Bagaimana jadinya jika seorang penulis malah masuk ke dalam novel buatannya sendiri?
Kenalin, aku Lunar. Penulis apes yang terbangun di dunia fiksi ciptaanku.
Masalahnya... aku bukan jadi protagonis, melainkan Sharon Lux-tokoh antagonis yang dijadwalkan untuk dieksekusi BESOK!
Ogah mati konyol di tangan karakternya
sendiri, aku nekat mengubah takdir: Menghindari Pangeran yang ingin memenggalku, menyelamatkan kakak malaikat yang seharusnya kubunuh, dan entah bagaimana... membuat Sang Eksekutor kejam menjadi pelayan pribadiku.
Namun, ada satu bencana fatal yang kulupakan
Novel ini belum pernah kutamatkan!
Kini aku buta akan masa depan. Di tengah misteri Keluarga Midnight dan kebangkitan Ras Mata Merah yang bergerak di luar kendali penulisnya, aku harus bertahan hidup.
Pokoknya Sharon Lux harus selamat.
Alasannya sederhana: AKU GAK MAU MATI DALAM KEADAAN LAJANG!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Aula itu kini menjadi ramai. Pesta dansa sudah dimulai. Alunan musik mengitari ruangan. musik lembut mengalun memenuhi udara seperti kabut tipis yang menenangkan.
Gaun-gaun berputar, sepatu menggesek lantai marmer, dan tawa-tawa kecil terdengar di antara denting gelas.
Masing-masing pasangan menari dengan mesra, penuh rasa kasih. Sharon dapat melihat Althea yang menari bersama Leon, menjadi pusat perhatian semua orang.
Sharon berdiri di tepi aula — kikuk, menatap para pasangan yang menari dengan langkah ringan.
Althea dan Leon berada di tengah. Keduanya tampak bersinar di bawah cahaya lampu gantung kristal, bergandengan tangan seperti pasangan sempurna yang ditakdirkan bersama.
Tawa Althea manis, Leon membalas dengan senyum tipis yang hangat.
“Karismanya memang beda,” gumam Sharon lirih. “Memang protagonis harus jadi pusat perhatian.”
Ia cukup menjadi pengamat saja, lagi pula ia tidak bisa berdansa. Belum sempat ia memalingkan pandangan, seseorang datang dari samping.
Gilbert.
Ia menatapnya dari atas hingga bawah — tidak melecehkan, namun ada sesuatu di matanya. Sesuatu yang… menilai. Mungkin karena Arthur barusan sempat menghampiri Sharon dan dia membelanya/
“Nona Sharon,” panggil Gilbert, suaranya lebih lembut dari biasanya.
Ia kemudian mengulurkan tangan “Ayo. Menarilah denganku.”
Sharon membelalakkan mata. “A-apa?”
Ia tentu saja terkejut. Ia hanya mengira Gilbert cuma berbohong untuk menyelamatkannya barusan.
“Kamu serius? Aku tidak bisa menari. Aku… aku bahkan tidak tahu harus memulai dari mana.”
Gilbert tersenyum kecil. Tipis, tapi hangat. “Tidak masalah. Aku akan memandumu. Bukankah aku juga sudah bilang sebelumnya.”
Sharon ragu-ragu, namun akhirnya meletakkan tangannya ke dalam tangan Gilbert. Tangannya begitu hangat. Sharon kaget—jantungnya berdetak lebih cepat daripada musik.
“Kamu serius? Menari denganku? Aku tahu tugasmu mengawasiku, tapi bukankah Gil, juga punya seseorang yang mau kamu ajak?”
Gilbert menggelengkan kepala. “Orang seperti itu tidak ada, nona.”
Mendadak saja, Sharon menjadi pusat perhatian. Memang reputasinya masih buruk, tapi ia masih menyandang gadis yang cantik. Beberapa orang mengantri untuk berdansa dengannya, walau mereka ketakutan.
Gilbert menariknya perlahan ke tengah aula. Orang-orang mulai melihat. Beberapa berbisik.
“Tunggu, Gil. Sepertinya kita balik aja, aku malu!”
“Tak perlu malu, Nona.”
“Bagaimana kalau aku mengacau?!”
“Tidak akan karena saya akan memandu anda.”
Beberapa terkekeh, melihat bahwa tingkah mereka lucu dan serasi.
“Bukankah mereka tampak lucu?”
“Aku tahu. Mereka terlihat cocok…”
“Gilbert Nightray… menari? Dengan Sharon? Tidak bisa dipercaya!”
“Aku benci mengakuinya … mereka tampak mesra.”
Mendengar semua bisikan itu Sharon semakin tegang.
Gilbert menunduk sedikit, suara rendahnya menyentuh telinga Sharon.
“Letakkan tanganmu di bahuku.”
Sharon menurut.
“Lalu pegang tanganku yang ini.”
Sharon memegangnya.
“Bagus. Tarik napas, ikuti langkahku.”
Mereka mulai bergerak.
Langkah Sharon begitu kaku, seperti robot, dan dia nyaris menginjak sepatu Gilbert.
“Ah, maaf Gil.”
Gilbert menahan tawa. “Santai. Tidak perlu takut, rileks nona Sharon.”
“Bukan itu masalahnya!” bisik Sharon memerah. “Lihat orang-orang mulai menertawakanku, pasti karena aku payah!”
Gilbert menatap sebentar, lalu tersenyum. “Kurasa bukan karena itu …” ia mendekatkan wajahnya ke telinga si gadis. “Mereka tertawa karena melihat kita yang seperti pasangan.”
Ucapan itu membuat Sharon tersipu lagi. Hembusan napas gilbert mengenai telingannya, begitu dekat sampai telinga dia ikut memerah.
Seiring musik, mereka mulai menemukan ritme. Gilbert menuntunnya perlahan, membuatnya berputar pelan, lalu kembali ke pelukannya.
“Yah, basa basinya cukup sampai disini … pembicaraan serius akan saya mulai, nona.” Ucap Gilbert kali ini tatapannya beda, penuh penilaian.
Dan Sharon sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Di luar, mereka tampak mesra dan anggun namun di dalam, pembicaraan mereka jauh dari romantis.
Gilbert mendekat, suaranya nyaris hanya untuk Sharon
“Apa yang dia bicarakan padamu?”
Sharon menegang. “Siapa?”
“Arthur.” Mata Gilbert berubah gelap. “Aku melihat ekspresimu. Kau tampak terancam.”
Sharon menelan ludah. “Kami hanya berbicara biasa.”
Gilbert menatapnya — tajam. Terlalu tajam.
“Kau bohong,” bisiknya.
Sharon hampir terpeleset, tapi Gilbert menahan pinggangnya, membuat mereka tampak semakin intim di mata orang lain.
“Berbicara dengan bangsawan lain? Anda melanggar aturan, tentu aku mencurigai nona,” lanjut Gilbert. “jadi apa yang kalian bicarakan?”
Sharon mencoba menjaga ekspresi, berputar mengikuti arahan Gilbert, berusaha tetap sesuai irama.
“Gilbert… kita di tengah-tengah dansa. Tolong jangan membahas ini.”
“Aku tidak peduli,” jawab Gilbert tenang. “Katamu ingin menebus, kan? Jangan mulai menyembunyikan hal penting dariku, tindakanmu malah makin mencurigakan.”
Sharon terdiam.
“Penyerang tempo hari. Sebenarnya tidak mengincarmu kan? Tapi mengincar Althea?”
Sharon membelalakan mata. Bagaimana dia tahu!?
Gilbert memiringkan kepalanya sedikit, wajahnya hampir menyentuh dahi Sharon.
“tebakanku benar, ya? … aku akan memberimu pertanyaan, jawab dengan jujur Sharon lux.”
Sharon cuma terdiam, ia tidak punya pilihan selain mengikuti permainan Gilbert.
Orang-orang melihat mereka berdua — tersenyum, berbisik, memuji. Padahal, Sharon bahkan tidak bisa merasakan ujung jarinya sendiri.
Karena satu hal: Gilbert Nightray yang lembut saat menari… sama orangnya dengan Gilbert yang bisa mengeksekusi Sharon kapan saja.
Dan kini dia curiga. Sangat curiga.
“Analisisku begini. Kamu mengetahui rencana penyerang. Makanya kamu menyuruh untuk bertukar kamar dengan Althea agar kamu bisa menyamar sebagai Althea dan melabui musuh … apa tebakanku benar?”
Sharon diam. Dan diamnya itu dianggap iya sama Gilbert.
“Jadi benar ya … Pertanyaan selanjutnya. Kenapa kamu memahami tujuan musuh, tapi diam saja?”
Sharon lagi - lagi diam.
Gilbert melanjutkan. “aku punya spekulasi. kamu tidak mau dicurigai bukan? Karena pelaku penyerangannya kemungkinan adalah seseorang yang kamu kenal … jika seseorang yang kamu kenal menyerang nona Althea, maka pasti kamu jadi tersangka … apa aku benar?”
Sharon menelan ludah. Benar-benar orang yang merepotkan! Gilbert nightray dia terkadang bingung bahwa dia berada di pihaknya atau musuh sejatinya.
“Jadi benar ya … selanjutnya aku sudah punya gambaran. Dilihat dari interaksi kalian … arthur midnight, dia adalah pelaku penyerangannya kan?”
Kali ini dia tepat sasaran! Sharon sendiri sampai gak paham kenapa dia bisa begitu cerdas.
“Wajah anda seperti bertanya, mengapa aku bisa tahu? … jawabannya simpel. Karena Arthur adalah teman masa kecilmu, dan keluarga midnight—walau hanya diketahui oleh beberapa orang, tapi mereka jelas ada rasa benci dengan keluarga Lux. Tidak aneh mereka mengincar nona Althea.”
Mereka masih menari dengan elegan dan tampak mesra. Tapi topik obrolan diluar dari kata tersebut.
“Hei, katakan nona Sharon. Bukankah kalian berdua sudah berencana sejak lama … untuk pembunuhan nona Althea?”
Sharon menggigit bibir. Percuma saja melawan. Di mata Gilbert yang cermat,berbohong malah akan membawa ke bendera kematian.
“akan kutanyakan ini, sharon Lux … sebenarnya apa rencanamu?”
malah meme gw😭
Sharon sebagai antagonis palsu tuh bukan jahat—dia korban. Dan kita bisa lihat perubahan dia dari bab awal sampai sekarang.
pokonya mantap banget
rekomendasi banget bagi yang suka cerita reinkarnasi
dan villain
semangat thor