"Di bawah lampu panggung, mereka adalah bintang. Di bawah cahaya bulan, mereka adalah pemburu."
Seoul, 2025. Industri K-Pop telah berubah menjadi lebih dari sekadar hiburan. Di balik gemerlap konser megah yang memenuhi stadion, sebuah dimensi kegelapan bernama The Void mulai merayap keluar, mengincar energi dari jutaan mimpi manusia.
Wonyoung (IVE), yang dikenal dunia sebagai Nation’s It-Girl, menyimpan beban berat di pundaknya. Sebagai pewaris klan Star Enchanter, setiap senyum dan gerakannya di atas panggung adalah segel sihir untuk melindungi penggemarnya. Namun, kekuatan cahayanya mulai tidak stabil sejak ancaman The Void menguat.
Di sisi lain, Sunghoon (ENHYPEN), sang Ice Prince yang dingin dan perfeksionis, bergerak dalam senyap sebagai Shadow Vanguard. Bersama timnya, ia membasmi monster dari balik bayangan panggung, memastikan tidak ada satu pun nyawa yang hilang saat musik berkumandang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14 : Decoding the Groove
Langit di atas Seoul kini bukan lagi milik manusia. Bulan Merah (Blood Moon) menggantung rendah, memancarkan cahaya merah tembaga yang membuat bayangan setiap orang di stadion tampak memanjang dan bergerak sendiri. Di atas panggung altar, Wonyoung dan Sunghoon berdiri di pusat badai energi.
Mr. Oh berdiri di pinggir panggung, tongkat peraknya terangkat tinggi. Wajahnya yang biasanya licin dan rapi kini mulai retak, menyingkapkan kulit bersisik hitam di baliknya. "Kalian pikir kalian bisa mengakali aku dengan resonansi murah ini? Aku adalah orang yang menciptakan melodi kehidupan kalian!"
Ia mengayunkan tongkatnya, dan gelombang energi ungu gelap melesat ke arah Leeseo dan Ni-ki yang berada di posisi formasi sayap.
"Tidak!" teriak Wonyoung.
Di saat kritis itu, Han yang berada di bawah panggung melepaskan gelombang energi Bumi. Sebuah perisai transparan berwarna hijau zamrud muncul melindungi para member termuda. Serangan Mr. Oh membalul, namun Han jatuh berlutut, napasnya tersengal. Mengimbangi kekuatan Mr. Oh sebagai manusia biasa adalah beban yang hampir mustahil.
"Sunghoon! Kita harus memecahkan kode piringan ini sekarang, atau Han akan mati menahan serangan berikutnya!" Wonyoung berteriak melalui batinnya.
"Aku butuh waktu! Kode di dalam Vinyl ini terkunci oleh frekuensi lagu yang sedang kita nyanyikan!" jawab Sunghoon.
Inilah yang disebut dengan Decoding the Groove.
Setiap lagu yang diciptakan Mr. Oh untuk IVE dan ENHYPEN selama ini ternyata adalah bagian dari algoritma pengunci memori. The Genesis Vinyl bukan sekadar piringan hitam; ia adalah kunci yang hanya bisa terbuka jika nada-nada tertentu dinyanyikan dengan emosi yang tepat.
"Jake! Jay! Bantu aku menstabilkan irama!" seru Sunghoon.
Jake dan Jay mulai merubah koreografi mereka secara spontan. Mereka tidak lagi mengikuti ketukan lagu yang diputar di speaker stadion. Mereka mulai menghentakkan kaki ke lantai panggung dengan ritme kuno—ritme detak jantung Hunter.
Tum-tak.
Tum-tak.
Suara hentakan kaki mereka merambat melalui sensor piezoelektrik di bawah panggung, masuk ke dalam sistem audio, dan mulai merusak frekuensi Void yang dipasang Mr. Oh. Di layar raksasa stadion, gelombang audio yang tadinya berbentuk tajam dan hitam, mulai berubah menjadi pola fraktal emas yang indah.
Wonyoung memejamkan mata. Ia mulai menyanyikan melodi yang tidak ada di dalam skrip. Itu adalah melodi yang ia dengar di dalam mimpinya sebuah lagu pengantar tidur dari masa Joseon yang dulu sering ia nyanyikan bersama Sunghoon di bawah pohon pinus.
Saat suara Wonyoung menyentuh nada tinggi yang murni, pecahan-pecahan Vinyl yang ada di tangan mereka semua mulai berputar di udara. Mereka tidak lagi berbentuk kepingan tajam, melainkan menyatu membentuk satu piringan besar yang melayang di tengah panggung.
Seketika, sebuah proyeksi hologram raksasa muncul dari piringan itu, menyelimuti seluruh stadion. Semua orang—jurnalis, fans, dan staf terdiam kaku. Mereka sedang melihat memori kolektif yang selama ini disembunyikan.
Memori Masa Lalu – 300 Tahun Lalu.
Hologram itu memperlihatkan sosok Mr. Oh di masa lalu. Ternyata, dia adalah seorang musisi kerajaan yang gagal dan merasa iri pada kekuatan abadi klan Star dan Shadow. Ia adalah orang yang mengkhianati ritual penyegelan pertama.
"Kalian tidak pantas memiliki keabadian ini!" suara Mr. Oh versi masa lalu menggema di seluruh stadion. "Aku akan memecah piringan ini dan menciptakan dunia di mana aku adalah konduktor tunggal dari semua jiwa!"
Penonton di stadion mulai tersadar. Mereka melihat bagaimana Mr. Oh membunuh orang tua Wonyoung di masa lalu, dan bagaimana ia menjebak Sunghoon ke dalam sumpah dingin yang membuatnya kehilangan emosinya.
"Itu... itu nyata?" bisik salah satu penggemar di barisan depan. Kamera jurnalis yang tadi hanya fokus pada skandal kencan, kini merekam bukti sejarah supernatural yang tak terbantahkan.
"HENTIKAN!" Mr. Oh meraung. Rahasianya terbongkar di depan seluruh dunia. "Kalian tidak berhak melihat itu!"
Ia melepaskan seluruh energi Void-nya, mengubah dirinya menjadi monster raksasa dengan banyak tangan yang terbuat dari pita kaset hitam yang tajam. Ia menerjang ke arah Wonyoung dan Sunghoon.
"Sekarang, Sunghoon! The Final Groove!" teriak Wonyoung.
Wonyoung dan Sunghoon melompat ke arah piringan Genesis yang sudah utuh di udara. Mereka meletakkan tangan mereka di atas piringan yang sedang berputar cepat itu.
Syncing...
100%...
120%...
OVERLOAD!
Cahaya putih murni meledak dari pusat panggung. Namun kali ini, cahaya itu tidak melesat ke langit. Cahaya itu merambat ke seluruh kabel optik di stadion, masuk ke dalam kamera-kamera yang sedang menyiarkan secara live, dan memancar melalui layar ponsel jutaan orang di seluruh dunia.
Ini adalah pembersihan massal. Energi negatif yang tadinya terkumpul dari kebencian netizen dan ketakutan fans, seketika ternetralisir oleh frekuensi kejujuran dari memori yang baru saja mereka lihat.
"Rantainya... rantainya lepas!" Yujin berseru kegirangan saat melihat tanda kontrak darah di pergelangan tangannya memudar dan menghilang.
Mr. Oh terhempas ke belakang, tubuh monsternya mulai hancur karena ia tidak lagi memiliki pasokan energi negatif untuk dimakan. "Tidak mungkin... emosi manusia... seharusnya tidak semudah ini berubah..."
"Kau salah, Mr. Oh," ucap Sunghoon sambil berjalan mendekat, pedang esnya kini bersinar dengan cahaya keemasan. "Kau menggunakan musik untuk menjebak kami, tapi kau lupa bahwa musik diciptakan untuk membebaskan jiwa."
Wonyoung berdiri di samping Sunghoon, busur cahayanya terentang lebar, membidik tepat ke jantung Mr. Oh. "Permainan selesai, Produser. Encore-mu sudah berakhir."
Dengan satu serangan gabungan, piringan Genesis melepaskan gelombang kejut terakhir. Mr. Oh lenyap dalam pusaran cahaya, berubah menjadi debu hitam yang tertiup angin malam. Portal di atas stadion tertutup dengan dentuman lembut, meninggalkan langit Seoul yang kembali biru gelap dengan bintang-bintang yang mulai terlihat.
Stadion menjadi sangat sunyi. Tidak ada musik. Tidak ada sorak sorai. Hanya suara napas terengah-engah dari keempat belas idola yang berdiri di atas panggung.
Wonyoung menatap Sunghoon. Ia merasakan sesuatu yang aneh. Rasa lapar akan energi yang biasanya menghantuinya setiap saat, kini menghilang. Ia menyentuh dadanya; ia bisa merasakan jantungnya berdetak dengan ritme yang lambat dan hangat.
"Sunghoon-ssi..." bisik Wonyoung. "Aku... aku bisa merasakan kedinginan angin ini. Bukan dingin yang biasa."
Sunghoon menyentuh wajahnya sendiri. Ada air mata yang mengalir di pipinya sesuatu yang tidak pernah bisa ia lakukan selama tiga ratus tahun. "Aku bisa menangis, Wonyoung-ah. Aku bisa merasakannya."
Han naik ke atas panggung dengan langkah gontai, tersenyum lemah. "Piringan itu sudah menghancurkan kutukan abadi kalian. Kalian telah memberikan keabadian kalian untuk menyelamatkan mereka."
Wonyoung melihat ke arah para member lainnya. Leeseo, Ni-ki, Gaeul, Jake, Jay, Yujin, dan semua member IVE serta ENHYPEN berlari ke tengah panggung, saling berpelukan dan menangis. Mereka tidak lagi berada di bawah ancaman kematian. Mereka bebas.
Namun, di tengah kebahagiaan itu, Wonyoung melihat ke arah kamera yang masih menyala. Jutaan orang baru saja melihat siaran langsung paling gila dalam sejarah.
"Apa yang akan kita katakan pada dunia besok?" tanya Jay sambil melihat kekacauan di stadion.
"Kita akan mengatakan yang sebenarnya," jawab Sunghoon sambil menggenggam tangan Wonyoung. "Bahwa kita hanyalah orang-orang yang ingin bernyanyi, dan kebetulan, kita baru saja menyelamatkan dunia."
Tiba-tiba, piringan Genesis yang melayang di udara pecah menjadi butiran debu emas yang cantik, menyirami seluruh stadion seperti salju di malam musim panas. Memori semua orang tentang "sihir" itu mungkin akan memudar karena sifat energi Genesis yang hanya bisa diingat oleh jiwa yang murni, namun perasaan cinta dan perlindungan yang dirasakan fans malam itu akan menetap selamanya.
Bab 14 ditutup dengan runtuhnya kekuasaan Mr. Oh dan hilangnya keabadian Wonyoung serta Sunghoon. Mereka kini memulai hidup baru sebagai manusia biasa, di tengah karier idola mereka yang kini berada di puncak yang tak terbayangkan.
Namun, di puing-puing tempat Mr. Oh menghilang, sebuah piringan hitam kecil berwarna perak—yang tidak disadari oleh siapa pun—masih berputar pelan. Lagu baru baru saja dimulai.