Kimmy mencoba berusaha melupakan Jasson, laki-laki yang sudah ia sukai sejak dari kecil. Ia memilih fokus dengan pendidikannya untuk menjadi calon dokter.
Setelah tiga tahun, Kimmy kembali menjadi wanita dewasa dan mendapat gelar sebagai seorang dokter muda. Namun pertemuannya kembali dengan Jasson, pria yang memiliki sikap dingin itu justru malah membuat usahanya selama ini menjadi sia-sia.
Sebuah jebakan memerangkap mereka berdua dalam sebuah ikatan pernikahan. Namun pernikahan mereka berdua semata hanya tertulis di atas kertas dan di depan keluarga saja. Perjanjian demi perjanjian mereka sepakati bersama. Meskipun dalam hubungan ini Kimmy yang paling banyak menderita karna memendam perasaannya.
Banyak sekali wanita yang ingin mendapatkan hati Jasson, tak terkecuali teman sekaligus sekretaris pribadinya. Lantas, akankah Kimmy mampu meluluhkan hati laki-laki yang ia sukai sejak kecil itu?
Kisah ini bagian dari My Introvert Husband 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kapan kau membuka hati?
Di rumah Alana.
Jesslyn baru saja tiba di sana. Ia segera turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah mencari kakak iparnya tersebut. Alana kala itu terlihat di dalam kamar ia sedang duduk di tepi tempat tidur menemani putri kecilnya yang sudah menginjak usia 4 tahun untuk tidur. Melihat Jesslyn sudah kembali, Alana beranjak berdiri dan menyapanya. Masih dengan berurai air mata, Jesslyn segera memeluk Alana. Membuat Alana bingung dan bertanya-tanya.
"Jesslyn kau kenapa menangis? Apa Jasson memarahimu lagi?" Pertanyaan Alana tak membuat Jesslyn menjawabnya dengan segera, ia sibuk menuangkan air matanya di pelukan kakak ipar sekaligus sahabatnya tersebut.
"Jesslyn..."
Alana berusaha melepaskan pelukan Jesslyn. Ia menyeka air mata yang menggenangi wajah adik iparnya tersebut. "Kau kenapa menangis?" tanya Alana seraya mengusap air mata Jesslyn dengan menggunakan kedua ibu jarinya secara bergantian.
"Aku tadi sudah bertemu dengan Kimmy, Alana." jawabnya sambil terisak-isak.
"Kau sudah bertemu dengan Kimmy? Jadi benar yang di rumah sakit itu Kimmy? lalu kenapa kau menangis?" Alana begitu senang saat mendengar kebenaran sahabatnya tersebut, namun dirinya masih dibuat heran akan Jesslyn.
"Ayo kita duduk dulu." Alana mengajak Jesslyn untuk duduk di atas tepi tempat tidur., mencoba menenangkan adiknya sebelum kembali melontarkan pertanyaan kepadanya
"Katakan, kenapa kau malah menangis seperti ini? seharusnya kau senang Kimmy sudah pulang dari luar negeri, bukan?" tutur Alana.
"Dia berbohong! Dia tidak pernah pergi ke luar negeri, Alana!" seru Jesslyn.
"Apa yang kau maksud?" tanya Alana dengan tatapan bingung.
"Kimmy membohongi kita, Kimmy tidak pernah pergi ke luar negeri. Dia selama ini bekerja di rumah sakit itu. Dia membohongi kita." Perkataan Jesslyn tentang kebenaran membuat Alana begitu terkesiap, dirinya masih belum percaya dengan apa yang diucapkan oleh adiknya itu. Tapi, karna perkataan Jesslyn terdengar meyakinkan, akhirnya Alana mempercayainya.
"Kenapa Kimmy melakukan itu?" tanya Alana. Sama halnya dengan Jesslyn. Raut wajahnya berubah menjadi tatapan penuh kekecewaan.
"Aku tidak tau. Apa salah kita sampai Kimmy tidak mau lagi bertemu dengan kita?" Jesslyn berulangkali mengusap wajahnya yang basah.
Alana terdiam sejenak. Ia masih berpikir bahwa tidak mungkin temannya itu berbohong selama hampir tiga tahun ini jika tidak ada alasan dibaliknya.
"Sayang, jangan menangis lagi. Kimmy pasti punya alasan tersendiri kenapa dirinya melakukan ini." Alana kembali membantu Jesslyn mengusap air matanya dengan kedua ibu jarinya.
"Aku sudah memaksanya untuk berbicara, tapi dia tidak mau mengatakannya, Alana. Jelas-jelas dia membohongi kita. Kalau kau tidak percaya kau tanyakan saja kepada Jasson, dia tadi hanya diam saja dan tidak mau memberi tauku kenapa alasannya melakukan ini."
"Apa Kimmy sempat bertemu dengan Jasson?" tanya Alana.
Jesslyn menganggukan kepalanya. "Iya, Alana. Alea juga sempat bertemu dengannya."
"Jesslyn, nanti aku akan mengajak Elga dan kakakmu untuk menemui Kimmy. Aku akan berbicara dengannya."
"Untuk apa? itu tidak perlu! Kimmy sudah tidak membutuhkan kita, dia sudah tidak mau berteman dengan kita lagi!" seru Jesslyn.
"Jesslyn... dengarkan aku! Kimmy wanita yang baik, aku yang hanya beberapa tahun mengenal Kimmy saja tau betul bagaimana Kimmy. Apalagi kau yang mengenal Kimmy sejak dari kecil. Tidak mungkin Kimmy membuat keputusan besar untuk membohongi kita seperti ini jika tidak ada alasan tertentu." Penuturan Alana seketika menghentikan isakan tangis Jesslyn. Memang ada benarnya apa yang dikatakan oleh kakak iparnya itu. Karna tidak mungkin, Kimmy tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa ada alasan tertentu dibaliknya.
"Aku tau kau pasti kecewa, aku juga sama sepertimu, Jesslyn. Tapi kita tidak boleh langsung menyimpulkan sesuatu sebelum memberi kesempatan orang lain untuk menjelaskan."
"Tapi, Alana. Aku benar-benar kecewa dengan Kimmy, padahal aku sangat merindukannya, tapi dia tidak mau berteman dengan kita," ucapnya dengan berat.
Alana menarik tubuh Jesslyn dan memeluknya, memeberi usapan di punggung adik iparnya tersebut. "Kalau memang Kimmy tidak mau berteman dengan kita. Kenapa tidak dari dulu? kenapa baru sekarang? Kimmy pasti memiliki alasan tersendiri. Dan aku akan menanyakan kepadanya nanti, kau jangan bersedih lagi, ya," tutur Alana.
"Baiklah, Alana." Setidaknya Jesslyn merasa tenang setelah mendengarkan penuturan kakak iparnya itu.
***
Satu jam sebelumnya, Di depan rumah sakit.
Jasson kembali dan masuk ke dalam mobil yang terdapat Alea menunggu di dalam saba. "Alea, maafkan kejadian tadi, maaf jika Jesslyn berbicara tidak sopan kepadamu."
"Tidak apa-apa, Jasson. Aku yang seharusnya minta maaf karna terlalu ikut campur."
"Di mana, Jesslyn?" Alea melihat ke arah sekitar namun tidak melihat adik dari atasannya tersebut.
"Dia sudah pulang terlebih dulu menumpangi taxi," jawab Jasson. Tatapan lelaki itu tiba-tiba terlihat kosong seperti ada yang sedang ia lamunkan.
"Kita kembali ke kantor atau ke rumah Kak Alana?" tanya Alea. Namun Jasson yang sedang berdiam diri tak menggubris pertanyaan sekretarisnya tersebut.
"Jasson?"
"Iya?" Jasson seketika menoleh ke arah Alea.
"Setelah ini kita ke mana?" tanya Alea.
"Entahlah, aku sungguh pusing, aku rasa aku akan mencari coffee shop. Kau mau menemaniku minum kopi?" tanya Jasson.
"Tentu saja..." jawabnya dengan penuh semangat.
Jasson segera melajukan mobilnya tersebut meninggalkan tempat itu dan mencari coffee shop terdekat dengan lokasinya saat ini, hingga akhirnya, mobil yang ia kemudikan berhenti di sebuah kedai kopi yang cukup ramai pengunjung.
Jasson mengajak Alea turun dari mobil dan masuk ke dalam sana. Memilih salah satu tempat duduk yang tidak terlalu dekat dengan pengunjung lain. Karna dirinya tidak terlalu suka keramaian atau tempat yang bising.
Seorang pelayan menghampiri meja Jasson dengan membawakan dua cangkir kopi dan beberapa biskuit sesuai pesananan yang ia pesan sebelumnya. Pelayan itu meletakan kopi dan biskuit itu di atas meja dan berlalu pergi dari sana.
Tak ada obrolan seperti biasanya, hingga Alea terlebih dulu memulai percakapan.
"Sudah lama sekali tidak bertemu dengan Nona Kimmy, dia terlihat sangat cantik dan dewasa sekali, ya, Jasson. Apalagi saat menggunakan jas dokter. Seperti bukan Nona Kimmy."
Jasson mengambil cangkir kopi miliknya, melekatkan bibir cangkir tersebut dan menyeruput sedikit air panas berwarna hitam pekat itu. Lalu mengembalikan cangkir kopi itu ke tempat semula.
"Iya...." jawabnya singkat.
"Oiya, bagaimana pria yang kau sukai? kau sudah mengungkapkan perasaanmu kepadanya?" Jasson mengalihkan topik pembicaraannya.
Alea menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. "Belum."
"Sepertinya akan sangat sulit untuk mengungkapkannya," sambungnya.
"Tidak ada salahnya jika kau hanya sekedar mengungkapkan perasaan, yang salah jika kau terlalu mengharapkan seseorang untuk membalas hal yang sama seperti apa yang kau rasakan," tutur Jasson.
"Itu yang aku takutkan..."
"Maksudmu?" Jasson mengernyitkan keningnya.
"Jika aku mengungkapkan perasaanku kepada pria yang ku suka. Apa sikap dia akan sama seperti sebelumnya? apa dia akan tetap menjadi temanku. Atau justru malah menghindar dan menjauhiku?" Alea menatap Jasson dengan tatapan begitu dalam namun suaranya terdengar datar, seakan menyiratkan begitu banyak makna di dalamnya.
"Ada dua hal di dunia ini yang memang bisa merubah sikap seseorang. Yaitu cinta dan uang," tutur Jasson.
"Perasaan memang tidak bisa dipaksakan. Jika kau tidak bisa mendapatkan hati pria itu. Kau bisa mendapatkan hati pria lain. Kau juga cantik, jadi tidaklah sulit mendapatkan pria yang kau inginkan."
Alea masih tak mengalihkan pandangannya. Ia menatap Jasson tanpa mengedipkan kedua matanya. "Tapi pria ini sangatlah berbeda."
"Semua pria sama saja, yang membedakan hanya tanggung jawab dan cara dia mencintai pasangannya saja. Yang terpenting sebagai wanita kau harus tetap menjaga harga dirimu. Karna wanita lebih berharga dari sebuah mahkota bagi rajanya. Siapa pasanganmu kelak, aku akan tetap selalu mendukungmu," tutur Jasson sambil mengacak-acak rambut Alea.
"Lalu bagaimana denganmu? kapan kau akan membuka hati untuk wanita? bukankah kau juga membutuhkan seorang pendamping? Tuan Gio juga mendesakmu untuk segera menikah, bukan?" tanya Alea.
"Tentu saja aku membutuhkan seorang pendamping. Tapi tidak sekarang, aku tidak mau memikirkan hal itu dulu. Aku tidak mau menikah muda seperti papa dan juga kakakku," jawab Jasson.
"Apa kau sama sekali tidak punya wanita incaran? atau kekasih yang kau rahasiakan, mungkin?" tanya Alea.
Jasson tertawa kecil. "Tidak ada."
"Kau dari tadi banyak bertanya. Ayo, cepat habiskan kopimu, setelah itu aku akan mengantarkanmu pulang, karna aku harus menemui Harry."
Alea menganggukan kepalanya tanpa bersuara. Ia mengangkat cangkir yang berisikan kopi miliknya lalu menikmati kopi tersebut sembari menatap Jasson yang sibuk memandang ke sembarang arah.
"Itu yang aku takutkan selama ini, Jasson. Jika aku mengungkapkan perasaanku kepadamu, aku takut kita tidak bisa sedekat ini lagi," gumamnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Nona mau kasih tau. Nona nyari visual cast buat tokoh OMJ ini ngga asal nyari ganteng atau cantiknya... tapi Nona mencari visual cast karna nyesuaiin sama karakter tokohnya. Jadi tolong hargain!
jangan malah bikin semangat nulis nona turun hanya karna baca komentar dan DM dari kalian yang beda-bedain visual, yang kurang puas dan minta ini itu.
Ini salah satu alasan author pada males ngasih visual, karna ya gini, kalau dikasih visual pasti ada aja yang protes dan membanding-bandingkan pemeran utama sama pemeran pembantu.
jadi Nona kayak serba salah 😶
kalau misal ngga sesuai kalian bisa menggunakan imajinasi kalian sendiri yaa 😊
Maafkan mamah yang akhir akhir ini suka pidato ya nak-anak wkwkwkwk.
Oh iya, sekali lagi Nona ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya atas dukungan kalian yang luar biasa untuk karya baru Nona ini. sampai ketemu lagi di next chapter 🤗🤗🤗
🥰🥰🥰