NovelToon NovelToon
LUKA YANG TAK TERLIHAT

LUKA YANG TAK TERLIHAT

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Single Mom
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Reetha

Hai.. aku balik nulis lagi setelah menghilang hampir 4 tahun. semoga kalian bisa menemukan serta bisa menerima kehadiran karya ini ya...

Rania dan Miko, bukan pasangan masalalu. Mereka saling membenci. Rania memiliki sifat jahat di masa lalu. Namanya di blacklist hingga jatuh sejatuh-jatuhnya, dibuang ke tempat asing, lahirkan anak kembar hingga menikah dengan orang yang salah, siksaan mental dan fisik ia terima selama 4 tahun. Menganggap semua itu Karma, akhirnya memilih bercerai dan hidup baru dengan putra-putrinya. Putranya direbut ibu Miko tanpa mengetahui keberadaan cucu perempuan, hingga berpisah bertahun-tahun. Si kembar, Alan-Chesna tak sengaja bertemu di SMA yang sama.

Gimana kisah lengkapnya?

Selamat membaca yaa...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reetha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Sejauh ini, Miko sangat sadar bahwa Alan tidak sama dengan anak-anak seusianya. Bocah itu cerdas, sopan, bahkan terkadang terlalu dewasa dalam bersikap. Namun di balik sorot matanya, Miko kerap menangkap kesepian yang begitu dalam. Seakan ada ruang kosong yang tak bisa diisi siapa pun. Ya, Miko pun tahu Alan tidak baik-baik saja setelah berpisah dengan ibunya.

Suatu pagi, Miko mengetuk pintu kamar Alan.

“Alan, hari ini Papa nggak ada rapat. Gimana kalau kamu ikut Papa ke kantor? Biar kamu lihat gimana Papa kerja.”

Alan yang sedang merapikan bukunya menoleh. Ia tampak ragu, lalu pelan mengangguk.

“Boleh, Pa. Tapi Alan nggak mau ganggu.”

Miko tersenyum tipis, “Kamu nggak akan ganggu. Justru Papa senang ada kamu.”

Di kantor, Miko memperkenalkan Alan pada beberapa staf kepercayaannya. Mereka terkejut melihat kemiripan wajah Alan dengan Miko yang begitu nyata. Alan menunduk malu, tetapi menerima perhatian itu dengan sopan. Sesekali Miko meliriknya, hatinya terenyuh, ternyata... memiliki seorang Alan, ada kebanggaan yang tak bisa ia tolak.

Siang harinya, Miko mengajak Alan mampir ke taman hiburan kecil di pusat kota. Anak-anak lain berlarian riang, tertawa lepas. Alan hanya berdiri memandang mereka, seolah lupa bagaimana caranya bersenang-senang.

Miko menepuk bahunya. “Coba, Alan. Mau naik perahu putar itu? Papa temenin.”

Alan menatap ayahnya sejenak, lalu perlahan tersenyum. “Baik, Pa. Kalau Papa ikut.”

Mereka pun naik bersama. Angin sore menerpa wajah mereka. Untuk pertama kalinya Miko mendengar tawa Alan, meski hanya sebentar, tapi cukup membuat dadanya hangat. Sepanjang hari itu, Miko berusaha menciptakan keakraban. Mereka makan es krim bersama, berbagi cerita kecil, bahkan Miko mencoba menguji kecerdasan Alan dengan teka-teki angka. Alan menjawab cepat, membuat Miko terkagum.

Saat perjalanan pulang, Alan bersandar di kursi mobil, wajahnya lelah namun damai.

“Terima kasih, Pa… hari ini menyenangkan.”

Kata-kata itu cukup membuat haru di hati Miko. Ia sadar, Alan bukan hanya butuh ayah, tapi juga butuh ruang kosong dalam hatinya diisi kembali, ruang yang mungkin hanya bisa dipenuhi oleh sosok yang hingga kini tak ada di sisi mereka.

Miko menatap jalanan malam, gumamnya lirih, “Papa janji, Alan. Akan berusaha mengisi ruang kosong dihatimu.”

__

Malam itu, Miko duduk di ruang kerja rumahnya. Alan sudah tertidur setelah seharian penuh beraktivitas. Di meja, masih ada secangkir kopi yang sudah dingin, sementara berkas-berkas kantor terbuka begitu saja. Namun pikiran Miko jauh melayang, bukan pada pekerjaannya.

Sorot mata Alan siang tadi, mata yang penuh kecerdasan, keteguhan, tapi juga menyimpan luka, menghantam Miko dalam-dalam.

Miko bergumam lirih,  “Tatapan itu… terkadang persis seperti milik Rania.”

Tangannya terkepal. Ia benci mengakui hal itu. Sejak dulu, nama Rania identik dengan luka, kejahatan dan kebencian. Wanita itu hampir saja merebut segalanya darinya, Vania, gadis yang ia cintai, dan juga ketenangan hidupnya.

Tapi wajah Alan… gerak tubuhnya… bahkan caranya berpikir cepat, terasa begitu dekat dengan darah dagingnya. Dan bayangan Rania selalu muncul di balik itu.

Miko menunduk, menatap meja kerjanya dalam diam.

Dalam hati Miko berbisik. “Tidak. Aku tidak boleh terjebak. Alan adalah putraku, itu sudah jelas. Tapi Rania? Dia tidak punya tempat dalam hidupku… tidak boleh.”

Ia menghela napas panjang, mencoba fokus pada tumpukan berkas. Namun pikiran kembali melayang wajah sedih Rania yang samar ia lihat terakhir kali tahun lalu.

Miko mendesis, mengguncang kepalanya. “Cukup! Aku tidak akan biarkan dia meracuni pikiranku lagi.”

Dengan kasar, Miko menutup berkas-berkasnya dan bangkit. Ia melangkah menuju kamar Alan. Bocah itu tidur pulas, selimut menutupi tubuhnya. Miko berdiri cukup lama di sisi ranjang, menatap wajah anaknya yang damai.

Dalam hati, ia berbisik, seolah meneguhkan dirinya sendiri. “Yang penting sekarang hanya kamu, Alan. Aku tidak butuh masa lalu. Aku hanya butuh memastikan kamu tumbuh tanpa kekosongan lagi. kupastikan, wanita itu tidak punya cela untuk mengambilmu kembali.”

Namun, jauh di sudut pikirannya, nama Rania tetap membekas. Semakin ia menepis, semakin kuat bayangan itu menuntut perhatian.

___

Lima tahun berlalu. Waktu melesat cepat, mengikis masa kanak-kanak dan menumbuhkan kisah baru.

Alan kini berusia 16 tahun. Tubuhnya menjulang, sorot matanya tajam dan penuh percaya diri, membawanya menjadi sosok remaja yang mudah menarik perhatian banyak orang. Di sekolah bergengsi tempatnya menuntut ilmu, Alan bukan hanya dikenal sebagai siswa cerdas, tetapi juga atlet muda yang menonjol. Senyumnya sederhana, namun punya pesona yang membuatnya dikerumuni teman-teman dan diam-diam dikagumi banyak siswi. Miko sering menatap putranya dengan bangga, bahwa perjuangan dalam memberi didikan dan merawat putranya dengan benar-benar baik selama ini, tidak sia-sia.

Namun di balik semua itu, ada sisi Alan yang kosong. Ia jarang benar-benar membuka diri. Ada jarak tak terlihat dalam dirinya, seolah ia menyimpan ruang yang tidak bisa disentuh siapa pun. Ruang itu adalah kerinduan pada dua orang yang selalu hadir di mimpinya, Chesna dan mama. Wajah kembarannya serta ibunya yang tak lagi ia temui selama lima tahun, suara tawa mereka saat kecil, semua masih melekat erat.

Sementara itu, di kota lain, Chesna tumbuh menjadi gadis remaja dengan kecantikan yang memikat. Bakat akademiknya luar biasa, sama seperti Alan. Ia menyukai seni menggambar, juga musik dan kecerdasannya menjadikannya cepat menyesuaikan diri di berbagai keadaan. Hidup tanpa kehadiran ibunya sehari-hari melatihnya menjadi mandiri. Rania, ibunya, harus bekerja keras di kapal sebagai Dishwasher alias buruh cuci piring diselingi dengan dagang makanan dan minuman, berpindah-pindah pelabuhan demi penghasilan yang lebih baik. Maka Chesna terbiasa bangun sendiri, menyiapkan kebutuhan sekolahnya, bahkan terkadang ikut memberi les kecil-kecilan untuk anak-anak tetangga demi menambah uang saku.

Meskipun demikian, ada kerinduan yang tak pernah surut di hati Chesna. Ia sering menuliskan catatan kecil di buku harian tentang Alan, kembarannya yang ia yakini pasti tumbuh baik-baik saja. Ia berdoa suatu hari mereka bisa kembali bertemu.

Nasib mempertemukan jalan itu lebih cepat dari yang diduga. Dengan kerja keras dan kecerdasannya, Chesna berhasil diterima di SMA bergengsi lewat jalur beasiswa, yang mengharuskannya pindah ke kota yang pernah ia dan mama tinggalkan dulu. Tanpa ia sadari, itu adalah sekolah yang sama dengan Alan.

Hari pertama di sekolah itu, suasana ramai oleh para siswa dengan seragam rapi. Gedung-gedung megah, fasilitas lengkap, dan suasana penuh prestasi menyambut langkah Chesna yang penuh tekad. Ia berdiri di antara kerumunan, memandang ke sekeliling dengan hati berdebar. Ia tidak tahu bahwa di tempat yang sama, Alan juga berjalan di lorong yang berbeda, tak jauh dari tempatnya berdiri.

Rania, dari kejauhan, mengirim doa. Di atas kapal tempatnya bekerja, ia menatap laut lepas dengan hati yang penuh harap. Ia rela meninggalkan Chesna sendirian karena yakin, setiap keringat yang jatuh di geladak kapal itu akan menjadi masa depan yang lebih baik untuk anaknya. Walau setiap malam hatinya hancur karena tidak bisa berada di sisi putri yang ia cintai, tekadnya tetap kuat, Chesna harus mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik daripada dirinya.

___

Bersambung,,, ditunggu saran dan kritiknya ya kakak..

1
septiana
kamu jangan kawatir Alan bakal nikung kamu Gideon.. karena Chesna itu saudara kembarnya Alan
Nurlaila Ikbal
jangan lama2 thor buat chesna kumpul bareng mm nya
septiana
Miko, Chesna itu juga anak mu. jangan lihat dia sebagai musuh hanya karena Alan begitu peduli.. suatu saat kamu akan menyesal karena menganggap Chesna sebagai ancaman.
Adinda
seharusnya kamu melindungi adikmu alan walau bahaya sekali pun bagaimana perasaan mommy mu kalau tau kamu gagal melindungi adikmu
septiana
yap bener kata shenia,kamu itu harus PD Chesna..
septiana
Miko sudah mulai melunak,tapi masih banyak yg harus di pikirkan Rania.
Nurlaila Ikbal
sedih banget dengan nasib chesna
Reetha: Makasih kk udah baca kisah ini. Ayok lanjut ya kk
total 1 replies
Adinda
aku gak rela kalau rania sama miko Sudah cukup penderitaan rania atas perbuatan miko lebih baik rania sama pria yang lebih dari miko
Reetha: Makasih atas komennya ya kk😍😍😍
total 1 replies
septiana
pasti sedih banget sudah didepan mata tapi seperti ada tembok tinggi yg menghalangi.. untuk Alan Chesna sabar ya semua akan indah pada waktunya. walaupun jalannya tak semudah itu.
Daulat Pasaribu
sedihnya rania sama anak anaknya
Daulat Pasaribu
kok bisa si rania dapat kehidupan yg menyakitkan,kesalahan apa yg di perbuatnya sampai vertahun tahun hidup di dalam penderitaan
Reetha: Makasih udah mampir ya kak. Silakan panjut baca kk🥰🥰
total 1 replies
septiana
apa ya yg akan dikatakan Lila??🤔
septiana
sebenarnya kamu sendiri yg membuat Chesna terasa menjauh... ya,karena Alan. sekarang Chesna sudah tau siapa kamu Miko.
septiana
akhirnya Chesna tau masa lalu itu.. sabar ya Chesna tunggu ibu mu menjelaskan semuanya. kalau sampai Miko tau kamu juga anaknya bisa bisa kamu juga diambil sama dia.
septiana
hadeh udah ketemu di depan mata, malah begini jadinya. Alan pura2 ga kenal untuk melindungi Chesna apa ya🤔ah ditunggu aja kelanjutannya...
Reetha: Silakan ditunggu kk😍
total 1 replies
septiana
udah mulai ada rasa nih Gideon sama Chesna.. bener kata shenia,kamu jangan ganggu Chesna karena hidupnya tidaklah mudah.
septiana
ternyata seorang Chesna bisa mengganggu pikiran Gideon. sayangnya Chesna ga merasa diperhatikan malah Gideon yg kelabakan sendiri..
septiana
ini bisa juga di katakan pertarungan... pertarungan antara ego dan hati Miko yg ingin memiliki anak-anaknya tapi enggan dengan ibunya.. apalagi nanti kalau Miko tau Chesna adalah anaknya ini benar-benar jadi peperangan antara Miko dan Rania.
septiana
kamu yg sabar Chesna, sebentar lagi kamu pasti ketemu sama Alan..
septiana
Chesna sudah satu sekolah sama kamu Alan,tapi sayang kamu belum bertatap muka dengan nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!