Arkendra Zivan Mahendra seorang laki-laki yang berhati dingin dan terkenal dengan sikapnya yang anti perempuan. Bukan tanpa alasan laki-laki sukses dan kaya raya itu di juluki anti perempuan. Hal itu karena di masalalu, dia pernah di kecewakan oleh seorang perempuan yang berstatus calon istrinya.
Di hari pernikahan Kendra harus menelan pil pahit jika calon istrinya memilih meninggalkan dirinya dengan pria lain. Hal itu menjadikan Kendra trauma akan pernikahan dan malas berdekatan dengan perempuan.
Sampai di mana dia bertemu dengan seorang seorang perempuan yang menarik hatinya. Siapakah perempuan yang berhasil membuat Kendra berani untuk mengambil hatinya?
ikuti kisahnya ...
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mau Jadi Muhrim aku?
" Loh..Ni, kamu kenapa nyetrika sih..nanti kalau tuan muda liat gimana? nanti mba yang di salahin loh.." Dania menatap Minah yang baru saja masuk ke ruang jemur.
"Mbak Minah, nggak gitu juga kali. Lagi pula tuan muda belum pulang dari luar kota."
"Tapi, kan hari ini tuan muda pulang Ni, lebih baik sekarang kamu rapihkan baju-baju tuan Kendra saja. Selebihnya nanti biar mba Minah yang selesaikan. Lagian ya, mba rasa tuan muda itu suka sama kamu deh.." mendengar ucapan Minah membuat Dania menghentikan pergerakan nya.
"Mba Minah jangan sembarangan ngomong, mana mungkin tuan muda yang kaya raya, ganteng, CEO masa mau sama Dania yang hanya orang biasa, yatim piatu..bahkan hanya pembantu rumah nya. Jangan ngaco deh mba Minah, sudah ah..omongan mba Minah makin ngelantur." Dania beranjak dari tempat duduknya dan langsung meninggalkan ruangan itu.
Dania masuk ke dalam kamar Kendra. Terlihat dia menata pakaian yang baru saja dia setrika. Saat Dania keluar dari walk in closet dia dikejutkan dengan kehadiran Kendra di dalam kamar itu.
"Astaghfirullah, tuan!!" Kendra yang sedang membuka bajunya terlihat santai saat Dania memergokinya.
"CK..ada apaan sih, kamu lebay banget. Saya nggak telan*ang juga kali."
"Tapi tetap saja tuan nggak pake baju gitu. Nggak malu apa, kita kan bukan muhrim!" mendengar ucapan Dania membuat Kendra menoleh ke arah Dania yang masih membelakangi dirinya.
Otak nya berpikir cepat ingin mengerjai asisten nya itu. "Jadi kalau sudah muhrim boleh, kalau gitu gimana kalau saya jadikan kamu muhrim saya?"
Hahhhh...
Otak Dania tiba-tiba saja lemot membuat Kendra geregetan.
Tuk..
Tiba-tiba saja Kendra menyentil dahi Dania membuat gadis itu mengaduh karena sakit.
Melihat Kendra yang sudah berdiri di depannya dengan masih bertel*njang dada membuat Dania menundukkan lagi kepalanya.
"Mau nggak saya jadi muhrim kamu?"
"Hahh...memang bisa? caranya?" Kendra benar-benar gemas melihat Dania yang sedang dalam mode lemot nya.
"Menikah dengan saya!"
"Hahh !!" seketika Dania menaikkan pandangannya menatap ke arah Kendra dengan mata melebar sempurna.
Benar-benar Dania di buat spot jantung saat mendengar ucapan Kendra barusan.
"Gimana, mau nggak?"
"Ngaco nih tuan, sebaiknya tuan mandi dulu...keramas biar otak tuan muda fresh!" Dania pun segera mengalihkan pembicaraan dan membalikkan tubuhnya ingin mengambil handuk untuk Kendra.
Tapi, Kendra tiba-tiba mencekal lengan nya dengan menariknya sedikit kuat. Karena Dania yang dalam keadaan tak siap akhirnya tubuh nya terhuyung dan tidak bisa menghindar sampai tubuh nya menabrak dada bidang Kendra.
Kedua pasang mata mereka pun tidak saling bertabrakan. Terlihat tatapan Kendra begitu dalam menatap mata Dania yang begitu bening. Bahkan tubuh Dania kini sudah ada dalam pelukan Kendra. Wajah Kendra semakin mendekat ke arah wajah Dania. Kendra menelan ludah nya dengan susah payah saat matanya menatap bibir yang pernah dia rasakan sebelumnya.
Ada godaan yang tiba-tiba muncul di dalam otaknya ingin mencicipi nya lagi. Namun Dania yang sempat hampir terbuai dengan tatapan dalam Kendra akhirnya tersadar dan segera mendorong dada bidang Kendra membuat Kendra tersadar dengan apa yang dia lakukan saat ini.
"Saya siapkan anduk tua dulu!" Dania dengan cepat kabur dan segera mengambil handuk untuk Kendra.
Sementara Kendra mengusap wajahnya dengan kasar. Hampir saja dia kelepasan "Sial, tadi aku ngomong apa lagi, astaga kenapa aku harus ngomong sejauh itu. Gimana kalau Dania mikir yang nggak-nggak tentang aku. Astaga Kendra, kenapa lo oon banget sih.." Kendra mengumpat dirinya sendiri saat sadar kalau dia berani-beraninya menggoda Dania dengan sebuah kata-kata yang terkesan terlalu jauh.
...----------------...
"Astaghfirullah, kenapa jantungku kayak mau lompat ini...astaga, tatapan tuan muda buat jantungku nggak aman. Please deh Dania, jangan pikir apa yang di katakan tuan muda itu serius. Dia hanya bercanda, inget Dania...kasta kamu jauh beda. Mana ada orang kaya raya mau sama babu seperti kamu Dania.." Dania mencoba untuk menetralkan detak jantungnya yang tadi sempat berdegup kencang.
Malam harinya setelah makan malam, Kendra mendatangi ruang kerja kakak iparnya. Di sana ada Gita yang sedang berbincang santai dengan suaminya.
"Bang, bisa ngomong sebentar." Angga dan Gita menatap ke arah pintu.
"Masuklah, sini duduk. Mau bicara apa?" dengan wajah serius nya Kendra duduk di depan meja kerja Angga.
"Kenapa muka lo tegang gitu sih, ada masalah serius?" Gita yang melihat ekspresi adiknya yang terlihat serius pun akhirnya dengan rasa kepo nya dia langsung menanyakan nya ke sang adik.
"Masalah sih, bang...bisa cek gue nggak? Kenapa jantung gue berdebar gini sih.." Gita dan Angga saling pandang.
"Berdebar gimana,sakit nggak?" Gita terlihat mulai cemas.
"Nggak sih, coba dong periksa." Angga yang memang berprofesi sebagai dokter langsung mengangguk. Dia mengambil stetoskop miliknya.
Angga mulai memeriksa keadaan Kendra. Sesekali Angga mengintruksikan pada sang adik ipar untuk menarik nafasnya beberapa kali.
"Aku periksa masih normal sih, kamu lagi mikirin apa memangnya?"
Kendra menatap pasangan suami istri yang ada di depannya. Dia masih menimbang-nimbang apakah dia akan bicara dengan kakak dan kakak iparnya itu. "Sebenarnya, aku kayak gini dari tadi sore bang, kak, waktu aku nggak sengaja ngomong ngelantur sama Dania."
Mendengar nama Dania, Gita langsung mendekatkan kursinya lebih dekat ke arah sang adik.
"Dania, kamu ngomong apa? Kamu nembak dia, atau bahkan ngelamar dia?" Kendra menganggukan kepalanya.
Gita melihat anggukan kepala sang adik langsung menoleh ke arah sang suami. " Kamu beneran suka sama Dania?" kini Angga yang bertanya dan memastikan nya.
"Entahlah, aku juga nggak tahu. Kak, besok kamu sibuk nggak?" Gita menggelengkan kepalanya.
"Nggak juga sih, kenapa?" Kendra menelan ludah nya dengan susah payah.
"Bisa bawa Dania ke Mall nggak, beliin dia baju lah. Bukan apa,kayaknya aku perhatikan bajunya itu-itu saja. Jadi, kamu bisa bantu dia beli keperluan buat dia kan?" Gita tersenyum devil.
"Bisa saja, asalkan...
Gita memainkan telunjuk dan jempol nya dia memberikan isyarat yang Kendra mengerti artinya. " Itu gampang, ini...bawa dan harus ada perubahan." Gita menerima sebuah black card yang di berikan Kendra padanya.
"Siap, kamu tenang saja. Semuanya akan beres kalau sama kakak. Tapi, ingat yaa...jangan pernah kamu main-main sama perasaan anak orang, ngerti kamu?" Kendra menganggukan kepalanya.
"Tentu kak, nggak akan aku lakukan. Lagi pula aku tahu rasanya bagaimana jika di sakiti orang yang kita percaya. Pokoknya urusan Dania aku serahkan Kakak dan aku tinggal beres." Gita mengacungkan kedua jempolnya ke arah Kendra.
Kendra pun akhirnya keluar dari ruang kerja Angga dengan perasaan lega.
Bersambung
Tunduk deh...