CEO dingin Ardan Hidayat harus bertunangan dalam tiga bulan demi warisan. Ia memilih Risa Dewi, gadis keras kepala yang baru saja menghancurkan kuenya, untuk kontrak pertunangan palsu tanpa cinta. Tapi saat mereka hidup bersama, rahasia keluarga Risa sebagai Pewaris Tersembunyi keluarga rival mulai terkuak. Bisakah kepura-puraan mereka menjadi kenyataan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ᴛʜᴇ ꜱᴀᴅɪᴇ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Investigasi Tersembunyi dan Ancaman Bima
Pesan anonim dari Bima—yang merujuk pada uang dan kejutan di altar—menghantui Risa. Ia tahu bahwa ancaman ini jauh lebih berbahaya daripada spekulasi tentang latar belakangnya. Jika Bima mampu merusak stabilitas keuangan Ardan di hadapan investor dan media, seluruh kekaisaran Hidayat Group bisa runtuh, dan wasiat itu akan secara otomatis jatuh ke tangan Bima.
Risa memutuskan untuk tidak memberi tahu Ardan. Ardan sudah tenggelam dalam urusan perusahaan dan persiapan pernikahan yang rumit. Risa harus bertindak sendiri.
Ia mulai memanfaatkan aset yang ia peroleh dari kontrak: koneksi. Risa menghubungi Pak Hadi, kepala sekretaris Ardan, yang kini telah menaruh kepercayaan besar padanya. Risa meminta pertemuan rahasia.
"Pak Hadi, saya butuh bantuan, dan ini harus dirahasiakan dari Tuan Ardan," Risa memulai, saat mereka bertemu di sebuah restoran yang tenang.
Pak Hadi tampak cemas. "Ada apa, Nona Risa? Apakah ini tentang Bima lagi?"
"Ya. Saya mendapat informasi samar bahwa Bima sedang merencanakan sesuatu yang besar. Sesuatu yang akan menyerang Ardan pada hari pernikahan kita, terkait dengan keuangan perusahaan," jelas Risa, sambil menunjukkan pesan Bima yang ambigu.
Pak Hadi mengerutkan kening, wajahnya menjadi gelap. "Bima adalah ular. Dia telah lama mencoba mencari celah. Tapi keuangan Tuan Ardan sangat ketat. Apa yang bisa dia lakukan?"
"Terkait pengeluaran besar," Risa mendesak. "Apakah ada proyek yang melibatkan sejumlah besar uang tunai yang harus dibayarkan, atau pengeluaran yang tidak tercatat, yang bisa digunakan Bima untuk menuduh Ardan melakukan penggelapan?"
Pak Hadi berpikir keras. Ia kemudian mengingat sebuah insiden yang telah lama ia lupakan.
"Ada satu hal, Nona Risa. Beberapa bulan lalu, Tuan Ardan melakukan pembelian pribadi yang sangat besar. Sebidang tanah di luar kota, dibayar tunai. Itu adalah pengeluaran yang tidak dicatat sebagai aset perusahaan, melainkan sebagai dana pribadi, dan dilakukan secara rahasia. Saya tidak pernah tahu untuk apa tanah itu."
Risa merasakan firasat buruk. "Berapa jumlahnya? Dan mengapa Ardan harus merahasiakannya?"
"Jumlahnya sangat besar, Nona. Dan Tuan Ardan bersikeras bahwa transaksi itu harus disembunyikan dari dewan direksi. Jika Bima mengetahui tentang dana tunai yang keluar dari kas pribadi Ardan tanpa penjelasan, dia bisa menuduh Tuan Ardan mengalihkan dana perusahaan untuk kepentingan pribadinya, tepat sebelum penandatanganan kesepakatan Taiwan. Itu akan menjadi bencana."
Risa tahu Bima pasti akan memutarbalikkan fakta ini. "Saya harus mencari tahu untuk apa tanah itu. Saya harus membuktikan bahwa ini bukan penggelapan."
"Tuan Ardan tidak akan pernah mengatakan. Dia tidak akan percaya Anda," kata Pak Hadi pesimis.
"Kalau begitu, saya harus pergi ke lokasi itu," putus Risa.
Risa harus membuat alasan agar bisa pergi dari penthouse tanpa dicurigai Ardan. Ia mengatakan kepada Ardan bahwa ia membutuhkan sesi fitting gaun pengantin terakhir.
Ardan, yang sedang sibuk mempersiapkan kesepakatan akhir Taiwan, hanya mengangguk setuju. "Hati-hati, Risa. Jangan berkeliaran. Aku akan menelepon pengawalku."
Risa meyakinkan Ardan bahwa ia akan ditemani Nyonya Rina. Namun, begitu berada di mobil, Risa meminta sopir untuk membawanya ke alamat terpencil yang diberikan Pak Hadi.
Perjalanan itu membawa Risa keluar dari kemewahan Jakarta ke daerah yang lebih tenang, tetapi juga terasa terabaikan. Risa merasa jantungnya berdebar kencang saat mobil mereka berhenti di depan sebuah pagar tinggi.
Ketika Risa turun, ia melihat sebidang tanah yang luas dan sunyi. Pagar itu tertutup rapat.
Risa berjalan di sepanjang pagar, mencari celah. Akhirnya, ia menemukan sebuah gerbang kecil yang tampak tidak dikunci. Ia menyelinap masuk.
Di dalam, Risa menemukan tanah itu kosong, kecuali beberapa tiang pancang. Namun, di tengah-tengah lahan, ada sebuah papan nama yang setengah tertutup semak-semak. Risa membersihkan papan itu dengan tangan.
Apa yang ia lihat membuat Risa membeku. Itu bukan proyek real estat komersial atau tempat peristirahatan pribadi mewah.
Papan itu bertuliskan: "Proyek Panti Jompo dan Pusat Perawatan Keluarga Wulan Hidayat. Dibangun atas Donasi Pribadi Tuan Ardan Hidayat."
Risa merasa matanya memanas. Itu adalah panti jompo. Nama Nenek Wulan ada di sana.
Ardan tidak membeli tanah itu untuk kepentingan pribadinya. Ia membelinya untuk membangun panti jompo atas nama Nenek Risa, sebuah proyek amal pribadi yang besar, yang sengaja ia sembunyikan karena ia tidak ingin dewan direksi menuduhnya "membeli" tunangannya.
Ardan bukan hanya CEO yang dingin. Di balik semua keangkuhannya, ia adalah seorang pria yang diam-diam melakukan tindakan kebaikan besar, menggunakan dana pribadinya untuk menghormati satu-satunya keluarga Risa.
Air mata menetes di pipi Risa. Ia menyadari betapa salah penilaiannya terhadap Ardan, dan betapa besar pengorbanan yang Ardan buat untuk melindungi Risa, bahkan tanpa memberitahunya.
Risa buru-buru mengambil beberapa foto papan nama dan tanah itu. Ia harus kembali ke Jakarta. Ia punya senjata. Ia punya bukti cinta dan kejujuran Ardan.
Namun, saat Risa berlari kembali ke mobil, ia melihat sebuah mobil hitam lain melaju pelan melewati pagar. Di kursi penumpang, ia melihat wajah yang ia kenali dengan rasa ngeri: Bima.
Bima pasti mengikutinya. Ia melihat Risa di lokasi itu. Rencana Risa untuk mendapatkan informasi secara rahasia telah menjadi bumerang. Bima kini tahu bahwa Risa telah mengendus rencana sabotase, dan yang lebih penting, ia tahu di mana tepatnya Ardan menyembunyikan rahasianya.
Risa bergegas masuk ke mobilnya. Pertarungan kini menjadi sangat pribadi. Bima akan menggunakan informasi ini, memutarbalikkannya, dan menyerang mereka di hari pernikahan.