Hallo guyss ini novel aku tulis dari 2021 hehe tapi baru lanjut sekarang, yuks ikutin terus hehe.
Bagaimana jadinya jika seorang pria mengajak wanita tak dikenal membuat kesepakatan untuk menikah dengannya secara tiba tiba? ya itu terjadi dengan Laura dan Alva yang membuat kesepakatan agar keduanya menjadi suami istri kontrak, dalam pernikahan mereka banyak rintangan yang tak mudah mereka lewati namun dalam rintangan itulah keduanya dapat saling mengenal satu sama lain sehingga menimbulkan perasaan pada keduanya.
apakah pernikahan mereka akan berakhir setelah kontrak selesai atau mereka memilih mempertahankan pernikahan? yuk ikuti terus kisah Alva dan Laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
"kak Laura kenapa diam saja diperlakukan seperti tadi ishh kesal sekali," ucap Aliva.
Perkataan itu sudah sekian kali ia ucapkan selama berada dibutik, Laura menjawab dengan senyum tipis sembari memperhatikan Karin mengukur tubuh gadis mungil itu.
"Biarkan saja nanti juga bosan sendiri," kata Laura.
"Kakak jangan mau dibodohi terus menerus seperti itu," ujar Aliva ketus.
Jika aku melawan sedikit saja maka papa akan menjadi tameng pertahanan Celine dan aku yang mendapat hukuman jadi diam lebih baik, batin Laura.
"Hay semuanya," sapa Alvi.
"Kak Alvi."
"Alvi aku belum menyelesaikan rancangan untukmu," ucap Laura sedikit panik karena bagaimanapun juga Alvi tetaplah seorang klien.
"Siapa yang ingin menagih rancangan, aku ingin membeli beberapa pakaian apa ada masalah?"
Aliva bingung sendiri kenapa tiba-tiba Alvi sangat rajin berbelanja karena setahunya asisten pria itu yang selalu mengurus kebutuhan Alvi luar dalam.
"Mm? Baiklah Karin beritahu yang lain untuk menyiapkan beberapa pakaian untuk tuan Alvi," ucap Laura.
"Baik nona."
"Aku tidak mengerti fashion jadi bisakah kau menemaniku," kata Alvi.
Cihh dasar laki laki kaku kenapa modusnya sangat umum, harusnya jangan terlalu jelas, batin Aliva.
"Baiklah kak karena aku sudah selesai jadi aku harus pulang, mama papa pulang hari ini," ucap Aliva menyudahi percakapan.
"Baiklah hati hati dijalan," kata Laura.
Alvi mengedipkan sebelah mata karena adiknya sangatlah peka padahal gadis tidak memiliki pengalaman dengan sebuah percintaan.
"Sebelah sini tuan," ucap Karin.
Laura pun mempersilahkan Alvi untuk masuk kedalam sebuah ruangan untuk memilih jas yang ia inginkan.
"Pengunjung butik mu sangat ramai setiap harinya," ucap Alvi.
"Yaahh aku bersyukur atas itu," kata Laura sembari memberikan jas berwarna abu untuk dicoba oleh Alvi.
"Aku tidak heran, aku sering mendengar istri para pejabat senang mengunjungi butik ini dan saat acara penting mereka mengenakan gaun atas nama Angeline fashion," tutur Alvi.
Laura tersenyum tipis sembari menyuruh Alvi masuk kedalam ruang ganti.
Aku tidak pernah menyentuh hasil dari butik, pendapatan langsung masuk kedalam rekening papa tapi tidak masalah karena aku menginginkan butik untuk menyalurkan inspirasi hanya itu, batin Laura.
Alvi keluar dari ruang ganti dan memakai jas abu senada dengan bawahannya dengan kemeja berwarna putih serta detail istimewa disampingnya.
"Bagaimana dengan ini?" Tanya Alvi.
"Menarik hanya saja kau akan ditertawakan mengenakan ini saat meeting di kantor," jawab Laura dengan tawa pelan.
"Kurasa ini sudah bagus kenapa harus ditertawakan."
"Alvi ini pakaian untuk acara tertentu, lepas dan ganti dengan ini," kata Laura sembari memberikan jas lain.
Alvi mengangkat bahu dan kembali mengganti jas, selama ini urusan pakaian ia serahkan pada asisten jadi dia tidak terlalu mengerti soal fashion.
Tring
Pulang ~ jangan peduli.
Laura membaca pesan dari Alva yang ia berikan nama jangan peduli dalam kontaknya.
Apa ada masalah? ~ Laura.
Pulang! ~ jangan peduli.
Iya tunggu sebentar ~ Laura.
Sekarang Laura ~ jangan peduli.
Hahh!
"Karin tolong layani Alvi, aku harus pulang karena ada urusan," ucap Laura.
"Baik nona," kata Karin.
"Aku titip butik padamu ya."
"Siap nona," jawab Karin dengan semangat.
"Baiklah terimakasih."
Laura pergi mengambil tasnya dan keluar dari butik dengan taksi.
Beberapa saat kemudian Laura sampai didepan rumah dan langsung masuk kedalam menemui Alva.
Kau dimana? ~ Laura.
Dikantor ~ jangan peduli.
Lalu kenapa menyuruhku pulang? ~ Laura.
Kau dirumah? ~jangan peduli.
Ya ~ Laura.
Bagus istirahat yang cukup ~ jangan peduli.
"Aku kira dia marah," gumam Laura.
Karena sudah terlanjur dirumah Laura memutuskan untuk beristirahat dikamarnya toh tidak ada siapa siapa sebagai lawan bicaranya jadi untuk apa diluar.
Laura kembali membuka buku rancangan nya untuk merevisi keinginan