Dendam dua jiwa.
Jiwa seorang mafia cantik berhati dingin, memiliki kehebatan dan kecerdasan yang tak tertandingi, namun akhirnya hancur dan berakhir dengan mengenaskan karena pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Jiwa yang satu adalah jiwa seorang gadis lugu yang lemah, yang rapuh, yang berlumur kesedihan dan penderitaan.
Hingga akhirnya juga mati dalam kesedihan dan keputus asaan dan rasa kecewa yang mendalam. Dia mati akibat kelicikan dan penindasan yang dilakukan oleh adik angkatnya.
Hingga akhirnya dua jiwa itu menyatu dalam satu tubuh lemah; jiwa yang penuh amarah dan kecewa, dan jiwa yang penuh kesedihan dan putus asa, sehingga melahirkan dendam membara. Dendam dua jiwa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16. Kembali Masuk Sekolah dengan Damai
Begitu keluarga Winata mengetahui jika Annabella telah membawa motor sport di kediaman megah ini yang bukan cuma mewah namun amat mahal, tentu saja mereka semua menjadi heboh dibuatnya.
Berbagai macam tuduhan miring serta dugaan negatif dilontarkan kepadanya.
"Anak sialan! Kamu dapat dari mana motor mewah itu? Apa itu dari hasil kamu main gila di luar sana hah?" Abraham Winata benar-benar memuntahkan kemurkaan dan tuduhan miringnya pada Annabella, tanpa memandang jika Annabella masih putrinya.
"Bella, kenapa kamu semakin tidak terkendali seperti ini? Kamu sudah berani mencuri di luar sana.... Apa kamu mau membuat keluarga ini malu, Nak?" kata Chalinda Winata, meski dengan gaya lemah lembut dan seolah penuh perhatian, tapi langsung menuduh putrinya yang tidak-tidak.
"Hei gadis brengsek! Kamu nggak puas mencuri di rumah ini hah? Kamu sudah mulai gatal mencuri di luar sana?" dengan penuh kebencian Arden ikut andil menuduh Annabella yang tak berdasar.
"Bella, kembalikan motor itu kepada pemiliknya! Kalau kamu ingin mobil atau motor, kakak akan belikan. Tapi jangan mencuri," meski sudah diberitahukan oleh Annabella, Nindira yang ikut terbawa suasana juga ikut menuduh adiknya melakukan kejahatan.
"Kak, kalau kamu ingin kendaraan, ambil saja mobilku! Aku nggak pa-pa naik taksi atau ojek. Tapi kakak nggak boleh mencuri kayak gitu," Nikita jelas tidak mau ketinggalan, ikut menambah suasana semakin memanas.
Sementara Nikita belum menyadari atau belum yakin jika motor sport yang dibawa Annabella ke rumah ini, itulah yang mengalahkan motor idolanya, Reinald Sebastian, bahkan Rangga Alvian sekalian.
Logika dan pikirannya jelas menolak kalau Annabella mampu adu balap dengan Rangga dan Reinald yang sudah terbiasa adu balap, bahkan sampai mengalahkan segala.
Sedangkan Annabella cuma gadis cupu yang penakut yang saat ini sedang mencari perhatian dengan mencuri motor sport, pikirnya.
Lagi pula malam itu dia kurang memperhatikan motor sport biru yang cukup menyita perhatian banyak orang itu. Dia sibuk memperhatikan Reinald yang kalah dari Rangga, bahkan kalah dari pembalap misterius yang sampai saat ini belum diketahui.
"Bella, kenapa tingkahmu semakin tidak terkendali seperti ini? Pantaskah kamu masuk dalam keluarga Winata?" gumam Dareen dalam geram yang sangat.
Sungguh keluarga ini kenapa begitu serampangan, asal main tuduh saja tanpa menanyakan baik-baik kepada Annabella?
Kenapa mereka tidak mengintropeksi diri mereka sendiri yang selama 4 tahun ini berbuat tidak adil terhadap Annabella?
Kenapa di saat Annabella meminta kendaraan untuk dirinya, kepala keluarga ini banyak alasan untuk menolaknya?
Sungguh otak mereka bukan lagi berada di kepala, melainkan sepertinya sudah berada di lubang pantat mereka.
Sungguh miris....
Akan tetapi semua tuduhan-tuduhan miring dan negatif seperti itu Annabella anggap sambil lalu, sama sekali tidak dihiraukannya.
"Aku mau mencuri atau mau ngapain kek, bukan urusan kalian! Bukankah kalian selama ini nggak perduli sama keadaanku? Lalu, kenapa sekarang sok-sok peduli dengan apa yang aku lakukan?" Annabella hanya membalas dengan santai kehebohan seisi rumah itu.
Tidak berniat menerangkan hal sebenarnya tentang motor sport itu kepada mereka, karena dia malas berbicara dengan mereka. Tidak juga peduli kenapa Nindira tidak menerangkan kepada keluarga laknat itu tentang hal sebenarnya.
Annabella tidak lagi peduli dengan mereka semua. Dia hanya peduli dengan dirinya sendiri saat ini dan misinya yang akan datang.
★☆★☆
Selama dua hari ini; sabtu dan minggu, Fiorella telah mengadaptasikan kemampuan bela dirinya --termasuk keahlian melontar senjata rahasia dan belati-- dan kemampuan menembaknya pada tubuh Annabella.
Nyaris dua hari itu dia tenggelamkan waktunya untuk melatih tubuh ini dengan itu semua. Dan hasilnya tidak membuatnya --Fiorella-- kecewa.
Meski belum sepenuhnya semua kemampuannya yang seperti itu menyatu seutuhnya ke dalam tubuh Annabella, namun sudah cukup bagi Fiorella untuk mengalahkan ahli bela diri semisal Rangga maupun Reinald.
Cepat atau lambat jika Rangga dan Reinald bakal tahu bahwa dirinya lah yang telah mengacaukan balapan mereka pada malam itu.
Jika sudah mengetahui, tentu mereka tidak tinggal diam bukan? Tentu saja mereka akan bertindak tegas terhadap dirinya, tidak peduli kalau dia itu adalah seorang wanita.
Mereka tidak mentolerir seseorang yang sudah berbuat lancang terhadap mereka. Lebih-lebih tidak mentolerir lagi terhadap gadis semisal Annabella, yang cupu dan penakut.
Pagi yang cerah di PAS (Persada Academy School) 1 sementara itu....
Tampak Annabella dengan motor sport birunya memasuki area salah satu sekolah bergengsi yang mewah dan elit di Achala City itu.
Pagi itu masih cukup lengang, masih terbilang sepi. Para siswa belum banyak yang masuk sekolah di pagi itu di jam seperti itu.
Annabella memang sengaja masuk sekolah pada jam sekolah sepagi itu, agar keberadaannya yang tampil baru tidak banyak mengundang perhatian.
Dia --dulunya sebelum mati-- sudah cukup terkenal sebagai gadis lugu yang cupu dan penakut. Dan dengan keadaannya seperti itu, tidak sedikit para siswa brengsek yang sombong mem-bully-nya habis-habisan.
Motor sportnya yang sedikit mengundang perhatian karena suaranya, suara motor balap yang khas, terus bergerak perlahan memasuki area parkir.
Tak lama motor sportnya sudah diparkirkan di pojok belakang tempat parkir motor. Sementara belum banyak motor yang terparkir di situ. Menandakan siswa-siswa yang berkendaraan belum banyak yang masuk.
Begitu turus dari motor sportnya dan membuka helmnya terus menaruh di badan motor bagian depan, Annabella merapikan sedikit penampilannya.
Penampilannya sekarang tentu sedikit beda dengan yang dulu. Dulu rambutnya cukup panjang dan selalu dikepang dua, khas gadis cupu nan lugu.
Sekarang rambutnya dipotong sedikit, hingga sebatas punggung sekarang. Dibiarkan terurai namun tersisir rapi, berhiaskan bando berwarna biru muda. Berkacamata ber-frame hitam, itu harus.
Akan tetapi sekarang kacamatanya itu bukan lagi kacamata rabun seperti dulu. Itu kacamata biasa, karena matanya --mata Annabella-- tidak rabun lagi setelah Fiorella masuk ke dalam tubuhnya.
Setelah selesai mematut dirinya, Annabella lalu meninggalkan parkiran menuju gedung sekolah, lebih tepatnya menuju kantin sekolah. Sambil berjalan disempatkan menengok jam tangannya.
Pukul 07.05. Masih sekitar 55 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Masih ada kesempatan untuk santai.
Penampilan Annabella yang sekarang bukan lagi penampilan gadis lugu nan cupu yang penakut--aura Annabella--, atau penampilan gadis dingin yang jutek --aura Fiorella--.
Tetapi penampilannya sekarang adalah penampilan gadis manis nan kalem yang berpembawaan tenang.
Annabella terus saja melangkah sedikit cepat menuju kantin sekolah yang biasanya sudah buka jam begini. Sambil melangkah dia --jiwa Fiorella-- menyempatkan berbincang-bincang dengan jiwa Annabella tentang sekolah ini.
Tentu saja dalam pikiran.
Dari percakapan mereka yang di dalam pikiran itu, Fiorella dapat mengetahui jika Annabella dulunya sama sekali tidak memiliki teman akrab. Kalau teman-teman yang senasib dengannya cukup banyak, teman-teman korban pembullyan.
Meskipun penampilannya sekarang berubah, tapi tidak menutup kemungkinan ada siswa lain yang langsung mengetahuinya bukan?
★☆★☆
Seperti sekarang ini, saat dia memasuki ruang kantin sekolah, ternyata sudah ada beberapa siswa yang tengah sarapan di situ. Begitu dia masuk semua siswa itu langsung menoleh ke arahnya. Dan bisik-bisik di antara mereka segera terdengar.
"Eh, siapa tuh? Apa siswi baru ya? Kok cantik sekali!" bisik seorang siswa pria kepada kawannya.
"Bukankah itu Bella, si cewek cupu dan penakut?" gumam yang lain dengan berbisik pula.
"Benarkah?! Tapi... kok penampilannya kayaknya beda? Ah kayaknya bukan dia.... Cewek itu begitu cantik."
"Itu Bella, meski penampilannya sedikit berubah. Kamu lihat tuh kacamatanya!"
"Iya ya, beneran Bella. Tapi sekarang penampilannya beda ya...."
Annabella tidak memperdulikan bisikan-bisikan siswa-siswi itu. Sepanjang mereka tidak berulah, dia tidak akan bertindak. Dan semuanya memang bukan siswa-siswi yang suka mem-bully. Tapi jika ada siswa atau siswi dibully, mereka diam saja.
Beberapa saat lamanya Annabella menikmati hari pertamanya lagi masuk kantin dengan damai, tanpa ada siswa-siswi brengsek yang mengganggu. Menikmati sarapannya dengan tenang, tanpa merasa takut.
Sampai pun kantin sudah mulai rame dikunjungi para siswa yang hendak sarapan, kedamaiannya belum terusik.
Hingga suatu ketika....
"Eh, motor sport biru yang malam itu mengacau ternyata ada di sekolah kita," tutur seorang siswa kepada teman-temannya yang baru memasuki pintu kantin.
"Itu berarti orangnya salah seorang siswa PAS 1 ini," timpal kawannya.
"Bayangkan saja, karena ulahnya, Rangga nggak mau menerima hadiah pertamanya. Sedangkan Rey nggak mau menerima hadiah ke duanya...."
"Iya, mereka nggak mau menerima hadiah lantaran kesal sama pembalas misterius itu...."
"Tapi... menurutku pembalap misterius itu keren banget, dia mampu mengalahkan dua jago balap."
"Keren sih keren.... Tapi dengan ulah itu sama saja membuat masalah dengan geng Rangga maupun geng Reinald...."
"Siapa ya orang itu?"
Mendengar ucapan-ucapan itu membuat Annabella seketika berhenti makan. Kemudian memandang siswa-siswa yang membicarakan tentang dirinya.
Sesuai perkiraannya, cepat atau lambat dia akan diketahui sebagai pemilik motor sport biru. Dan dia dinggap sebagai pengacau balapan antara Rangga dengan Reinald. Sampai-sampai mereka tidak mau menerima hadiah balapan itu.
Tapi Annabella tidak takut menghadapi Rangga maupun Reinald, jika kedua cowok angkuh itu bermain kasar kepadanya.
Lebih tidak takut dan lebih siap lagi jika Rangga maupun Reinald tahu akan identitas motor sport itu, ada campur tangan Nikita.
★☆★☆★