Meri menjadi berubah seratus persen setelah kematian Mama nya satu bulan yang lalu, anak bungsu ini menjadi sangat menakutkan bagi para saudara nya. tidak bisa lagi mereka mau tidur dengan tenang, di tambah kematian Mama mereka yang masih jadi misteri.
Ada apa kah dengan Meri?
Apa penyebab kematian Mama Meri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. kopi panas
"Bang, mungkin benar apa yang di katakan oleh Mai atau pun Kakak kalau kita perlu membawa Meri pada orang pintar." Inara mendekati Devan sambil membawa kopi panas.
"Orang pintar apa maksud mu ini? jadi kau pikir semua orang yang ada di rumah ini bodoh semua!" Devan langsung tidak suka mendengar ucapan istri nya.
Inara menarik nafas panjang karena suami nya keras sekali untuk tidak percaya pada hal hal seperti itu, mungkin karena selama ini tinggal di kota besar dan sama sekali tidak ada hal yang mengarah pada aura mistik atau soal setan bentuk apa pun sehingga susah sekali mau percaya.
Sebenar nya ini tidak percaya dengan setan bukan karena mereka kuat pada agama, Inara malah begitu pusing karena suami nya tidak pernah mau sholat. jadi memang bukan karena percaya pada Allah sehingga tidak mau main dukun, padahal tidak semua dukun akan gila uang nya saja dan hasil yang di dapat pun tidak salah juga.
Kalau pun tidak mau dukun karena dia taat agama, maka sebaik nya pergi ke ustad saja agar tidak perdebatan. setidak nya adalah gerakan untuk membuat pengobatan pada sang adik, bukan nya di telantarkan begitu saja seolah sama sekali tidak ada yang aneh dari tubuh nya Meri sekarang.
Mela dan Mai saja sudah merasakan bagai mana aura Meri yang sangat luar biasa neh nya, hal hal ghaib bisa mereka pahami dan mereka ingin pergi pada ustad. tapi keputusan itu di tentang kuat oleh semua keluarga, malah mereka lebih setuju agar Meri pergi pada psikolog saja agar dia di beri masukan sehingga bisa lah menerima bahwa Mama Ajeng sudah meninggal dunia.
"Aku tidak suka kamu punya pikiran begitu, itu nama nya pikiran orang bodoh." tegas Devan.
"Sebenar nya aku bingung sama kamu." lirih Inara sambil memakan sarapan roti nya.
"Apa yang membuat kamu bingung?" Devan ingin meminum kopi nya namun tidak jadi karena sangking panas nya.
"Kamu kan tidak dekat tuhan dan tidak punya kepercayaan, tapi kenapa seolah mengatakan dukun itu tidak baik." ucap Inara.
"Cukup semua pembicaraan ini, aku tidak mau membicarakan nya!" bentak Devan sudah naik darah.
"Tidak perlu emosi, pada dasar nya kau memang manusia tidak bertuhan!" Inara tambah berani sambil bergerak menjauh karena hati nya juga kesal.
Sok tidak mau dukun dan tidak mau ustad juga, pada dasar nya Devan hanya tidak mau tau sehingga yang ada lagak nya sangat cuek seolah tidak peduli pada apa pun. padahal adik ny juga butuh sesuatu menurut sebagian orang, cuma menurut Devan saja kalau Meri cuma butuh waktu untuk menerima kenyataan bahwa Mama mereka sudah meninggal dunia.
"Abang!" Meri keluar dari kamar dengan wajah riang gembira serta kepala nya baru keramas.
"Selamat pagi bungsu Abang." Devan menyambut adik nya ramah.
"Kak kita sarapan apa? kalau Kakak tidak buat biar aku masak sendiri saja." Meri menatap Kakak ipar nya.
"Bik Inah tadi buat nasi goreng kalau kamu mau, kalau tidak ya silahkan buat saja apa yang kamu mau." jawab Inara juga tersenyum.
Namun diam diam dia memperhatikan tingkah adik nya ini, padahal Meri sebenar nya baru masuk kuliah. namun karena mental nya yang kena sehingga jelas tidak akan pernah bisa fokus dengan urusan yang ada di kampus, maka semua keluarga pun setuju untuk berhenti saja dulu agar tidak buang buang waktu saja.
"Aku minta kopi Abang boleh tidak?" Meri seperti tergiur akan kopi panas itu.
"Boleh, nanti kalau kurang biar di buat Kakak." angguk Devan.
"Seperti nya sangat lezat, aroma kopi buatan Kak Inara memang sangat mantap." Meri memuji Kakak ipar nya.
Yang di puji hanya tersenyum saja karena dia masih fokus melihat tingkah nya Meri, ada rasa takut namun ada rasa kasihan juga karena mungkin saja memang Meri belum siap di tinggal Mama Ajeng di usia ini. sebab mau setia apa pun usia kita, maka kita tidak akan pernah siap kehilangan sosok Ibu.
Gluuuk...Gluuuuk....
"MERI!" Inara terkejut seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Itu panas, Mer." Devan juga di buat melongo oleh kelakuan Meri.
Kopi segelas yang panas nya bukan main sehingga bisa membuat lidah menjadi mateng, tadi saja Devan tidak berani masih mau meminum nya karena sangking panas dan takut lidah nya malah mati rasa. ini Meri malah meminum seolah sama sekali tidak merasakan panas sedikit pun, sampai di ampas nya juga habis ia telan.
"Oh sedap nya kopi ini, buatkan lagi dong." Meri memberikan gelas pada Inara.
"La..lagi?" Inara gugup juga melihat adik nya begitu.
"Mer itu panas." Devan berucap lirih karena tidak percaya.
"Mana ada lah panas, maaf ya aku suruh Kakak buat kopi lagi karena kopi Kakak memang enak." Meri bergegas masuk kamar untuk mengambil ponsel nya dulu.
Tanpa banyak kata Inara langsung merebus air lagi untuk membuat kan kopi adik ipar nya, walau hati dan otak dia sangat berperang sekarang. siapa yang sanggup minum kopi sepanas itu dalam satu teguk saja, ini kok Meri dengan santai nya meminum seolah tidak merasakan sakit pada lidah nya.
"Sudah jadi ya, Kak?" Meri keluar lagi dan meminta kopi nya.
"Tunggu ya Kakak aduk dulu, kamu duduk sana sama Abang mu." suruh Inara berusaha tersenyum.
"Bang aku kok merasa ada yang aneh juga ya di halaman belakang." Meri berkata serius.
"Apa nya yang aneh? kamu melihat sesuatu!" Inara datang membawa kan kopi nya.
Meri cuma tersenyum dan kali ini dia melakukan hal yang sama, tentu kopi yang baru ini jelas lebih panas karena asap nya mengepul banyak dari dalam gelas. namun sedikit pun Meri tidak merasakan panas, kalau dia normal maka pasti nya seluruh mulut akan merasakan sakit yang luar biasa.
"Meri jangan begitu." Devan memegang tangan adik nya.
"JANGAN GANGGU AKU!" bentak Meri yang langsung melemparkan gelas kosong.
"Astagfirullah!" Inara kaget bukan main melihat ekspresi marah nya Meri.
"Kamu kenapa, Mer?" Devan langsung bangkit melihat adik nya semarah itu.
Braaaaak.
Seperti hanya di tepis dengan tangan saja tapi tubuh Devan bisa terpental kuat seolah di hantam oleh sesuatu yang sangat kencang sehingga siapa pun pasti akan kaget, Devan yang di tepis langsung menggeliat di atas lantai merasakan sesak bukan main pada dada nya. Meri sendiri langsung pergi seolah dia tidak berdosa sudah mendorong Abang nya, ini masih juga di sangkal bahwa Meri tidak mengalami keanehan.
selamat malam besty, baru up ya karena sejak tadi enggak sempat.
aduh Arya jgn gegabah deh,,soalnya mba pur jg lg tempur sm si asu jd blm bs bantu,,nurut aja apa kata Maharani,,🙁
semakin penasaran...
ko Maharani sampai ragu gitu ya ..
apa bener2 bahaya resikonya ya...
semoga Arya bisa mengatasinya sendiri ...
seperti dulu dia memnasmi juragan adi sendirian saat mba Purnama melawan Nino apa ya.
ayo semaangat Arya..
heran ya hantu aja bisa nguping...