NovelToon NovelToon
Paket Cinta

Paket Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Chicklit / Enemy to Lovers
Popularitas:800
Nilai: 5
Nama Author: Imamah Nur

Kabur dari perjodohan toksik, Nokiami terdampar di apartemen dengan kaki terkilir. Satu-satunya harapannya adalah kurir makanan, Reygan yang ternyata lebih menyebalkan dari tunangannya.

   Sebuah ulasan bintang satu memicu perang di ambang pintu, tapi saat masa lalu Nokiami mulai mengejarnya, kurir yang ia benci menjadi satu-satunya orang yang bisa ia percaya.

   Mampukah mereka mengantar hati satu sama lain melewati badai, ataukah hubungan mereka akan batal di tengah jalan?

Yuk simak kisahnya dalam novel berjudul "Paket Cinta" ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imamah Nur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14. Pengakuan

Udara di sekitar Nokiami seolah menebal membuat dadanya terasa sesak. Matanya menerawang pada waktu Leo mencemoohnya di tempat gym.

Untuk sesaat napasnya tercekat.

Dengan gerakan tiba-tiba yang mengirimkan sengatan nyeri ke pergelangan kakinya, Nokia meraih gagang pintu. Ia tidak peduli lagi pada rasa sakit fisiknya. Ada luka lain yang kini terasa lebih perih, lebih mendesak. Ia menarik pintu hingga terbuka dengan sentakan kasar.

Koridor sepi, kecuali satu sosok yang berdiri membelakanginya di depan pintu lift, jaket hijaunya tampak seperti seragam kekalahan. Reygan belum pergi. Entah ia menunggu lift yang lambat atau ragu untuk melangkah, Nokiami tidak peduli.

“Tunggu!” serunya, suaranya serak dan bergetar karena emosi yang meluap.

Reygan berbalik perlahan, wajahnya menunjukkan kelelahan yang familier, tetapi ada sedikit keterkejutan di matanya melihat Nokiami berdiri di ambang pintu dengan wajah memerah. “Apa lagi sekarang? Aku tidak meninggalkan barang lain.”

“Oh, kamu meninggalkan sesuatu,” desis Nokiami. Ia melangkah terpincang keluar dari unitnya, mengabaikan protes dari pergelangan kakinya. Di tangannya yang terkepal, tabung salep itu terasa dingin dan berat.

Ia mengangkatnya, menyodorkannya ke arah Reygan seolah itu adalah barang bukti sebuah kejahatan. “Ini. Apa-apaan ini?”

Ekspresi Reygan berubah. Sedetik lamanya, topeng datarnya retak, memperlihatkan kepanikan yang samar. Matanya melesat dari tabung salep itu ke wajah Nokiami, lalu ke lantai, seolah mencari jalan keluar yang tidak ada. Ia berdeham, berusaha mengembalikan ketenangannya.

“Oh, itu,” katanya, suaranya dipaksakan terdengar santai. “Punya pelanggan di lantai empat. Pasti jatuh dari saku jaketku tadi. Lupa aku.”

Nokiami tertawa sumbang.

“Jatuh? Benarkah? Jatuh tepat di depan pintu apartemenku, diletakkan dengan begitu rapi, beberapa detik setelah kamu menatap kakiku yang bengkak? Kebetulan yang luar biasa, ya?”

Reygan mengalihkan pandangannya, menatap panel angka di atas lift yang tak kunjung bergerak. Rahangnya mengeras. “Aku tidak tahu. Mungkin saja, aku buru-buru.”

“Buru-buru?” tantang Nokiami. Ia melangkah lebih dekat. Aroma salep itu kini bercampur dengan aroma keringat Reygan, menciptakan kombinasi yang memuakkan.

“Kamu tahu harga salep ini? Ini bukan balsem yang dijual di warung. Ini Athlon-Rub, untuk atlet. Untuk cedera serius. Kamu pikir aku sebodoh itu sampai percaya pelanggan di lantai empat secara ajaib kehilangan salep mahalnya tepat di depan pintuku?”

Kata-kata Nokiami begitu menusuk dan merobek kebohongan tipis yang membungkus tindakan Reygan. Ia ingin pria itu mengaku. Mengaku telah berbaik hati, agar Nokiami bisa marah padanya dengan leluasa. Menerima kebaikan dari musuhnya terasa lebih sulit daripada menerima cemoohannya.

“Dengar, aku tidak punya banyak waktu untuk ini,” balas Reygan, nadanya kembali tajam, sebuah mekanisme pertahanan yang sudah usang. “Kenapa kamu begitu peduli? Kalau tidak mau, buang saja. Kalau mau, pakai. Bukan urusanku.”

“Justru ini urusanmu!” bentak Nokiami, suaranya menggema di koridor. “Kenapa kamu melakukan ini? Setelah memerasiku untuk galon air, setelah menghinaku, setelah mengarang cerita soal ‘tunangan’ sialan itu! Kenapa tiba-tiba peduli pada kakiku?”

Ting.

Pintu lift terbuka, memuntahkan cahaya putih dan keheningan yang canggung. Itu adalah jalan keluar bagi Reygan. Kesempatan untuk kabur dari konfrontasi ini, kembali ke dunianya yang penuh aturan dan transaksi yang jelas.

Ia menatap Nokiami sejenak. Tatapan yang sulit diartikan melintas di matanya yang gelap. Ada frustrasi, kejengkelan, dan sesuatu yang lain. Sesuatu yang hampir terlihat seperti penyesalan.

“Aku tidak peduli,” ucapnya datar, kata-kata itu kontras dengan ekspresinya. “Anggap saja itu bagian dari layanan.”

Ia melangkah masuk ke dalam lift, membalikkan badan tanpa pamit.

Nokiami berdiri terpaku. Bagian dari layanan. Kata-kata dingin itu seharusnya membuatnya marah, tetapi yang ia rasakan justru sebaliknya. Sebuah pemahaman yang menyakitkan tiba-tiba menghantamnya. Pria ini tidak tahu cara berbaik hati. Satu-satunya bahasa yang ia mengerti adalah transaksi, layanan, bonus, dan harga sewa. Kebaikan harus disamarkan sebagai bagian dari pekerjaan, permintaan maaf harus dibungkus dalam kebohongan yang canggung.

Pintu lift mulai menutup perlahan. Celah di antara kedua daun pintu itu menyempit, siap menelan Reygan dan membawanya pergi, meninggalkan Nokia sendirian lagi dengan semua teka-teki dan traumanya.

Tidak. Nokiami tidak bisa membiarkannya berakhir seperti ini. Ia tidak bisa membiarkan pria ini pergi dengan berpikir bahwa tindakannya tidak berarti apa-apa. Ia tidak bisa membiarkan aroma salep ini menang.

“Aku kabur,” ucapnya tiba-tiba, suaranya lirih namun cukup jelas untuk menembus deru mekanis lift.

Gerakan pintu lift berhenti sepersekian detik sebelum menutup sempurna, seolah ragu. Di celah sempit itu, Nokiami bisa melihat mata Reygan yang menyipit.

“Apa katamu?”

“Kaki ini,” lanjut Nokiami, kini menunjuk pergelangan kakinya, suaranya bergetar tetapi lebih mantap. “Aku terkilir saat mencoba lari dari pertunanganku. Pria yang kau sebut sebagai ‘tunangan palsu’ di lobi itu … versi aslinya adalah alasan kenapa aku terkurung di sini.”

Reygan tidak bergerak. Tangannya yang hendak menekan tombol lantai, membeku di udara.

Nokiami menarik napas dalam-dalam, membiarkan semua kebenaran yang telah ia sembunyikan selama berminggu-minggu tumpah ruah. Rasa takutnya pada Leo kini kalah oleh kebutuhan mendesak untuk dimengerti oleh satu-satunya orang yang telah melihat kerapuhannya.

“Jadi, jangan berikan aku salep ini,” katanya, suaranya pecah.

“Jangan berbaik hati padaku dengan cara yang mengingatkanku padanya. Pria itu, tunanganku yang sebenarnya … dia terobsesi dengan salep ini.”

Nokiami menelan ludah, melanjutkan pengakuannya sebelum keberaniannya menguap. “Dia menggunakannya setiap hari setelah dari gym, sambil memberitahuku betapa menjijikkannya lemak di pahaku.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!