Gania Anjasmara, ialah putri tunggal dari pasangan Arya Anjasmara dan Miranda. Di usianya yang baru menginjak usia 3 tahun, Gania harus kehilangan sang Mama untuk selama-lamanya. Kini 15 tahun telah berlalu, Gania telah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan tangguh pastinya karena sejak kecil ia hanya hidup berdua bersama Papanya. Terkadang ia juga dititipkan dirumah Neneknya karena Papanya sibuk bekerja. Bagaimanakah kelanjutan ceritanya? Penasaran? Simak terus ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delatama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejujuran Papa
Sore itu, terlihat mobil Papa Arya tiba di rumah.
Kemudian Papa Arya turun dari mobil dengan Nenek
"hah Nenek kesini?" tanya Gania sambil mencium tangan Neneknya
"iya sayang, malam ini Nenek tidur sini boleh?"
"boleh dong nek" jawab Gania
"ya sudah kita masuk" ajak Papa Arya
Setibanya di dalam rumah, Papa Arya pamit untuk membersihkan diri terlebih dahulu
"Papa mandi dulu ya Ga"
"iya Pa"
"Gania sini kita nonton TV aja" ajak Nenek
Lalu Gania menghampiri
"Ga, udah selesai ya Ujian Nasionalnya?"
"udah Nek"
"oh iya kata Papamu kamu mau keluar sama temenmu? udah pulang apa ngga jadi?"
"ngga jadi hari ini Nek, Gania undur. Gania ngerasa capek" jawab Gania
"hmm kamu mau makan apa malam ini? biar Nenek masakin"
"terserah Nenek aja, Gania ngikut. Apapun masakan Nenek Gania selalu suka"
"hmm kamu ini, ya sudah sebentar lagi Nenek mau bantu Bi Asih"
"em ngomong-ngomong Nenek kok tumben kesini?"
Nenek hanya tersenyum, sebenarnya ia ingin jujur kepada Gania tentang kondisi Papanya namun sepertinya waktunya belum tepat
"Nek, Gania tuh kangen banget keluar sama Papa. Udah lama banget semenjak Gania fokus Ujian Nasional kita ngga pernah keluar bareng lagi"
"Ya Allah bagaimana bisa aku memberitahu cucuku tentang hal ini, memandang wajahnya saja aku tak tega" ucap Nenek dalam hati
Kemudian Papa Arya mengagetkan Gania dan Nenek yang sedang duduk di sofa
"Hayooooo"
"aah Papa!" kemudian Gania mencubit Papa Arya
"hahaha Ibu sama Gania kenapa diem?" tanya Papa
"Ibu mau bantu Bi Asih dulu ya" kemudian Nenek pergi menuju dapur
"Ga, tadi ngga jadi keluar ya?" Papa Arya mendekati Gania
"engga Pa, capek. Besok aja kayanya"
"kemanapun Gania pergi, yang penting Gania harus bisa jaga diri. Gania kan anak Papa satu-satunya" ucap Papa sambil mengusap rambut putrinya
"iya Pa iya, Gania tuh bisa banget jaga diri hahaha"
"Pa, sehat terus ya biar Papa bisa lihat Gania sukses kelak" imbuhnya
Kemudian Papa Arya memeluk Gania dengan sangat erat
"Gania sayang sama Papa?" tanya Papa
"sayang banget Pa"
"misalkan Papa ada sesuatu yang Gania ngga tahu, Gania marah ngga?"
"maksud Papa? jangan jangan Papa mau nikah lagi? Engga pokoknya Gania ngga akan ngizinin Papa nikah"
"hahaha Papa ngga mungkin nikah lagi Ga, sekarang Papa hanya fokus membesarkan Gania dan merawat Nenek"
Beberapa jam kemudian
"Gania ayo makan malam" ajak Nenek
Kemudian mereka makan malam bersama sampai sangat kenyang, karena masakan Nenek Gania dan Bi Asih memang tiada duanya hahaha.
"Gania balik ke kamar dulu ya Pa, Nek"
"ehh jangan dulu Ga. Papamu mau ngomong sesuatu sama Gania" ucap Nenek
Gania berbalik dengan menampakkan wajah kagetnya
"ngomong apa Pa?" tanya Gania
"kita ke ruang keluarga lantai atas aja" ajak Nenek
Kemudian Papa dan Gania menuruti ajakan Nenek untuk membicarakan hal itu di ruang keluarga, setibanya disana
"Gania, maafin Papa ya" ucap Papa dengan suara bergetar, kemudian Papa memeluk Gania
Gania melihat Papa dan Nenek meneteskan air matanya
"ada apa Pa, Nek? kok nangis?"
"Papa bingung harus mulai darimana, kalau nanti Gania mau marah sama Papa marah aja, Papa akan menerimanya" ucap Papa kemudian melepas pelukannya
"Papa kenapa ngomong gitu?" Gania mulai cemas
"Nak, maafin Papa ya selama ini Papa belum jujur sama Gania"
"Papamu sebenarnya sakit. Sudah beberapa minggu Papamu menyembunyikan hal ini karena ia takut akan menganggu konsentrasi belajarmu. Papamu sengaja berbohong karena ia tidak mau nilai ujianmu buruk. Tolong jangan marah ya Nak" Nenek menjelaskan semua
Gania kemudian berlinang air mata, ia bingung harus berkata apa
"Papa minta maaf ya Ga" ucap Papa Arya yang sedari tadi matanya sudah basah
Gania hanya mengangguk kemudian memeluk Papa
"mulai besok Papa ngga usah pergi ke kantor, Gania ngga mau Papa lebih sakit. Gania udah ngga punya Mama, Gania ngga bisa kalau nanti kehilang....."
Dengan cepat Papa memotong pembicaraan Gania
"ssstt Papa akan berjuang untuk membaik. Gania tetap akan bersama Papa, bersama Nenek juga"
"mulai dari sekarang, Gania akan melakukan yang Papa inginkan. Gania ingin membahagiakan Papa"
Papa kemudian menyeka air mata Gania
"Papa sudah lega karena Papa bisa jujur dengan Gania. Papa sayang sama Gania. Jaga diri baik baik ya Nak. Kalau begitu, sekarang kita kembali ke kamar"
Kemudian semua kembali ke kamar masing-masing.
***
Dear pembaca setia
Maaf ya Author telat up karena Author banyak tugas yang harus segera dikumpulkan :)
Terimakasih
Lebih real dalam penyampaian bagaimana pasutri menyikapi suatu pernikahan dan perkembangan anak
semoga novel selanjutnya tetap menarik ya Thor..tidak terjebak dg gaya novel lainnya yg terlalu ekstrim, banyak pelakor, mertua jahat, suami kejam dsb😘😘
go...semangat