NovelToon NovelToon
TERSERET JANJI ATHAR

TERSERET JANJI ATHAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Idola sekolah
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Halwa adalah siswi beasiswa yang gigih belajar, namun sering dibully oleh Dinda. Ia diam-diam mengagumi Afrain, kakak kelas populer, pintar, dan sopan yang selalu melindunginya dari ejekan Dinda. Kedekatan mereka memuncak ketika Afrain secara terbuka membela Halwa dan mengajaknya pulang bersama setelah Halwa memenangkan lomba esai nasional.
Namun, di tengah benih-benih hubungan dengan Afrain, hidup Halwa berubah drastis. Saat menghadiri pesta Dinda, Halwa diculik dan dipaksa menikah mendadak dengan seorang pria asing bernama Athar di rumah sakit.
Athar, yang merupakan pria kaya, melakukan pernikahan ini hanya untuk memenuhi permintaan terakhir ibunya yang sakit keras. Setelah akad, Athar langsung meninggalkannya untuk urusan bisnis, berjanji membiayai kehidupan Halwa dan memberitahunya bahwa ia kini resmi menjadi Nyonya Athar, membuat Halwa terombang-ambing antara perasaan dengan Afrain dan status pernikahannya yang tak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Teng!

Teng!

Bel sekolah berbunyi dan Halwa bersiap untuk pulang.

Ia berjalan keluar kelas dan melihat Afrain yang sudah menunggunya.

"Hal, ayo. Aku antar pulang." ucap Afrain.

"Tidak usah, Kak. Aku..."

"Dia sudah aku jemput, jadi kamu pulang sendirian saja." ucap Athar yang memotong pembicaraan Halwa.

Athar menggandeng tangan Halwa dan memintanya untuk masuk kedalam mobil.

"Apakah dia benar pamannya? Tapi, kenapa pamannya menggandeng tangannya seperti itu?" gumam Afrain.

Dinda mendekati Afrain dan mencoba memprovokasinya.

"Benar aku kan, Kak. Kalau Halwa suka dengan lelaki lain." ucap Dinda.

Afrain memakai helmnya dan meninggalkan parkiran sekolah.

Sementara itu di dalam mobil, mereka berdua masih saling diam.

"Hal, pakai cincinmu."

Halwa menghela nafas panjang dan mengambil cincin pernikahannya yang ia taruh di dalam tas.

Ia pun lekas memakai cincin pernikahannya agar Athar tidak bertanya lagi.

"Apakah kamu kecewa karena bukan Afrain yang mengantarkan kamu pulang?"

Halwa menoleh ke arah suaminya yang bertanya seperti itu.

“Tidak, Athar. Aku hanya lelah."

"Lelah karena harus berbohong padaku, atau lelah karena harus menolak ajakan pacarmu itu?" balas Athar dengan nada tinggi.

"Athar, please stop! Aku lelah kalau kamu seperti ini terus."

Athar langsung diam dan kembali fokus menyetir mobilnya.

Suasana kembali hening dan Halwa melihat suaminya yang tidak membawanya pulang.

"Kita nggak jadi pulang?" tanya Halwa.

Athar hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan dari istrinya.

Tiga puluh menit kemudian Athar menghentikan mobilnya di parkiran sebuah Mall.

Ia turun dari mobil dan membukakan pintu istrinya.

Halwa keluar dari mobil, matanya menatap bingung pada gedung Mall mewah di hadapannya.

Athar menggenggam tangan istrinya dan mengajaknya ke salah satu boutique eksklusif.

Banyak sekali orang yang melihat Athar yang menggenggam tangan Halwa.

Mereka mengira Halwa seorang pelajar yangmenyukai lelaki kaya.

Setelah menaiki eskalator dan menuju ke lantai tiga.

Mereka berdua masuk kedalam boutique langganan Athar.

“Kenapa kita kesini, Athar ?” tanya Halwa.

“Untuk mengubah penampilanmu,” jawab Athar datar sambil menarik Halwa masuk.

Seorang pelayan toko bergegas menyambut mereka dengan senyum ramah.

"Selamat datang, Tuan Athar. Ada yang bisa saya bantu?”

“Carikan istri saya gaun yang paling mewah dan tertutup, serta beberapa setelan pakaian yang pantas. Aku tidak mau dia terlihat seperti anak sekolah saat bersamaku,” perintah Athar.

Pelayan mengernyitkan keningnya saat mendengar perkataan dari Athar.

"Istri? Masih sekolah?" ucap pelayan dalam hati.

Athar menepuk pundak pelayan itu yang masih berdiri di hadapannya.

$Aku tidak butuh baju baru, Athar. Aku punya banyak di rumah,” protes Halwa.

Athar mengabaikannya dan menoleh pada pelayan itu.

"Ambilkan gaun pesta terbaik dan cocok untuk istriku."

Halwa hanya bisa menghela napas panjang saat pelayan mengajaknya ke ruang ganti.

Ia dipaksa mencoba beberapa gaun malam yang mewah, elegan dan beberapa setelan kasual yang jauh dari gaya berpakaiannya yang sederhana.

Athar menggelengkan kepalanya saat melihat Halwa mengenakan gaun yang tidak cocok.

Setelah hampir satu jam berganti pakaian, Athar akhirnya puas dan menganggukkan kepalanya.

Ia memilih dua gaun malam, tiga blouse sutra, dan beberapa pasang sepatu hak tinggi dan tas mewah.

“Kamu harus belajar menjadi Nyonya Athar Emirhan, Halwa."

Athar memberikan black card dan membayar semua yang mereka beli.

Ia meminta salah satu pelayan untuk menunggunya di parkiran.

Setelah dari boutique, Athar mengajak Halwa salah satu kafe yang ada disana.

Ia memesan dua croissant dan dua white kopi untuk mereka berdua.

Athar mengajak istrinya untuk duduk sambil menunggu pesanan mereka datang.

"Athar, aku minta maaf soal Afrain." ucap Halwa.

"Tidak apa-apa, Hal. Aku sudah memaafkan kamu dan jangan kamu ulangi lagi. Aku tidak suka kamu dekat dengan Afrain."

Halwa menganggukkan kepalanya ke arah suaminya.

Tak berselang lama pesanan mereka berdua datang.

Aroma kopi putih dan croissant yang baru matang menyebar di udara.

Athar mengambil cangkirnya dan menyeruput kopinya perlahan.

Ia memandang ke arah istrinya yang hanya memainkan tepi croissant-nya.

"Lekas dimakan, Halwa. Karena setelah ini kita harus pulang. Aku punya urusan penting."

"Urusan penting apa, Athar?" tanya Halwa sambil menikmati croissant-nya.

Mendengar nama wanita lain yang disebut oleh suaminya membuat hati Halwa sedikit sakit.

"Azizah putra dari sahabat Paman Onur yang juga adik dari mendiang ibuku. Aku harus kembali ke Turki untuk menuntaskan masalah ini dan memastikan Paman Onur tidak memaksaku menikah dengan Aziza."

Halwa menganggukkan kepalanya dan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh suaminya.

"Aku akan pergi selama tiga hari, Hal. Selama aku tidak ada, aku ingin kamu tetap di rumah. Jangan kecewakan aku lagi."

Halwa mengangguk kecil dengan tangannya menggenggam cangkir kopi.

"Iya, Athar. Aku tidak akan mengecewakan kamu."

"Jika aku kembali dan mendengar ada satu saja hal yang melanggar batas, aku akan meminta hak ku sebagai suamimu."

Halwa menelan salivanya saat mendengar perkataan dari suaminya yang meminta hak nya sebagai seorang suami.

"Aku tidak bisa memberitahukannya sekarang soal Prom Night. Jika Athar tahu, dia pasti akan melarang atau membatalkannya. Lebih baik aku akan memberitahukan semuanya setelah Athar kembali dari Turki." ucap Halwa dalam hati.

Setelah selesai menikmati kopi dan croissant-nya, mereka berdua menuju ke parkiran.

Athar melihat pelayan boutique yang menunggunya dari tadi.

"Terima kasih dan ini tip untuk kamu," ucap Athar yang kemudian meminta istrinya untuk masuk ke dalam mobil.

Segera Athar melajukan mobilnya menuju ke rumah.

Suasana di dalam mobil kembali sunyi, hanya ditemani suara halus pendingin udara.

Halwa sibuk menatap jalanan yang tidak begitu ramai.

Setibanya di rumah, Athar segera memanggil Yunus.

"Apakah sudah kamu siapkan semuanya?" tanya Athar.

Yunus menganggukkan kepalanya dan menunjukkan tas koper yang sudah siap.

"Pastikan Nyonya Halwa tidak kekurangan apapun selama saya pergi. Dan semua barang belanjaan tadi, tolong segera rapikan,” perintah Athar.

“Baik, Tuan,” jawab Yunus sambil membungkuk.

Yunus segera keluar dan mengambil belanjaan Halwa.

"Halwa, ikut denganku sebentar." ajak Athar menuju ke ruang kerjanya.

Halwa menganggukkan kepalanya dan mengikuti suaminya yang masuk terlebih dahulu.

"Ada ap-"

Halwa membelalakkan matanya saat suaminya mencium bibirnya dengan ciuman yang sangat lembut.

"Aku pergi dulu,ya. Jangan nakal." ucap Athar sambil mencium kening istrinya.

Athar keluar dari ruang kerjanya dan segera masuk kedalam mobil.

Halwa yang masih terkejut sampai tidak menyadari jika suaminya sudah berangkat.

Jantungnya berdebar kencang dan bingung saat suaminya yang tiba-tiba menciumnya.

Ia keluar dari ruangan kerja Athar dan berjalan lesu menuju kamarnya.

Di sana, ia melihat Yunus dan beberapa pelayan sudah merapikan barang belanjaannya.

Gaun-gaun malam yang mewah, sepatu hak tinggi, dan tas kulit mahal tersusun rapi, membuat kamarnya terasa asing.

“Semoga perjalanan Tuan lancar, Nyonya. Saya akan memastikan semua kebutuhan Nyonya tercukupi.”

"Terima kasih, Yunus."

Setelah Yunus dan pelayan keluar dari kamar utama.

Ia langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menatap foto suaminya yang terpasang di dinding.

1
November
lanjut
My 78
di tunggu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!