Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan bersama di kantin
"Aaarrrgghh ... aku telat!!" Rena histeris ketika mendapati dirinya terbangun di jam mendekati 07.30.
Dia segera menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Hanya butuh waktu 10 menit Rena sudah bersiap memakai stelan blazer dan rok panjang dengan jilbab senada berwarna lebih muda. Ia nampak anggun dan cantik, meskipun hanya memoles wajahnya dengan bedak tipis dan lipstik.
"Inilah akibat tidur setelah sholat subuh!" Ia bergumam menyesali kebodohannya.
Rena memasukkan laptop dalam tasnya dan mengambil ponsel hendak memesan taxi online.
Setelah memesan taxi online, sekilas dia melihat banyak pesan masuk dan beberapa panggilan tidak terjawab juga mailbox dari seseorang yang tidak di harapkannya. Dia mengacuhkannya dan bergegas keluar karena taxi online sudah menunggu di depan rumahnya.
Butuh waktu 20 menit perjalanan dari rumah Rena ke kampusnya. Sesampainya di pelataran parkir kampus Rena membayar dan segera berjalan cepat menuju ruangan kelas tempatnya mengajar hari ini.
"Assalamu'alaikum, maaf telat dikit ya!" ujarnya di depan mahasiswanya.
"Wa'alaikum salam!" para mahasiswa menjawab secara acak.
"Well, hari ini tidak ada quis dan tugas ya! Saya hanya menjelaskan sedikit beberapa materi yang sudah kalian fotocopy. Bagi yang belum punya silahkan menghubungi ketua kelas." Rena memulai kelasnya dengan kata-kata pendahuluan.
Selanjutnya dia pun asyik menjelaskan dengan menggunakan slide show. Hampir satu jam berlalu hingga akhirnya Rena mengakhirinya dan sempat menanggapi beberapa candaan dari mahasiswanya sebelum meninggalkan ruangan.
Saat masuk di ruang dosen Rena mendapati Yori duduk di depan meja Amanda.
"Pagi Bu dosen! duuh ... makin syantik aja!" Amanda menggodanya seperti biasa.
"Pagi juga Mandaku yang centil." Rena menanggapinya.
"Iih rese! ... by the way Yori kok gak di sapa sih."
Rena melihat kearah Yori dan begitupun Yori.
"Hai ...." Rena menyapanya ragu.
"Hai juga!" Yori menjawab dengan cuek seperti biasa.
Rena pun duduk di mejanya dan mengeluarkan laptop lalu menyalakannya. Sambil menunggu dia mengambil ponselnya. Dia membuka satu persatu pesan whattsapp yang masuk. Yang pertama dia buka adalah pesan-pesan Yori.
Kamu sudah tidur? 21.00
Teman-teman aku tadi ngomong apa? 21.45
Mereka gak ganggu kamu kan tadi? 22.05
Kamu beneran tidur? 23.00
Good night, nice dream! 23.50
Rena mengalihkan manik matanya ke Yori yang sedang berbicara dengan Amanda. Dia menatap wajahnya dari samping.
Itu beneran dia yang ngirim pesan? Kok berasa aneh ya?... Ah masa bodoh mending aku kirim pesan ke Aldiku.
Dia menekan nomor Aldi dan mengiriminya pesan, berharap Aldi membalasnya segera.
Rena melanjutkan mengirim email dan mencari bahan untuk membuat slide presentasi untuk besok.
Sebuah pesan masuk.
I'm fine honey .. I miss you too. Ntar malam aku VC ya sayang _Aldi
Rena tersenyum dan segera membalasnya
Iya sayang_Rena.
Tanpa disadarinya seseorang dari seberang meja memperhatikannya.
"Rena, kamu kesambet ya?" Amanda membuka suara setelah memperhatikan Yori asik memandangi Rena.
"Hah, apaan?"
"Kamu senyum-senyum sendiri. Siapa tau kesambet setan."
"Oh itu ... bukan kesambet setan tapi ...." Dia tidak melanjutkannya saat melihat ke arah Yori yang masih lekat menatapnya.
"Apaan? Buruan! Bikin penasaran aja." Amanda mendekati Rena.
"Kesantet cinta!" bisik Rena.
"Oo ... dasar bucin!" Amanda hendak beranjak kembali ke mejanya tapi langkahnya tertahan.
"Kamu gak lapar, Manda?" tanya Rena.
"Emm ... belum sih tapi kalau di traktir bisa jadi lapar!" Amanda tertawa. Rena hanya memonyongkan bibirnya.
"Udah ayok, aku laper banget nih!" Rena berdiri mengambil dompet dan ponselnya, hendak beranjak pergi.
"Sst ...." Amanda menyikut Rena sambil menunjukkan dagunya ke Yori yang kembali asik bermain game.
"Yori, ayo ke kantin!" Akhirnya Rena mengajak serta Yori untuk makan bersama.
Yori mengalihkan pandangan ke Rena sambil menyimpan ponselnya.
"Ngapain?"
"Nonton film." Rena menjawab kesal, Yori tersenyum.
"Buruan ah, udah laper nih. Kalau gak mau ikut yah udah aku sama Manda aja." Rena mengajak Amanda melangkah keluar ruangan.
Yori segera berdiri dan berjalan mengikuti Rena sebagai tanda setuju ikut serta makan bersama.
"Tapi aku yang bayar, tidak ada bantahan!" kata Yori kemudian saat langkahnya sejajar dengan kedua gadis itu.
Dua orang bersahabat itu berhenti sebentar sambil menatap Yori yang terlihat cuek, kemudian mereka melanjutkan kembali perjalanannya ke kantin kampus.
"Sebenarnya yang lebih tua ini siapa sih?" Rena bergumam sangat pelan dan hanya Amanda yang mendengarnya.
"Udah gak usah diladenin, kamu kan udah tahu dia memang begitu orangnya!" Amanda menanggapi sambil berbisik.
"Iya tapi aku lama-lama eneg juga diperlakukan seperti itu sama bocah kutub itu ... ini gara-gara kamu sih Manda!"
"Loh kok aku sih Ren, bukannya sebelum kesepakatan kita itu kamu udah duluan dekat sama dia."
"Bukan dekat itu tapi musuh!"
Mereka berdebat sambil berbisik agar orang diperbincangkan di belakang mereka tidak mendengarnya.
Sampai di kantin yang cukup ramai mereka mengambil kursi di meja kosong. Lagi-lagi mereka menjadi pusat perhatian para mahasiswa yang ada di situ.
"Mau makan apa biar aku yang pesan?" Yori berinisiatif.
r
"Soto ayam sama orange jus." Rena langsung menjawab.
"Aku ayam geprek level 7 ya sama es teh." Amanda tidak mau kalah.
Yori beranjak menuju stand makanan dan minuman untuk memesan. Banyak mahasiswi yang menatapnya tanpa berkedip. Beberapa dari mereka mengambil foto diam-diam dan memvideokan kejadian langka ini, mahasiswa terpopuler di kampus itu jarang ke kantin apalagi bersama dengan Dosen favorite mereka.
"Aduh cakepnya jodohnya orang! Kirain tadi jodoh aku!" kata salah seorang mahasiswi.
"Ya Allah sempurnanya ciptaanmu, boleh gak aku miliki ya Allah!" Yang lain gak mau kalah
"Wey, lu semua mau saingan sama Bu Rena? Masih kalah jauh! Mundur mah aku!"
"Iya kok bisa-bisanya mereka keliatan cocok sih. Aku oleng liatnya ...."
"Aku dukung Bu Rena sama Yori!"
"Tapi pasti Yori insecure lah sama Bu Rena!"
Dan masih banyak lagi komentar mereka. Masing-masing berspekulasi sendiri dengan pikiran mereka.
Yori yang sudah kembali ke bangkunya memperhatikan dosennya itu sedang asik bercanda dengan sahabatnya.
Tak lama makanan mereka pun datang.
Rena langsung menyantapnya karena memang dia tidak sempat sarapan tadi pagi.
"Tugas-tugasmu udah beres, Yori?" tanya Rena disela-sela makannya.
"Tanya dia tuh!" kata Yori sambil menunjuk Amanda dengan dagunya.
"Loh tapi kan yang nyerahkan harus kamu sendiri!" kata Rena agak berbisik takut ada yang mendengar.
"Iya, udah hampir rampung semua itu kok, besok lah aku kasi ke kamu!" Amanda juga berbisik
"Oke, besok aku serahkan ke dosennya." kata Yori kemudian.
"Aku ke toilet dulu, ya!" Amanda buru-buru ke toilet.
Setelah kepergian Amanda Rena pun berniat untuk berbicara dengan Yori. Dia menyusun kata-kata dalam pikirannya.
"Yori, harusnya kamu manggil Amanda itu Kakak kalau nggak mau manggil Ibu, seperti teman-temanmu yang lain!" Rena berkata dengan lembut agar Yori tidak tersinggung.
"Dia bukan Kakak aku! Aku gak suka ikut-ikutan!"
"Bukan ikut-ikutan itu namanya tapi tata krama"
"Jadi kamu mau dipanggil Ibu juga?" Yori malah balik bertanya.
.
.
.
Bersambung.
...****************...
bonus lumayan
Next lanjut