Aini adalah seorang istri setia yang harus menerima kenyataan pahit: suaminya, Varo, berselingkuh dengan adik kandungnya sendiri, Cilla. Puncaknya, Aini memergoki Varo dan Cilla sedang menjalin hubungan terlarang di dalam rumahnya.
Rasa sakit Aini semakin dalam ketika ia menyadari bahwa perselingkuhan ini ternyata diketahui dan direstui oleh ibunya, Ibu Dewi.
Dikhianati oleh tiga orang terdekatnya sekaligus, Aini menolak hancur. Ia bertekad bangkit dan menyusun rencana balas dendam untuk menghancurkan mereka yang telah menghancurkan hidupnya.
Saksikan bagaimana Aini membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bollyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab18: Seserahan Murahan
Pikiran Aini kacau balau setelah dengar ucapan Pak Wijaya tadi sore. Rasanya ada sesuatu yang disembunyiin darinya. Lagi enak-enak ngelamun, tiba-tiba HP Aini yang ada di sampingnya bunyi.
Ting!
Ada pesan masuk. Pas Aini lihat, ternyata itu kiriman dari Siska.
"Foto apaan nih yang dikirim Siska?" gumam Aini penasaran. Begitu fotonya kebuka, jantung Aini rasanya kayak mau copot.
Di situ kelihatan jelas sekali Varo lagi asyik berduaan sama Cilla. Bukan di kantor, tapi lagi makan di restoran mewah pinggir pantai yang pemandangannya bagus banget. Mereka kelihatan nempel banget, ketawa-ketiwi sambil nikmatin seafood yang porsinya gede banget. Ada lobster, kepiting, udang—semua makanan mahal ada di situ.
"Gila kamu l ya, Mas... Bisa-bisanya kamu foya-foya sama selingkuhan, sementara aku yang jadi istri sah kamu nggak pernah kamu ajak ke tempat kayak gini," bisik Aini sambil nahan tangis yang berubah jadi amarah.
"Aku minta makan enak dikit aja kamu pelitnya minta ampun, bilangnya harus hemat uang, ternyata malah buat manjain cewek ular itu."
Nggak lama, Siska langsung telepon Aini.
"Halo, Ai. Lo udah lihat kan foto yang gue kirim tadi?" tanya Siska langsung.
"Udah, Sis. Itu beneran mereka tadi siang?" suara Aini gemeteran.
"Beneran, Ai. Gue yang liat sendiri. Gila ya, mereka mesra banget kayak nggak ada beban, nggak peduli sama sekali kalau ada orang yang kenal," sahut Siska ikut kesel.
Aini narik napas panjang.
"Sumpah ya, Sis. Rasanya gue pengen banget datengin mereka terus gue maki-maki di depan umum!"
"Tahan, Ai. Jangan main fisik dulu. Foto itu simpen buat bukti maut lo nanti. Biar mereka nggak bisa ngeles lagi kalau waktunya tiba," nasihat Siska.
"Gue takut nggak kuat, Sis. Rasanya dendam banget gue liat mereka ketawa di atas penderitaan gue," keluh Aini.
Siska ketawa kecil, coba buat suasana nggak tegang.
"Jangan sampe khilaf ya lo. Lo kan aslinya baik, jangan sampe tangan lo kotor gara-gara ngurusin sampah kayak mereka."
"Iya, Sis. Makasih ya udah bantuin gue terus. Tumben lo omongannya bener hari ini," canda Aini dikit.
"Sialan lo! Gue kan emang pinter, ya jelas waras lah!" balas Siska yang bikin Aini lumayan terhibur.
Habis tutup telepon, Aini keluar kamar mau minum. Pas mau ke dapur, dia denger suara orang ngomong pelan dari meja makan. Aini langsung ngumpet di balik gorden dapur buat dengerin.
"Denger ya Varo, Ibu nggak mau kamu beli seserahan yang harganya nggak masuk akal. Cari aja di pasar yang murah-murah, nggak usah sok-sokan ke mall segala," itu suara Ibu Sarah lagi ngasih arahan ke anaknya.
"Tapi Bu, Cilla pengennya barang yang bermerek. Katanya biar kelihatan mewah pas difoto," jawab Varo kedengeran bingung.
Aini makin nempelin kupingnya ke tembok biar makin jelas.
"Halah, kalian itu nikahnya juga diem-diem, nggak usah kebanyakan gaya! Beliin aja perhiasan yang beratnya dikit, yang penting ada emasnya. Hemat dikit, kalian kan mau punya bayi nanti, biaya rumah sakit itu mahal!" omel Ibu Sarah. Varo sebenernya punya uang, cuma Ibu Sarah emang pelit, dia nggak rela uang Varo lari ke tangan orang lain kalau bukan buat kesenangannya sendiri.
"Terus acaranya jadi kapan, Var?" tanya Ibu Sarah lagi.
"Minggu depan, Bu. Rencananya di kampung Cilla aja biar nggak ada yang kenal," jawab Varo mantap.
"Minggh depan? Wah, siap-siap kalian dapet kejutan ya!" batin Aini sambil senyum miring.
"Pokoknya rahasia ini harus dijaga bener-bener. Jangan sampe Aini curiga apalagi sampe tahu. Ibu nggak mau ya kena malu kalau sampe ketahuan tetangga," wanti-wanti Ibu Sarah.
"Beres, Bu. Aini mah gampang dibohongin. Dia nggak bakal kepikiran sampe sana, apalagi dia nggak pernah jalan jauh kalau nggak sama aku," ucap Varo ngeremehin Aini banget.
Keesokan Harinya
Aini udah standby di meja makan pas Varo sama Ibu Sarah muncul buat sarapan.
"Udah mateng sarapannya?" tanya Varo dingin.
"Udah," jawab Aini singkat tanpa noleh.
Ibu Sarah ngelirik piring di depan dia. "Nasi goreng lagi? Telurnya cuma sa..."
"Kalau nggak doyan, mending Ibu masak sendiri aja di belakang. Masih ada kompor kan?" potong Aini sambil natap tajem mertuanya.
"Kamu kok jadi nggak sopan gitu sama mertua!" bentak Ibu Sarah kaget.
Varo langsung nengahin.
"Udah, udah. Makan aja yang ada. Nanti kalau Ibu mau makan enak, kita beli di luar aja pas Aini nggak ada."
Selesai makan, Varo langsung berangkat kerja. Nggak lama, Ibu Sarah sama Pak Wijaya juga pamit keluar rumah. Aini nggak buang waktu, dia langsung telepon Siska lagi.
"Halo Sis, gue butuh bantuan lo. Tolong ikutin mertua gue sekarang. Kayaknya dia mau belanja buat seserahan di pasar deket sini."
"Oke Ai, beres. Gue suruh orang gue standby!" jawab Siska.
Tiga jam kemudian, Ibu Sarah balik dengan wajah ceria sambil nenteng banyak kantong plastik.
"Ainiiiiii! Tolongin Ibu bawa ini ke kamar!" teriaknya.
Aini keluar kamar dengan santai.
"Lagi sibuk tadi, Bu."
"Sibuk apa sih kamu itu, di rumah doang gaya banget!" omel Ibu Sarah.
"Banyak banget belanjaannya, Bu? Tumben, mau ada hajatan ya?" pancing Aini sambil pura-pura ngintip isi tasnya.
"Hajatan apa sih, jangan ngaco! Ini cuma barang-barang diskon yang Ibu temuin tadi," elak Ibu Sarah panik. "Varo itu suami setia, jadi kamu nggak usah mikir aneh-aneh tentang dia."
"Oh, syukurlah kalau setia, Bu. Soalnya kalau sampe selingkuh, biasanya hidupnya bakal hancur lebur gara-gara doa istri yang terzalimi," kata Aini telak yang bikin Ibu Sarah langsung diem seribu bahasa.
Pas lagi bantuin beresin barang, Aini dapet kiriman video dari Siska.
"Wkwkwk, bener-bener pelit ya. Belanja seserahan di toko serba 30 ribu. Kasihan lo Cilla, minta barang branded tapi dikasihnya barang pasar loak sama mertua lo," Aini ketawa geli liat video Ibu Sarah lagi nawar mukena sampe urat lehernya keluar semua.
Ternyata dari uang yang dikasih Varo, Ibu Sarah cuma beli mas kawin yang kadarnya rendah banget. Sisa uangnya malah dia pake buat beli kalung emas baru buat dirinya sendiri.
Malam Besoknya
Brak! Ibu Sarah tiba-tiba masuk ke kamar Aini sama Varo tanpa permisi.
"Lagi apa kalian?" tanya Ibu Sarah sinis.
"Ada apa sih, Bu? Main masuk aja," protes Varo kesel.
Ibu Sarah langsung nyamber,
"Kamu udah dapet gaji kan, Var? Sini, Ibu yang pegang uangnya! Jangan kasih ke Aini, dia nggak bisa ngatur duit!"
Varo nengok ke Aini yang cuma diem aja. "Uangnya masih di dompet, Bu."
"Siniin semuanya! Biar Ibu yang jatah buat makan sehari-hari," todong Ibu Sarah. Pas Varo ngeluarin duit, Ibu Sarah langsung nyaut semuanya.
"Ibu ambil lima juta buat jatah Ibu, sisanya buat simpenan di lemari Ibu!"
"Tapi Bu, itu kebanyakan!" Varo coba protes tapi Ibu Sarah udah keburu kabur keluar kamar.
Aini cuma bisa senyum sinis liat Varo yang mukanya langsung kusut gara-gara gajinya ludes.
"Gimana rasanya, Mas? Capek kerja sebulan, duitnya malah diambil Ibu semua buat foya-foya?"
"Diem kamu! Aku lagi pusing!" bentak Varo emosi.
"Kenapa pusing? Kan katanya Ibu itu paling bener. Oh iya, inget ya Mas, jangan pernah coba-coba bohongin aku. Kamu bisa dapet jabatan sekarang itu karena relasi aku. Sekali aku ngomong ke bos kamu, karier kamu tamat detik itu juga," ucap Aini dengan nada dingin yang bikin Varo langsung gemeteran di tempat.
Varo nggak bisa bales omongan Aini. Dia cuma bisa diem ketakutan liat perubahan Aini yang sekarang jauh lebih berani. Aini pun langsung tidur ngebelakangin Varo, biarin suaminya tenggelam dalam ketakutannya sendiri.
BERSAMBUNG...