Perbatasan Dunia : Hukum Pemburu

Kekacauan melanda Afrika. Sebuah retakan dimensi raksasa terbuka, memuntahkan puluhan monster yang menjulang tinggi hingga ke langit, serta ratusan ribu monster lainnya yang membanjiri daratan. Afrika berubah menjadi neraka, dipenuhi jerit ketakutan dan kehancuran.

Melihat situasi yang tak terkendali, organisasi pemburu tingkat benua dari seluruh Afrika mulai bergerak. Dua organisasi pemburu terkuat di benua itu, Hijau Daun dan Tarung Ganas, memimpin pergerakan. Enam pemburu dengan kualifikasi SS, didampingi ratusan pemburu di bawah mereka, segera menuju Afrika.

Setibanya di sana, mereka semua terkejut. Pemandangan neraka di depan mata mereka begitu mengerikan, dengan monster-monster raksasa yang menyentuh awan. Pertempuran sengit pun tak terhindarkan.

Namun, beberapa saat kemudian, kabar buruk tersebar. Semua pemburu, dari kualifikasi SS hingga ke bawah, mati mengenaskan. Tubuh mereka hancur, tidak lagi utuh. Berita mengejutkan ini menyebar ke seluruh dunia, membuat semua organisasi pemburu terdiam dan ketakutan. Mereka menyadari, ancaman ini jauh lebih besar dari yang pernah mereka hadapi.

°°°

Di sebuah gedung megah di kota besar China, markas Organisasi Pemburu Naga Emas, suasana terasa tegang. Seorang pria tua berkarisma dengan rambut panjang putih dan mengenakan pakaian hanfu berwarna putih bersih, Pemimpin Li Wei, duduk dengan tenang.

"Sepertinya kekacauan di Afrika tidak akan mudah dibersihkan hanya oleh satu organisasi pemburu," gumam Li Wei. "Mungkin setidaknya membutuhkan dua atau tiga organisasi pemburu tingkat dunia untuk menutup retakan dimensi di sana."

Di sampingnya, seorang pria muda berperingkat S yang tampak ceria, dengan dua pedang naga di pinggangnya, mengangguk. "Benar, Guru. Sepertinya harus ada aliansi dari beberapa organisasi pemburu terkuat di dunia. Aku heran kenapa kita tidak segera bergabung melihat neraka di sana."

Li Wei tersenyum tipis. "Jangan terlalu bersemangat, Nak. Aku tahu kamu memiliki kemampuan yang bagus, bahkan bisa bertarung seimbang dengan Pemburu kualifikasi SS. Tapi, situasi di Afrika tidak sesederhana kelihatannya. Kita tunggu keputusan dari Lembaga Pusat Pemburu dunia."

Pria muda itu mengangguk, menyadari bahwa ada ancaman yang lebih besar yang belum mereka ketahui.

Selain di Afrika, kekacauan juga terjadi di ruang kantor Pemimpin Lembaga Pusat Pemburu Dunia, WHA. Berita tentang kehancuran total di benua tersebut dan kematian para Pemburu kualifikasi SS telah memicu kepanikan besar. Para petinggi WHA berkumpul, wajah mereka tegang dan diliputi ketakutan.

"Ini tidak bisa dibiarkan! Kita tidak pernah melihat monster setinggi itu!" teriak seorang perwakilan dari Eropa. "Enam Pemburu kualifikasi SS! Enam! Itu sudah kekuatan yang sangat besar!"

"Bagaimana jika situasi ini terjadi di seluruh dunia? Bagaimana jika retakan dimensi seperti itu muncul di Amerika? Di kota-kota besar kita?" timpal perwakilan dari Amerika, suaranya bergetar. "Ini akan menjadi neraka!"

"Tenang semuanya," ucap Pemimpin WHA, suaranya mencoba menenangkan suasana. "Kita tidak bisa panik. Rapat darurat ini kita adakan untuk mencari solusi, bukan untuk berteriak ketakutan."

"Solusi apa?" bantah perwakilan dari Rusia. "Monster-monster itu menghancurkan seluruh tim elite Afrika. Tim kita mungkin akan bernasib sama! Kita harus mempertimbangkan untuk... mundur."

"Mundur? Itu bukan pilihan!" seru perwakilan Jepang. "Jika kita mundur, maka kehancuran akan datang ke negara kita. Kita harus bersatu dan melawan!"

Pemimpin WHA menghela napas. "Kita akan segera mengumpulkan seluruh organisasi pemburu tingkat dunia. Ini bukan lagi masalah per benua, tapi masalah global. Kita akan mengirimkan tim terkuat kita, para kualifikasi SSS, untuk menyelesaikan masalah ini."

"Seseorang harus menghubungi Valerius Thorne dan yang lainnya. Kita harus meminta bantuan dari semua organisasi pemburu terkuat di dunia," tambah Harsa, yang juga berada di sana. "Ini akan menjadi sesuatu yang lebih mengerikan dari kejadian dua puluh tahun yang lalu. Jika kita tidak bersatu, kita semua akan musnah."

Suasana kembali hening, kali ini bukan karena ketakutan, melainkan karena kesadaran akan ancaman yang jauh lebih besar yang menanti mereka.

Beberapa waktu kemudian, di pinggiran wilayah Amerika, di dalam sebuah mansion bergaya kuno, empat sosok duduk di ruang tamu yang luas. Salah satunya adalah Valerius Thorne, pemilik mansion, sementara tiga lainnya adalah pemimpin dari organisasi pemburu terkuat di dunia.

Duduk di sampingnya adalah Saintess Amara, pemimpin dari organisasi Eternal Holy Light, dengan aura suci yang terpancar dari gaun putihnya. Di hadapannya, duduk dua pria dengan kualifikasi SSS yang sama kuatnya. Yang pertama adalah Kaelen Reed, pemimpin dari organisasi pemburu Sky Cloud Spear. Pria lainnya adalah Ethan Blackwood, pemimpin dari organisasi pemburu Impregnable Fortress.

Keempat sosok terkuat di dunia itu berkumpul, wajah mereka menunjukkan keseriusan yang mendalam. Suasana di dalam mansion itu begitu mencekam, seolah-olah takdir dunia sedang diputuskan di ruangan itu.

Di dalam mansion Valerius Thorne, suasana tegang menyelimuti keempat sosok terkuat di dunia. Valerius memecah keheningan, memulai percakapan dengan nada serius. "Malam tadi, Ketua WHA menghubungiku untuk mencari aliansi. Seperti yang kalian lihat, Afrika sudah menjadi neraka. Jika tidak cepat dibersihkan, kekacauan lain akan terjadi dan itu akan sangat merepotkan."

Saintess Amara hanya terdiam, wajahnya tenang dan memancarkan kedamaian.

Kaelen Reed, di sisi lain, tertawa keras. "Sudah lama aku tidak bertarung dengan lawan yang kuat! Sepertinya ini waktunya."

Valerius melanjutkan, "Kalian mungkin sudah tahu, hanya kita berempat yang bisa pergi ke Afrika." Ia melirik ke arah Saintess, Kaelen, dan Ethan. "Karena kita adalah kawan yang sudah bertarung di garis depan dua puluh tahun yang lalu."

Saintess Amara angkat bicara, suaranya lembut namun penuh wibawa. "Aku hanya bisa berdoa kepada Sang Dewi, semoga kekacauan tidak terjadi di wilayah lain dan memberikan ketenangan kepada penduduk dunia."

Valerius mengangguk, lalu menatap ketiga kawannya. "Kalau begitu, semua sepakat. Tiga hari dari sekarang, setelah semua persiapan selesai, kita langsung menuju ke Afrika."

°°°

"Dewa atau siapa pun yang ada di sana, cepat keluarkan aku dari sini!" teriak Arka, frustrasi meluap-luap.

Ia duduk di atas tebing kristal kaca, kakinya menggantung di atas jurang kegelapan yang pekat dan kehampaan. Di sampingnya, patung kristal yang kini menjadi penjaganya ikut duduk, diam menatap langit yang dipenuhi bintang.

Rasa penasaran Arka muncul. Ia menoleh ke arah patung itu. "Kau sudah menjadi pendampingku sekarang. Tapi aku bahkan tidak tahu namamu," ucapnya. "Siapa namamu?"

Patung kristal itu tetap duduk tenang, menatap langit. Bisikannya kembali bergema di kepala Arka, kali ini terdengar lebih jernih. "Aku tidak memiliki nama," suaranya mengalun. "Namun aku memiliki julukan. Kau bisa memanggilku Amethys, sosok agung dengan manifestasi kristal kehidupan."

Arka terdiam, mencerna nama dan julukan yang begitu asing namun terasa agung. "Amethys... sosok agung dengan manifestasi kristal kehidupan?" ulang Arka. "Apa artinya itu?"

"Artinya, aku adalah perwujudan dari esensi kristal yang membentuk alam ini," jawab Amethys. "Aku diciptakan untuk menunggu kedatanganmu, pewaris Hati Kristal Merah."

Arka menghela napas. Frustrasinya kembali muncul, tapi kali ini ia tidak berteriak. Ia hanya menatap Amethys dengan tatapan lelah. "Lalu, apa sekarang? Aku sudah menemukanmu, tapi aku masih terjebak di sini. Aku tidak bisa kembali ke duniaku."

Amethys menoleh ke arah Arka, mata kristalnya yang kosong seolah memancarkan kebijaksanaan. "Pintu yang kau cari bukanlah pintu yang sama saat kau masuk. Pintu itu sudah tertutup. Namun, ada cara lain."

Arka langsung menatap Amethys dengan antusias. "Cara apa?"

"Tujuanmu bukan hanya untuk pulang, Tuan Arka," balas Amethys. "Tujuanmu adalah untuk menjadi pemimpin yang agung dan menguasai kekuatanmu seutuhnya. Gerbang pulangmu akan terbuka dengan sendirinya, ketika kau telah menguasai kekuatan Kristal Merah. Kita harus menuju Kuil Bintang yang berada di pusat alam ini."

Arka bangkit dari tebing kristal. Ia memiliki tujuan baru, dan ia tidak sendirian. Bersama Amethys, ia akan memulai perjalanan untuk menguasai kekuatannya dan mencari jalan pulang.