitu saya permisi, Pak," ucap Amel dan berlalu pergi.

Amel segera turun dan memilih menunggu Azka di parkiran, seperti yang dikatakannya kepada Arya.

Azka yang baru saja selesai mengerjakan pekerjaannya berjalan keluar dari ruangannya. Ia melihat ruangan Amel yang tertutup. Saat melihat Azka keluar dari ruangannya, Arya kemudian buru-buru keluar menghampiri Azka.

Bersambung❣

1
mutiyah wiyono
Kebanyakan pov, jadi bosan bacanya
Yani Mulyani
Biasa
ani Aniati
bagian POV masing"tokoh chapt"sblmnya trllu panjang bolak balik ..
jdi rd MLS klmaan
anita
smngat thoor smg kryamu sll sukses
Vita Fatimah Pramana
Kecewa
Vita Fatimah Pramana
Buruk
Mimie Lilis
gawe keder
Mimie Lilis
maaf thor,bcanya bnyak yg aku loncat
Mimie Lilis
mbulet
ibeth wati
kan bener di cerita ini selalu agak " gimana gitu klo ada tulisan flashback😆😆😆
ibeth wati
ceritanya diulang Krn pakai POV. pemain ..maaf Thor kenapa g pakai POV authornya saja biar TDK di ulang"
Endang Nurhayati
alamak, anak diculik mak bapaknya santui bingit gregetan aku mah
As Thyen
Arya cembukur😂😂😂
Hana Camelia
lumayan sih ceritanya
Nur Suci Aeni
males banget di ulang"
Nur Suci Aeni
sebenarnya ceritanya bagus cuma terlalu banyak cerita ulang
MM TJ
Jejak, faforitkan 🥰
semangat thor
Utry Hajir
makasih 🥰
Utry Hajir
Luar biasa
Sulfia Nuriawati
suka crtanya cm maaf y thor agak sliw motion utk sampe k pernikan amel, sm hubungan arya k ayu🙏🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!